Tumbuhan mangrove yang berada di mentawai disaat kejadian gempa disertai Tsunami yang terjadi di Mentawai pada 25 Oktober 2010 menyisakan luka yang mendalam akibat ratusan jiwa meninggal. Menurut data resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bencana ini menelan korban jiwa sebanyak 509 orang. Sebanyak 24 orang mengalami luka berat dan ringan, 21 lainnya dinyatakan hilang, dan lebih dari 11.400 warga terpaksa mengungsi, meninggalkan rumah mereka yang hancur atau hilang tersapu air.
Gempa berkekuatan 7,2 Skala Richter yang mengguncang Mentawai berasal dari aktivitas tektonik akibat tumbukan Lempeng Hindia-Australia dengan bagian barat Pulau Sumatra. Dengan kecepatan pergerakan 50–60 mm per tahun dan sudut kemiringan 12 derajat ke arah timur, energi yang dilepaskan begitu dahsyat.
Guncangan hebat yang terjadi saat itu terasa di pulau-pulau sekitarnya, termasuk Pulau Siberut dan Pulau Pagai. Daerah yang terdampak termasuk Desa Betu Monga, Desa Munte, dan Desa Bulasat di Kepulauan Mentawai, Sumatera.
Ini bukan yang pertama kali terjadi geografis Mentawai yang berada di daerah rawan bencana membuat beberapa rentetan gempa juga pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya, gempa yang terjadi di sekitar Kepulauan Mentawai tak lepas dari keberadaan zona megathrust Mentawai. Zona megathrust Mentawai adalah daerah sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal yang lokasinya berada di sebelah barat Kepulauan Mentawai.
Benteng Mangrove

Akibat gempa selain berdampak pada korban jiwa dan kerugian pada aktivitas manusia, gempa juga berdampak pada ekosistem sekitar termasuk didalamnya ekosistem mangrove. Keberadaan tumbuhan ini di sekitar pantai penting keberadaannya, apalagi tumbuhan ini sendiri berfungsi sebagai pemecah gelombang tsunami.
Baca juga: Cerita Tsunami di Mentawai: Kerentanan dalam Kerentanan
Penelitian Herdiana Mutmainah, dkk yang berjudul Tsunami Mentawai 25 Oktober 2010 Dan Dampaknya Kini Terhadap Pantai Barat Mentawai menjelaskan bahwa dampak Tsunami terhadap hilangnya kawasan mangrove yang cukup luas di salah satu pantai yaitu Macaronis. Berdasarkan keterangan warga setempat, dulunya tempat ini merupakan kawasan surfing yang cukup terkenal dengan resort dan berbagai jenis mangrove di sekitarnya.

Namun setelah Tsunami 2010, kawasan ini menjadi sepi pengunjung dan mangrove juga lebih sedikit. Hanya tinggal 2 (dua) jenis mangrove di kawasan ini yaitu Rhizophora Apiculata dan Bruguiera Gymnorrhiza dengan tingkat kerapatan 50% hingga 75% dan tutupan sedang.

Meskipun bisa menjadi peredam tsunami yang terjadi namun tidak menutup kemungkinan tsunami yang terjadi di Mentawai bisa menggerus sebagian besar ekosistem mangrove yang sudah tumbuh bertahun-tahun. Langkah pemulihan yang cepat dibutuhkan untuk mengisi kembali kekosongan akibat mangrove yang hilang akibat tsunami.
Penulis: Kori saefatun
Editor: Nugrah