Setelah Erupsi Gunung Semeru, Terbitlah Rekonstruksi

Setelah Erupsi Gunung Semeru, Terbitlah Rekonstruksi
Ilustrasi rumah yang hancur akibat erupsi Gunung Semeru, Sumber: tirto.id
Ekspedisi Jawadwipa

Setelah Erupsi Gunung Semeru dan waktu mulai memasuki tahun baru menjadi hal yang baru pula bagi para penyintas bencana. sebelum bencana terjadi, beberapa di antaranya masih memiliki keluarga yang lengkap, rumah yang dapat dihuni dan hidup berjalan dengan semestinya. Namun setelah bencana beban yang mereka tanggung sangat dimungkinkan menjadi lebih besar.

Bila kita sama-sama melihat data kejadian bencana pada tahun 2021, maka akan terbayang betapa banyaknya orang-orang yang mengalami perubahan drastis dalam hidupnya setelah terjadi bencana.

BNPB mencatat 3.092 kejadian bencana sepanjang 2021 didominasi bencana hidrometeorologi. Bencana yang paling sering terjadi yaitu banjir dengan 1.298 kejadian, disusul cuaca ekstrem 804, tanah longsor 632, kebakaran hutan dan lahan 265, gelombang pasang dan abrasi 45, gempa bumi 32, kekeringan 15 dan erupsi gunung api 1. Dari sejumlah bencana tersebut, tercatat warga menderita dan mengungsi 8.426.609 jiwa, luka-luka 14.116, meninggal dunia 665 dan hilang 95. 

Sedangkan dampak kerusakan tercatat rumah sebanyak 142.179 unit, fasilitas umum 3.704, kantor 509 dan jembatan 438. Rincian kerusakan rumah yaitu rumah rusak berat 19.163 unit, rusak sedang 25.369 dan rusak ringan 97.647. Melihat perbandingan jumlah bencana, peristiwa bencana pada tahun 2021 ini lebih sedikit dibandingkan tahun lalu. 

Baca juga: Menyingkap Debu Erupsi Gunung Merapi Pada Candi Sambisari

Setelah bencana terjadi, maka kita semua melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana dengan menjalankan serangkaian upaya yang meliputi tanggap darurat, pemulihan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-langkah nyata yang terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca bencana.

Gunung Semeru

Salah satu kejadian bencana yang telah memasuki rangkaian rekonstruksi adalah bencana erupsi Gunung Semeru. Semua bermula dari terjadi awan panas guguran (APG) di Gunung Semeru, pada tanggal 4 Desember 2021. Awan panas guguran merupakan karakteristik ancaman khas Gunung Semeru, yakni berupa awan panas yang berasal dari ujung aliran lava pada bagian lereng gunung. Pada saat terjadi letusan eksplosif, dikuti oleh terjadinya aliran awan panas yang mengalir ke lembah-lembah yang lebih rendah dan arah alirannya sesuai dengan bukaan kawah dan lembah-lembah di Gunung Semeru. Arah bukaan kawah Gunung Semeru saat ini mengarah ke arah tenggara atau mengarah ke hulu Besuk Kembar, Besuk Bang, Besuk Kobokan. Erupsi ini mengakibatkan puluhan orang meninggal dunia dan ribuan orang terpaksa harus mengungsi. 

Pemerintah kini tengah fokus melakukan pemulihan terhadap penyintas erupsi gunung semeru dengan membangun lokasi relokasi.

Tim Satgas penangananan bencana erupsi Gunung Semeru sudah tiga minggu meratakan tanah lahan relokasi hunian baru di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro. Lahan seluas 81 hektar kini sudah mulai dibangun. Itu ditandai dengan peletakan batu oleh Bupati Lumajang, Thoriqul Haq.

Dalam site plannya, pembangunan hunian baru ini akan dibagi dua tahap. Ada 2.000 rumah yang akan berdiri. Namun, untuk tahap pertama akan dibangun sekitar 1.500 unit.

Bupati Lumajang, Thoriqul Haq mengatakan, ukuran hunian baru ini seluruhnya dibuat seragam. Baik ukuran maupun desain. Tiap warga akan menerima total lahan seluas 14×10 meter. Masing-masing rumah ini tidak akan langsung dibangun secara menyeluruh. Warga akan dibangunkan hunian sementara ukuran 4,8 x 6 meter. Hal Ini dimaksudkan agar warga bisa segera menempati rumah dan meninggalkan posko pengungsian.

Perkampungan baru di area relokasi nantinya juga akan dilengkapi tempat fasilitas umum, seperti lapangan olahraga, rumah ibadah, dan pendukung lainnya. Rencananya, pembangunan hunian baru ini ditarget selesai dalam jangka waktu 3 bulan ke depan.

Sumber:

https://surabaya.tribunnews.com/2021/12/31/relokasi-hunian-baru-penyintas-semeru-mulai-dibangun

https://www.kompas.com/tren/read/2022/01/01/193000765/catatan-bencana-sepanjang-2021-dan-refleksi-untuk-mitigasi?page=all.

Tinggalkan Balasan