Terjadi puting beliung yang merusak berbagai fasilitas dan rumah warga di sebagian wilayah Kota Palu. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palu melaporkan sedikitnya 20 rumah rusak setelah angin puting beliung menerjang lima kelurahan di ibukota Provinsi Sulawesi Tengah. Tiga kelurahan yang terdampak yaitu Kelurahan Duyu, Kelurahan Pengawu, Kecamatan Tatanga, Kelurahan Tipo, Kelurahan Silae, dan Kelurahan Buluri, Kecamatan Ulujadi.
Akibat peristiwa ini, menghabiskan waktu libur di rumah mendadak menjadi begitu menegangkan dan menakutkan. Dilaporkan delapan rumah rusak di kawasan hunian tetap (huntap) Duyu, tiga rumah rusak di Kelurahan Pengawu, sembilan unit rumah rusak di Kelurahan Buluri dan masing-masing satu rumah rusak di Kelurahan Tipo serta Kelurahan Silae.
Kejadian ini memberikan cerita lain bagi Fauzan, Lurah Duyu. Pada saat ia melakukan assessment kerusakan dan kerugian, Fauzan justru menemukan julukan lain dari Kelurahan Duyu di masa lalu.
Puting Beliung
Melalui sambungan telepon, Fauzan, memberi keterangan bahwa angin puting beliung terjadi pada tanggal 29 Mei 2022 pukul 15.00 WITA. Menurut Fauzan, kejadian puting beliung bukan pertama kalinya terjadi, sebab Kelurahan Duyu merupakan daerah yang menjadi langganan bencana puting beliung. Hampir setiap tahun terjadi hal serupa, terutama di daerah perbukitan yang sekarang menjadi Hunian Tetap (Huntap) Kelurahan Duyu.
“Satu hal yang menarik dari hasil wawancara saya dengan beberapa warga, mengatakan wilayah Duyu dikenal dengan sebutan “Vambampoiri”, yang artinya Pintu Angin”, kata Fauzan (30/05/2022).
Fauzan menjelaskan, sebutan Vambampoiri dimungkinkan berhubungan dengan sejarah bencana puting beliung yang sering menimpa wilayah ini, sebab letaknya yang berada di lereng gunung mengakibatkan sering sekali kejadian ini terjadi secara berulang.
Menurut keterangan dari berbagai warganya, sekitar tahun 1980 pernah ada kejadian angin puting beliung yang mengakibatkan beberapa atap rumah warga terbang sampai menyeberangi Sungai Palu.
“Waktu saya masih kecil di rumah orangtua saya di Kelurahan Palupi, di saat musim barat angin kencang selalu bertiup dari barat, tepatnya dari celah gunung di sebelah Gunung Padanjakaya, tepatnya di atas Kelurahan Duyu berada” ujar Fauzan.
Berdasarkan pengamatan warga, di saat keadaan normal, angin biasanya bertiup dari arah utara ke selatan ataupun sebaliknya. Namun bila angin bertiup dari arah barat, pasti selalu menyebabkan kerusakan. Peristiwa ini sering terjadi pada saat pancaroba atau saat musim peralihan. Angin kencang biasanya berasal di daerah antara Desa Balane yang berada di atas bendungan. Wilayah Duyu yang berada di bawahnya Desa Balena, kemungkinan menjadi tempat beradunya angin dari laut laut dan angin dari gunung.
Selain ancaman puting beliung, wilayah Duyu juga memiliki ancaman gempa bumi dan longsor yang tinggi. Nama wilayah Duyu sendiri dapat diartikan sebagai longsor. Ternyata ada banyak sebutan yang disandang oleh wilayah Duyu, seperti halnya sebutan Vambampoiri. Nama-nama sebutan tempat ini seolah merupakan pertanda bahaya yang patut kita pelajari dan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan mengenai ancaman bencana di suatu daerah. (LS)