Memperingati Tsunami Awareness Day, disasterchannel.co pernah mengadakan diskusi virtual pada Sabtu (06/11/2021). Diskusi ini membahas serba serbi mengenai kejadian bencana tersebut.
Bincang Bencana Tentang Ancaman Tsunami di Nusantara Bersama Para Ahli
Diskusi dimulai dari paparan Suci Dewi Anugrah Kepala Sub Bidang Mitigasi Gempabumi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Suci menjelaskan mengenai ancaman bencana tsunami yang mengintai nusantara.
Suci menjelaskan bahwa posisi Indonesia yang berada di pertemuan empat lempeng tektonik besar dunia menjadikan negara ini sangat rawan terhadap kejadian bencana yang terjadi di laut ini. Keempat lempeng ini saling berinteraksi yang menyebabkan terjadinya gempa dan tsunami.
“Keberadaan pertemuan lempeng itu mengakibatkan daerah Indonesia memiliki 13 zona megathrust. Selain itu, wilayah Indonesia juga memiliki banyak sesar aktif di daratan, juga gunung-gunungapi yang bisa menimbulkan bahaya gempabumi dan juga tsunami” kata Suci.
Gambar diatas menunjukkan bahwa wilayah Indonesia rawan terhadap gempa-gempa kecil dan juga gempa-gempa besar karena aktivitas dari pertemuan lempeng tektonik besar. Kedalaman kejadian gempa pun bervariasi. Gempa dengan kedalaman dangkal mendominasi seluruh kejadian gempa yang terjadi hingga saat ini. Gempa dangkal justru menimbulkan dampak yang lebih terasa.
Data menunjukkan bahwa tren kejadian gempa sejak tahun 2013 mengalami peningkatan baik dalam segi jumlah maupun segi kekuatan. Tercatat, tahun 2018 memiliki jumlah kejadian gempa terbanyak hingga mencapai 11.920 kejadian. Meskipun tahun 2019 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2018, namun kejadian gempa tahun 2019 dan 2020 masih di atas rata-rata kejadian gempabumi tahunan.
Catatan sejarah gempa-gempa besar. Keberadaan zona megathrust yang merupakan pertemuan lempeng tektonik dunia mengakibatkan zona tersebut memiliki potensi gempa dengan magnitude besar. Gambar 5 adalah peta sumber sumber gempa yang memiliki magnitude di atas 8.
Baca juga: Mengingat Peristiwa Terlupakan 44 Tahun Gempa dan Tsunami Sumba
Hampir di setiap pesisir pantai di Indonesia rawan terhadap kejadian ini, terutama di 13 zona megathrust. Beberapa subduksi di laut dalam seperti subduksi Maluku dan banda mengakibatkan wilayah Indonesia timur memiliki kompleksitas dalam tataan tektonik di Indonesia timur, tsunami tidak hanya dipicu oleh pergerakan di zona megathrust tetapi juga bisa terjadi karena longsoran dan gunungapi yang berada di Indonesia timur.
“Secara fisis tsunami dapat diartikan sebagai rangkaian gelombang disebabkan oleh perpindahan sejumlah besar massa air akibat adanya gangguan secara tiba-tiba yang ada di dasar laut” ungkap Suci.
Selain dipicu oleh gempa, kejadian ini juga dapat datang dari letusan gunungapi di laut, aliran material akibat letusan gunung api, longsoran di dasar laut yang mengubah dasar laut yang menyebabkan perubahan permukaan air laut di atasnya dan mengakibatkan perpindahan masa air laut yang besar.
Kecepatan dari gelombangnya juga sangat bergantung pada dasar laut. Gelombangnya sendiri adalah gelombang dengan karakteristik periode panjang. Oleh karena itu pada saat kejadian ini terjadi, ketika nelayan ada di tengah laut, ia tidak melihat ada perubahan tinggi muka air laut yang naik. Tetapi saat sampai pelabuhan, pelabuhan sudah porak porandak. Hal ini terjadi karena pada saat di tengah lautan kecepatan gelombang ini menjadi sangat cepat dan tidak ada penumpukkan masa. Namun ketika sampai ke daratan, kecepatannya semakin melambat dan kemudian disusul oleh gelombang setelahnya sehingga terjadi penumpukkan masa air yang menyebabkan semakin ke darat tinggi muka air semakin tinggi. Seperti inilah gambaran kejadiannya.
Beberapa sejarah kejadian yang tercatat menimpa sebagian besar wilayah Nusantara. Beberapa kali pernah menghantam wilayah selatan Jawa, di antaranya:
- Tsunami 3.000 BP (berdasar fosil)
- Tsunami 1.8000 BP (berdasar fosil)-Pangandaran
- Tsunami Jawa 400 BP (berdasar fosil)-Pangandaran
- Tsunami Banyuwangi 1818 – tinggi 3,5 meter
- Tsunami Selatan Jawa 1840
- Tsunami Pacitan 1859 – beberapa orang meninggal
- Tsunami Kebumen 1904 – teramati
- Tsunami Selatan Jawa 1921 – sudah ada catatan marigram
- Tsunami Pangandaran 1957 – teramati
- Tsunami Banyuwangi 1994 – 250 orang meninggal dan 15 orang lainnya hilang
- Tsunami Pangandaran 2006 – 668 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya hilang
Beberapa kali kejadian ini juga menghantam wilayah bali dan nusa tenggara. Seperti kejadian yang terjadi di Sumba-Sumbawa pada 19 Agustus 1977 dengan magnitude 8,3. kejadian yang sama juga terjadi di Larantuka pada 25 Desember 1982 dengan magnitude gempa 6.0.
Kejadian ini juga beberapa kali pernah menimpa wilayah Maluku. Salah satunya pernah terjadi Ambon 8 Oktober 1950 diawali 3 kali gempa dengan guncangan disertai 3 kali suara gemuruh dan kemudian 3 gelombang yang merusak perumahan warga di 3 desa di Ambon. Desa yang terdampak yaitu Hutumuri, Hative Kecil dan Galala. Menurut kesaksian warga, saat gelombang yang pertama datang, kemudian diikuti gelombang kedua dengan kekuatan gempa yang sedikit lebih besar dan gelombang ketiga terbesar dari dua gelombang sebelumnya. Ini adalah sebagian kecil cerita dan data mengenai kejadian gempa dan gelombang tinggi yang pernah terjadi di negeri ini. Masih banyak yang perlu untuk diteliti, dikuak kembali dan dipelajari. Mari sama-sama kita tingkatkan pengetahuan kita terhadap ancaman bencana yang mengintai beberapa pesisir Nusantara.
Penulis: Lien Sururoh
Editor: Nugrah Aryatama