Malaria Endemis Papua Hingga Cerita Pram

Ilustrasi Nyamuk Malaria
Ekspedisi Jawadwipa

Malaria nama penyakit yang sudah tidak asing didengar oleh kita, tapi apa sobat DC sudah mengetahuinya ?. Menurut WHO (World Health Organization), Malaria adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh parasit Plasmodium, yang menyebar ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala bagi orang yang mengidap penyakit ini antara lain demam, muntah, panas dingin dan lain sebagainya.

Penyakit ini merupakan penyakit yang harus cepat ditangani dan angka resiko terkena bakteri ini cukup tinggi karena ditularkan oleh nyamuk. Laporan Malaria Global 2020 menunjukan, sekitar 229 juta orang terinfeksi penyakit ini pada tahun 2019, dengan rata-rata 400.000 kematian. Kebanyakan korban dari penyakit ini adalah anak-anak di bawah usia lima tahun. Penyakit ini juga paling banyak terjadi di Afrika (sekitar 90%), diikuti oleh Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika sub-Sahara.

Geografis Papua dan Maraknya Malaria

malaria
Manajer Klinik Asiki, Dokter Firman (jubah putih), sedang memeriksa kesehatan salah seorang pasien yang terdiagnosa penyakit malaria di Boven Digoel, Papua. Foto: jawapos.com

Di Indonesia sendiri daerah yang menjadi rawan atau rentan terhadap penyakit ini salah satunya adalah Papua. Hal ini tidak mengherankan Papua memang sedari dulu adalah wilayah yang menjadi endemis penyakit ini di Papua.Secara umum, di wilayah yang lebih hangat dan dekat dengan garis khatulistiwa, penularan penyakit ini sendiri menjadi lebih intens dan terjadi sepanjang tahun. Selain itu tingginya curah hujan serta banyaknya genangan membuat habitat dari nyamuk pembawa parasit plasmodium betah berkembang biak, faktor lain luasnya hutan di Papua yang membuat nyamuk ini sulit terdeteksi keberadaannya.

Kasus penyakit ini di Provinsi Papua pada tahun 2021 mencapai 86.022 kasus (90,9%) dari total kasus di Indonesia, selain itu wilayah endemis lain yang menjadi wilayah penyakit ini adalah daerah Maluku dan Nusa Tenggara.

Cerita Pram

malaria
Cover Buku Cerita Dari Digul

Cerita yang paling masyhur tentang Papua dan potensi penyakit yang disebabkan nyamuk ini dituturkan oleh sastrawan terkenal Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya yang berjudul Cerita dari Digul, Digul adalah salah satu sebutan Kamp Pengasingan yang ada di Tanah Merah, Papua di era kolonial. Tradisi minum pil kina atau disebutnya pil kinane merupakan tradisi wajib, mengingat penyakit ini di tempat tersebut merupakan penyakit yang sangat ganas, mereka menyebut penyakit ini dengan cap zwarte waterkoorts (malaria hitam, apabila air kencing penderita sudah menjadi hitam, artinya sudah tiba ajalnya).

Penyebutan kata nyamuk malaria dalam novelnya yang berulang-ulang, nampaknya Pram ingin menjelaskan situasi yang genting antara daerah Papua, Kamp Pengasingan Digul yang memang darurat akan penyakit ini. Tiap hendak tidur ataupun hendak melarikan diri gambaran penyakit ini yang dapat mudah datang menghantui tiap para orang Digul. 

Baca juga: Rumphius, Ahli Botani Pengabadi Kisah Gempa dan Tsunami

Dan hingga kini eliminasi penyakit ini sendiri di Papua masih menjadi tantangan berat, dikutip dari Media Indonesia Eliminasi Malaria di Papua Sangat Berat, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa, eliminasi penyakit ini di Papua mempunyai tantangan geografis serta keterjangkitannya yang cukup tinggi, dilain sisi pemberian vaksin Afrika  juga belum tentu cocok dengan kondisi nyamuk pembawa penyakit ini yang ada di Indonesia. 

Penulis: Kori Saefatun

Editor: Nugrah Aryatama

Sumber:

https://regional.kompas.com/read/2022/05/17/213704478/mengapa-di-papua-banyak-malaria#google_vignette