Gejolak zaman modern tidak bisa lepas dari teknologi, urbanisasi, dan konsumerisme. Masyarakat Badui menawarkan refleksi mendalam mengenai komitmen terhadap nilai-nilai keberlanjutan, harmoni dengan bumi dan menjaganya dari resiko bencan alam.
Mereka mempraktikkan pertanian secara tradisional tanpa bantuan pupuk kimiawi, menjaga keberlanjutan lahan pertanian, menjalankan ketahanan pangan penduduk kampung badui dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana. Konsisten menjalankan hidup sederhana, menggunakan barang-barang yang mereka hasilkan sendiri dan memiliki kebutuhan hidup yang minimalis.
Masyarakat Badui dan Refleksi Hidup Berkelanjutannya
Konsep ini tercermin dalam sikap mereka yang menjaga kelestarian alam, bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Menariknya, masyarakat Badui dikenal dengan prinsip gotong royong dan kemandirian. Mereka bekerja sama dalam berbagai kegiatan, mulai dari bercocok tanam hingga merayakan upacara adat (upacara adat seba, kawalu, ngelaksa dll). Semangat gotong royong ini menjadi pondasi kehidupan berkelanjutan, di mana solidaritas dan kebersamaan menjadi kunci keberlanjutan.
Baca juga: Asal Nama Kampung Banceuy dan Hubungannya dengan Bencana
Selama ini mereka percaya bahwa “bencana sebagai teguran bagi umat manusia” sebagaimana disebutkan oleh Ayah Karmain selaku salah satu tokoh masyarakat Badui. Perilaku manusia yang tidak berkelanjutan dapat menjadi pemicu bencana alam yang merugikan kelestarian alam, menyoroti pentingnya perubahan perilaku untuk melindungi lingkungan dan mencegah dampak negatif yang lebih besar.
Penulis: Septia Anisa
Editor: Nugrah Aryatama