Gender Equality, Disability and Social Inclusion atau yang kerap disingkat GEDSI sering kali dianggap sebagai kelompok rentan dalam dunia kebencanaan. Stereotip sosial serta arah pembangunan yang belum inklusif membentuk perempuan serta penyintas disabilitas sebagai manusia yang mempunyai kerentanan ganda ketika terjadinya bencana.
Jika mengacu pada undang-undang, memang peraturan tentang perlindungan kepada kelompok-kelompok rentan sudah pasti tertulis seperti dalam UU No. 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana yang menjamin pendekatan non diskriminasi dalam perlindungan, dukungan, dan bantuan kemanusiaan bagi para penyintas bencana.
Namun tetap saja dalam implementasinya kebijakan ini hanya sebagai kebijakan tertulis, masih banyak perempuan dan disabilitas yang tidak dilibatkan dalam penanggulangan bencana karena stigma sosial tidak berdaya.
Tantangan Implementasi GEDSI dalam Penanganan Risiko Bencana
Dalam seminar lokakarya yang dilaksanakan oleh BNPB (Badan Penanggulangan Bencana Nasional) Jum’at, 21 Maret 2025 yang berjudul “Akselerasi Pemberdayaan Perempuan dan Inklusivitas dalam Pengurangan Resiko Bencana”, Ibu Chrysant Lily Kusumowardoyo, M.A (Regional Director for Arbeiter-Samariter-Bund (ASB) South and South-East Asia) sebagai salah satu narasumber dalam acara tersebut mengatakan bahwa, tantangan GEDSI dalam pengurangan resiko bencana adalah antara data perempuan serta penyintas disabilitas hanyalah sebagai data pilah, tidak ada implementasi yang benar-benar terlaksana.

Mini discussion yang dirancang dalam acara tersebut juga banyak menguraikan permasalahan-permasalahan yang dialami dari para peserta yang sudah terjun dalam dunia kebencanaan. Permasalahan seperti kesulitan komunikasi, gap pengetahuan antara penyintas disabilitas dan non disabilitas, kemudian yang dialami perempuan adalah budaya dalam keluarga yang masih patriarkis serta aksesibilitas dalam kebencanaan yang tidak ramah perempuan dan penyintas disabilitas.
Baca juga: Keikut Sertaan Kelompok Disabilitas untuk Pengurangan Risiko Bencana yang Lebih Inklusif
Dan yang paling serius sebenarnya dalam tantangan penerapan GEDSI adalah tidak menyatunya antar lembaga dan organisasi dalam menangani isu ini secara bersama. Ego sektoral masih sering terjadi hingga isu ini hanya dipandang sebagai dua isu yang berbeda dan tidak selaras dalam implementasinya.
Penulis: Kori Saefatun
Editor: Nugrah