Lembah Baliem merupakan salah satu lembahan didaerah Pegunungan Jayawijaya, Papua Pegunungan. Lembahan ini berada di ketinggian sekitar 1600 meter dari permukaan laut yang dikelilingi pegunungan dengan pemandangannya yang indah dan masih alami, dengan populasi sekitar 10.000 jiwa. Suhu di lembah ini relative dingin, berada di kisaran 10-15 derajat celcius pada waktu malam.
Lembah ini dikenal juga sebagai Grand Baliem Valley. Menjadi begitu spesial, karena Lembah ini adalah tempat tinggal suku Dani, yang terletak di desa Wosilimo, 27 km dari Wamena, Papua. Penduduk asli area Lembah ini terkenal sebagai suku yang suka berperang. Pada waktu lembah ini ditemukan terlihat bangunan menara-menara tinggi dan ramping tersebar dimana-mana yang kemudian ternyata adalah pos-pos observasi untuk memperingatkan penduduk desa apabila pihak musuh (suku-suku lain) sudah mendekat.
Fungsi menara-menara tersebut berangsur dibongkar setelah pemerintah Belanda memberlakukan larangan berperang (yang akhirnya tidak berefek). Permusuhan suku-suku di sekitar Lembah tersebut itu, juga dicatat oleh Kremeer dalam ekspedisinya. Selain itu, ketangkasan orang asli Baliem juga tergambar dari cerita kokoh dan kuatnya jembatan yang dibangun oleh orang-orang dari Lembah ini.
“Baliem… sebuah kata ajaib di Nugini dan jauh di luar itu. Lembah Besar telah menjadi simbol dari jantung liar dan tak tersentuh negeri ini. Pada awal abad ini, lembah ini masih merupakan salah satu dari banyak titik putih di peta Nugini. Tahun demi tahun berlalu, dan banyak titik putih menghilang dari peta, tetapi Baliem tetap menjadi wilayah yang belum dikenal. Beberapa orang melihat Baliem, tetapi tidak ada yang masuk ke dalamnya. Seolah-olah lembah ini belum ingin menyerahkan isolasi berabad-abadnya.”
Begitulah salah satu kutipan berita dalam koran De Arbeit Pres (salah satu koran Belanda) yang dalam tajuknya berjudul “Lembah Baliem yang misterius di tengah-tengah Nugini kini telah terbuka” (diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia).
Jejak Kegempaan di Pegunungan Baliem

Meskipun Lembah Baliem terkenal indah karena topografi sungai dan lembah nya tetapi sebenarnya Lembah ini juga menyimpan banyak jejak mengenai kegempaan.
Pada Maret 1975, gempa bumi pernah melanda, akibatnya dua puluh tiga orang tewas ketika desa mereka tertimpa tanah longsor. Pada bulan November tahun itu, tanah longsor menciptakan bendungan sementara di Sungai Baliem; Ketika pecah, satu-satunya jembatan rotan di bagian jurang itu hancur. Dan pada bulan Agustus tahun ini, sekitar seratus dua puluh orang tewas dalam gempa bumi yang parah.
1 tahun setelahnya gempa juga kembali terjadi pada 26 Juni 1976, ini terjadi di Irian Barat(penyebutan saat itu), informasi korban saat itu sekitar sembilan ribu, di daerah Lembah Baliem tempat gempa terjadi “jauh” lebih besar dari yang diasumsikan. Pemerintah setempat saat itu mencoba membujuk lima belas ribu penduduk gunung untuk menetap di daerah yang lebih aman.
Tahun 1981 juga terjadi guncangan gempa dahsyat di Papua tepatnya di Kecamatan Kurima, Kabupaten Jayawijaya, Irian Jaya pada hari Selasa tanggal 20 Januari 1981, gempa tektonik ini berkekuatan 6.0 pada skala Richter terjadi pada jam 00.11 WIT. Menurut catatan Stasiun Meteorologi dan Geofisika Irja, lokasi sumber gempa tersebut berada di 5.9 derajat lintang,selatan dan 141,4 derajat bujur timur di pegunungan Jayawijaya yang berbatasan dengan Papua Nugini.
Baca juga: Alam dan Salju (tak) lagi Abadi di Pegunungan Jaya Wijaya
Getaran gempa itu tercatat pula di Pusat Informasi Gempa di Golden Colorado Amerika Serikat. Menurut catatan mereka, gempa tersebut berkekuatan 6,8 pada skala Richter terjadi pada jam 15.11 GMT atau 00.11 WIT. Pusat gempa dinyatakan diujung barat pulau Irian: 1.376 kilometer timur laut Darwin, (Australia). Yang akibat gempa ini membuat tebingan di Lembah Baliem mengalami longsor.
Bagai surga yang tersembunyi, Lembah Baliem menyimpan berbagai keindahan kontur alamnya yang begitu menakjubkan. Tetapi disisi lain potensi kegempaan juga sering melanda Papua yang sampai ada keindahan Lembah Baliem ini. Kearifan lokal, suku budaya asli Papua memang harus dijaga disamping juga mengetahui pentingnya potensi bahaya gempa bumi yang mengintai di dalamnya.
Penulis: Kori Saefatun
Editor: Nugrah Aryatama
Sumber
- https://web.archive.org/web/20180818115233/
- https://www.matanasional.com/index.php/2017/05/14/lembah-baliem-pesona-alam-eksotis-tanah-papua/
- De waarheid. “Trots Papoea-volk weerstaat zijn brute overheersers” 23-12-1989. Amsterdam.
- De Arbeiderspers “Al 9000 Doden in W.Irian” 09-07-1976. Rotterdam.
- Berita Yudha “Gempa Bumi di Irian Jaya” 17-03-1981. No. 180. ke-16. Halaman IV.