Hari bumi yang setiap tahunnya diperingati pada tanggal 22 April mempunyai makna yang besar tentang kelestarian lingkungan serta keberlangsungan manusia yang hidup dan tumbuh pada planet ini. Dikutip dari www.earthday.org, Earth Day pertama kali dicetuskan oleh Gaylord Nelson, seorang Senator dari Negara Bagian Wisconsin, yang telah lama mengkhawatirkan kerusakan lingkungan yang makin memburuk di Amerika Serikat (AS).
Pada dekade 1960-an, AS merupakan negara yang mengkonsumsi sumber daya berbasis fosil terbesar di dunia. Industrialisasi yang berkembang pesat memang mampu memakmurkan negara tersebut. Namun, di sisi lain masalah lingkungan semakin merebak dan mengancam ekosistem.
Tak dipungkiri setiap aktivitas manusia akan berdampak besar pada kelangsungan dan kelestarian bumi. Carbon Footprint atau jejak karbon istilah ini dikenal untuk menjadi tanda bahwa setiap aktivitas manusia bisa berdampak bila diakumulasi dan jumlahnya terlalu tinggi maka dampak negatif akan turut menyertai seperti: cuaca ekstrim dan bencana alam, perubahan produksi rantai makanan, penyebaran penyakit, rusaknya ekosistem laut, es di kutub mencair, serta berkurangnya air bersih.
Belum lagi tindakan industrialisasi yang besar kemudian bencana alam yang menyumbang jejak karbon besar. Hal inilah yang mempercepat laju bencana alam sehingga terjadinya akan lebih cepat dan sulit diprediksi.

Menyelami Makna Hari Bumi
Di hari Bumi 2025, peringatan tahun ini bertemakan “Our Power, Our Planet” atau “Energi Kita, Planet Kita. Tema ini mengkampanyekan mengenai energi terbarukan. Dikutip dari situs web Earthday.org, pengembangan energi terbarukan secara masif sangat penting karena sumber dayanya melimpah ruah di alam seperti angin, matahari, air, hingga panas bumi.
Sumber energi terbarukan tersebut terus bersirkulasi dan mengeluarkan sedikit atau tidak sama sekali gas rumah kaca atau polutan ke udara. Beralih ke sumber energi terbarukan sangat penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca karena energi terbarukan menghasilkan listrik tanpa menghasilkan karbon dioksida.
Memahami pentingnya esensi bumi bagi kelangsungan kehidupan manusia adalah hal yang paling sederhana mitigasi bencana, kesadaran ini yang menumbuhkan pentingnya kepedulian tentang alam dan memahami setiap bahaya yang dapat ditimbulkan dari perilaku manusia.
Baca juga: Gelar Webinar Perubahan Iklim, PMI Kota Sukabumi Gandeng ChildFund Internasional
Mengingat energi fosil yang selama ini masih menjadi sumber kelistrikan kita menimbulkan bencana yang lebih besar seperti penambangan, alih fungsi hutan serta cerobong asap pembakaran batu bara yang bahaya terhadap kesehatan.
Penulis: Kori Saefatun
Editor: Nugrah