Pohon vetiver yang merupakan pohon sakti untuk menangkal longsor dan erosi. Chris Maser dalam bukunya yang berjudul Forest Primeval: The Natural History of an Ancient Forest bilang “What we are doing to the forests of the world is but a mirror reflection of what we are doing to ourselves and to one another”. Kata-kata ini seketika menghujam jantung, terlebih ketika kita menyaksikan bencana hidrometeorologi yang terjadi dimana-mana. Semua ini terjadi karena kita memperlakukan hutan dengan tidak baik.
Hutan yang menjadi habitat berbagai macam flora dan fauna, termasuk di dalamnya pohon yang memberikan kita sejuta manfaat. Di hari pohon sedunia yang jatuh setiap tanggal 21 November, seolah mengingatkan kita untuk mencegah dampak kerusakan alam dan perubahan iklim.
Vetiver
Awalnya, peringatan Hari Pohon Sedunia dirayakan untuk menghormati jasa aktivis lingkungan bernama Julius Sterling Morton (1805-2005) dari Amerika Serikat. J.S. Morton ini begitu gigih mengampanyekan gerakan menanam pohon dan konservasi alam. Usulan terkait perayaan untuk menyadarkan masyarakat terhadap pentingnya pohon ini disampaikan di Rapat Dewan Nebraska, AS pada 1872 dan pada tahun itu juga, usulannya disetujui. Program penanaman sejuta pohon dilakukan di Nebraska, AS. Kampanye Hari Pohon Sedunia ini kemudian dibawa oleh utusan-utusan AS ke berbagai benua. Peringatan ini menjadi perayaan populer di Australia, Kanada, Eropa, hingga Asia.
Perayaan hari pohon sedunia, mengingatkan disasterchannel.co kepada pohon yang memiliki keistimewaan dalam mereduksi risiko bencana. Pohon ini bisa dikatakan sakti dalam menangkal erosi dan longsor. Pohon ini dikenal dengan sebutan vetiver. Tanaman akar wangi atau vetiver memiliki nama ilmiah Vetiveria zizanioides.
Beberapa kesaktian vetiver dibuktikan dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli. Keunggulan yang ada dalam tumbuhan ini terletak pada akarnya. Vetiver memiliki akar yang panjang untuk stabilisasi tanah. Akar vetiver membantu memperkuat lapisan permukaan tanah dengan kedalaman 0-2 meter yang rawan menggelincir.
Vetiver tumbuh dan beriteraksi dengan tanah membentuk bahan komposit yang terdiri dari akar dengan kuat tarik yang tinggi dan melekat pada tanah yang kuat tariknya lebih kecil. Dengan kemampuan menembus lapisan keras atau tanah bebatuan (rock), akar vetiver bekerja dianalogikan sebagai paku tanah yang hidup (living soil nails).
Vetiver bekerja dengan mekanisme jaringan akar di bawah yang rapat menyediakan peningkatan kuat geser yang menghasilkan peningkatan stabilitas lereng, bagian atasnya, atau batang yang kaku berfungsi seperti penghalang hidup menahan lumpur/sedimen dalam proses pengendalian erosi.
Pemanfaatan vetiver untuk menghalau erosi dan juga longsor perlu dipertimbangkan. Menurut Guru Besar IPB University di bidang Ekologi dan Manajemen Lanskap, Prof Dr Hadi Susilo Arifin, menyebutkan bahwa Vetiver adalah tanaman yang memiliki akar cukup panjang hingga dua meter ke dalam tanah, sangat efektif mencengkeram tanah sehingga tidak mudah longsor. Tetapi di lain pihak, tanaman ini justru dipanen akarnya untuk bahan baku pembuatan minyak atsiri.
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa seharusnya penanaman vetiver dibuat zonasi sedemikian rupa sehingga masa pemanenan tidak bersamaan. “Sebenarnya solusi yang tepat di wilayah hulu dan tengah untuk mencegah erosi adalah upaya pemberdayaan penanaman vetiver dengan teknik agroforestri,” ujarnya.
Penanaman vetiver bisa dilakukan dengan sistem tumpang sari yang dikombinasikan dengan tegakan pohon, seperti pohon buah-buahan, tanaman obat atau tanaman penghasil sayur. Vetiver akan menjadi tanaman bawah terutama untuk kawasan dengan kemiringan lereng yang tinggi. Sementara untuk kawasan datar bisa dengan sistem monokultur. Beberapa tegakan pohon yang potensial memproteksi tata tanah, tata air dan bahkan tata udara (penyerap karbon) di antaranya adalah pohon aren, putat, gayam, saninten, petai dan jengkol juga pala hutan.
Pengaplikasian vetiver untuk mencegah longsor dan juga erosi juga perlu memperhatikan waktu tanam, waktu panen dan aspek lainnya. Hal ini dilakukan agar pemanfaatan sebagai sumber minyak atsiri serta pengaplikasiannya dalam mencegah erosi bisa dimaksimalkan dengan baik. (LS)
Sumber:
Fathurrozi, F. (2011). Stabilisasi Lereng untuk Pengendalian Erosi dengan Soil Bioengineering Menggunakan Akar Rumput Vetiver. Poros Teknik, 3(2), 69-74.
https://sa.ipb.ac.id/id/berita/tanam-vetiver-untuk-cegah-longsor-ini-kata-dosen-ipb-university
https://tirto.id/sejarah-hari-pohon-sedunia-pada-21-november-kenapa-diperingati-glxa