Bila ke Jawa Timur tidak lupa daerah Situbondo, pasti Taman Nasional Baluran tidak ketinggalan mengisi list destinasi wisata yang wajib didatangi. Selain Baluran, banyak sekali hal menarik yang ada di wilayah Situbondo. Bahkan, Kabupaten Situbondo menjadi salah satu destinasi dalam perjalanan Ekspedisi JawaDwipa yang didukung oleh program Siap Siaga dan juga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Hal ini dikarenakan beberapa kali wilayah ini mengalami gempa meskipun kekuatannya kecil. Selain itu, kabupaten ini juga memiliki banyak peninggalan sejarah dan ingatan kolektif mengenai peristiwa bencana.
Kali ini, tim Ekspedisi JawaDwipa (EJD) menyusuri jejak bencana yang ada di Desa Peleyan, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo. Letaknya yang berada di pesisir pantai menyebabkan banyak sekali satu pengetahuan lokal yang dimiliki oleh masyarakat yang berhubungan dengan membaca cuaca. Masyarakat setempat mengetahui bulan-bulan saat ombak besar datang dan kapan saat badai akan sering terjadi. Tobanyak, salah satu nelayan di Desa Peleyan juga mengetahui ciri-ciri badai akan datang dengan melihat kondisi awan di atas pantai.
Desa Peleyan, Situbondo dan Ancaman Bencananya
Pada musim penghujan biasanya masyarakat di dua desa tersebut mengalami banjir rob diakibatkan oleh abrasi pantai yang terjadi di pesisir Situbondo. Terdapat tiga tradisi dalam masyarakat Situbondo yang bertujuan serta dipercaya untuk menghindari bencana, bahkan bencana kekeringan. Tradisi yang pertama adalah acara Petik Laut yang dilakukan oleh masyarakat yang bekerja sebagai nelayan. Tradisi tersebut diawali dengan berdoa kepada tuhan, lalu diadakan larung saji dengan membawa Tumpeng serta lauk pauk ke dalam kapal, selanjutnya sajen tersebut diberikan kepada laut. Tujuan diadakanya tradisi tersebut adalah mengucapkan rasa syukur terhadap rezeki yang diberikan oleh laut, selain itu juga memohon kepada sang kuasa untuk terhindar dari bencana maupun marabahaya.
Ketika musim kemarau tiba dan tidak kunjung datangnya hujan, masyarakat Desa Peleyan memiliki tradisi unik bernama Ojung. Tradisi Ojung yang bertujuan untuk meminta hujan ketika suatu daerah mengalami kekeringan. Pelaksanaan tradisi Ojung dilakukan dengan melibatkan dua orang yang akan naik ke atas arena kemudian saling memukul rotan. Menurut Munaqib, tradisi ini masih ampuh mendatangkan hujan ketika musim kering datang.
Saat tim EJD mengunjungi Desa Peleyan, kami bertemu dengan Munaqib selaku Kepala Desa Peleyan. Menurutnya, banjir merupakan bencana yang memang sering terjadi di desa ini. Walaupun banjir yang melanda akan surut dalam waktu singkat, tetapi peristiwa ini sudah banyak merugikan masyarakat.
Lambat laun warga Desa Peleyan menyadari bahwa banjir rob semakin lama semakin besar saja. Hal ini menjadi permasalahan di tempat pelelangan ikan di Desa Peleyan. Pasalnya tempat pelelangan tersebut ketika ombak besar sering terhantam dan mengalami kerusakan, walaupun sekarang sudah terlihat bagus akan tetapi bisa rusak kembali jika tidak ada penanganan terkait abrasi di tempat pelelangan tersebut. Masyarakat menganggap bahwa banjir rob ini terjadi karena abrasi dan lama-kelamaan menjadi ancaman yang besar bagi mereka.
Selain banjir rob, warga Desa Peleyan juga mengkhawatirkan ancaman angin kencang yang wara-wiri sering kali menghampiri desa ini. Biasanya angin kencang terjadi pada bulan kedua dan ketiga yang terkadang merusak rumah warga, bila berbarengan dengan banjir rob, semakin memperparah kondisi pemukiman warga.
“Waktu itu saking derasnya ombak sampai menghantam tanggul di sini. Genteng warung ini hancur dan bolong-bolong karena kencangnya angin dan kerasnya hantaman ombak, sehingga air laut masuk” ucap Tobanyak.
Jamuan makan siang begitu menggoda kerongkongan. Desa Peleyan memiliki potensi hasil laut yang beragam dan tersaji dalam berbagai kudapan olahan ikan dengan bumbu sedap membuat ketagihan. Semua ini mungkin tidak akan bertahan lama bila tidak bisa melakukan adaptasi dengan perubahan iklim yang terjadi. Masyarakat sudah menyadari ancaman yang ada di sekelilingnya, namun perlu dukungan untuk melakukan tindakan pengurangan risiko bencana.
Penulis : Raja Ahmad Namora S
Editor : Lien Sururoh