Sebagai basis Hollywood, kota ini dijuluki “Ibu Kota Hiburan Dunia”, Los Angeles yang memimpin pembuatan produksi per televisian, permainan video, dan musik rekaman kelas dunia. Bisnis hiburan di kota ini mendorong banyak selebriti menetap di area ini dan pinggiran kotanya.
Namun siapa sangka dalam sekejap kota ini luluh dimakan api. Kebakaran lahan 40 ribu hektar di Los Angeles telah menyebabkan kota dalam keadaan apokaliptik. Bencana amukan si jago merah merenggut puluhan korban jiwa, belasan orang masih hilang, dan puluhan ribu warga harus dievakuasi. Selain itu, kerugian material senilai ribuan triliun rupiah membayangi.
Fenomena alam disebut bertanggungjawab atas laju kebakaran. Cuaca kering tanpa hujan dalam delapan bulan terakhir menyebabkan kelembaban udara rendah di wilayah tersebut. Kondisi ini didukung hembusan angin kencang Santa Ana yang dengan segera membuat api cepat menjalar.
Kebakaran kali ini tercatat sebagai salah satu yang terparah dalam sejarah Los Angeles, menghanguskan lebih dari 10.000 bangunan. Para petugas pemadam kebakaran menghadapi kesulitan besar dalam mengendalikan kobaran api yang terus meluas, sementara penduduk lokal berusaha keras menyelamatkan diri dan barang berharga mereka di tengah-tengah situasi darurat yang penuh ketidakpastian.
Bencana kebakaran ini telah menciptakan kerusakan yang sangat signifikan, tidak hanya terhadap properti, tetapi juga terhadap kehidupan masyarakat yang terdampak. Sementara itu, upaya penyelamatan terus dilakukan oleh berbagai pihak untuk mengurangi dampak lebih lanjut. Lantas, apa penyebab kebakaran di Los Angeles?
Penyebab Kebakaran Los Angeles
Dikutip dari berbagai sumber, penyebab utama kebakaran yang melanda area ini diperkirakan saat ini dipicu oleh kombinasi kondisi cuaca ekstrem dan dampak perubahan iklim. Angin Santa Ana yang kuat, disertai dengan kekeringan yang berkepanjangan, menciptakan kondisi yang sangat ideal bagi penyebaran api.
Di wilayah ini, vegetasi yang kering dan melimpah menjadi bahan bakar alami yang dengan mudah mempercepat laju kebakaran. Ketika api mulai menyebar, angin yang kuat membantu membawa api ke area yang lebih luas dalam waktu yang sangat singkat, membuat upaya pemadaman menjadi semakin sulit.
Menurut para ahli, dampak perubahan iklim semakin memperburuk intensitas dan frekuensi kebakaran hutan di California. Pola cuaca ekstrem yang terjadi, termasuk musim dingin yang lebih basah diikuti oleh musim panas yang sangat terik, menghasilkan pertumbuhan vegetasi yang subur, yang kemudian mengering dan menjadi sangat mudah terbakar.
Dengan adanya kondisi cuaca yang tidak mendukung dan dampak perubahan iklim yang semakin jelas, petugas pemadam kebakaran di Los Angeles bekerja tanpa henti siang dan malam untuk mengendalikan kobaran api yang terus meluas. Mereka menghadapi tantangan besar dalam memadamkan api yang terus bergerak cepat, serta dalam menyelamatkan ribuan nyawa yang terancam oleh bencana kebakaran hutan ini. Meskipun upaya pemadaman terus dilakukan, kebakaran besar ini menjadi pengingat tentang pentingnya penanganan perubahan iklim dan mitigasi bencana alam untuk mengurangi dampaknya di masa depan.
Pasca kebakaran Los Angeles

Menurut Departemen Pemadam Kebakaran Los Angeles, kebakaran Pacific Palisades yang melanda Los Angeles melintasi perbatasan Kota Los Angeles dan sekitarnya hingga Rabu (22/1/2025) mencakup 23.448 hektar dengan 65% dalam kendali.
Baca juga: Perubahan Iklim dan Dunia Harus Bersiap Hadapi Potensi Bencananya
Departemen melaporkan bahwa sedikitnya 6.528 bangunan hancur dan 882 lainnya rusak. Kebakaran Palisades ini juga akan berdampak pada kesehatan mental korban kebakaran Palisades di Los Angeles.Para ahli kesehatan mental memperkirakan luka emosional dan psikologis akan bertahan lama pasca api telah padam.Dalam kebakaran Los Angeles, sedikitnya 24 orang tewas, dan lebih dari 100.000 orang dievakuasi.
Penulis: Adityan M.D.P
Sumber :