Di tengah blokade yang menutup hampir seluruh akses darat dan udara ke Gaza, jalur maritim sempat menjadi satu-satunya harapan untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan. Kapal-kapal sipil yang membawa logistik penting seperti pangan, obat-obatan, dan air bersih berlayar melewati lautan menuju wilayah yang porak-poranda konflik berkepanjangan. Harapan itu kian hari kian suram
Sejak 2 Maret 2025, Israel secara resmi menutup seluruh jalur penyebrangan ke Gaza, termasuk Rafah dan Kerem Shalom, yang sebelumnya menjadi titik masuk utama bantuan kemanusiaan. Langkah ini menyebabkan penyaluran bantuan terhenti hampir total, memperparah kelangkaan makanan, obat-obatan, serta pelayanan kesehatan dasar bagi lebih dari 2,3 juta penduduk Gaza.
Jalur Maritim Kemanusiaan, Harapan yang Kian Suram

Sebelum blokade diperketat, distribusi bantuan ke Gaza masih dapat dilakukan melalui koordinasi langsung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan berbagai lembaga kemanusiaan internasional. Israel berdalih bahwa pembatasan bantuan kemanusiaan diberlakukan untuk mencegah kemungkinan penyalahgunaan oleh Hamas, kelompok bersenjata Palestina yang oleh Israel dan sejumlah negara lain dikategorikan sebagai organisasi teroris. Kekhawatiran ini menjadi alasan utama dibalik pengetatan akses masuk bantuan baik dari jalur maritim ataupun jalur lain, meskipun di sisi lain kebijakan ini turut memperburuk krisis kemanusiaan yang dihadapi jutaan warga sipil di Gaza.
Harapan bantuan datang ke Gaza tetap ada, jutaan masyarakat peduli pada krisis ini namun akses yang amat sulit yang dibangun oleh Israel, menyulitkan bantuan kemanusiaan untuk masuk dan menangani krisis ini.

Sedikit harapan kemanusiaan juga ditularkan oleh seorang aktivis iklim asal Swedia, Grerta Thunberg. Pada awal Mei bersama 12 awak kapal lainnya yang membawa relawan dari berbagai negara, menggunakan kapal sipil yang berlayar menuju Gaza untuk membawa bantuan kemanusiaan, Greta berujar:
“Misi sipil simbolis, yang bertujuan untuk mematahkan pengepungan, jika masih ada sedikitpun rasa kemanusiaan yang tersisa, kita harus berjuang untuk Palestina. Saya di sini karena ini adalah tugas” katanya.
Seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, pelayaran melalui jalur maritim menuju Gaza tidak berjalan mulus. Dilansir dari Anadolu Agency, militer Israel menyatakan bahwa angkatan laut mereka telah bersiaga untuk menghadang kedatangan kapal dalam Armada Gaza, termasuk kapal Madleen yang berangkat dari Sisilia.
Baca juga: Adaptasi Lembaga Kemanusiaan di Tengah Ketergantungan Dana Global
Di batas dermaga yang tak bisa didekati, bergantung harapan yang semakin hari semakin redup. Solidaritas dunia belum cukup kuat untuk membuka blokade. Sementara itu, lebih dari 70% populasi Gaza kini hidup dalam ketergantungan penuh pada bantuan kemanusiaan, dan dunia masih bimbang mengambil sikap yang tegas untuk kemanusiaan di Gaza.
Penulis: Kori Saefatun
Editor: Nugrah
Sumber:
https://www.tempo.co/internasional/reaksi-dunia-atas-pembajakan-kapal-madleen-oleh-israel–1674113
https://www.tempo.co/internasional/israel-akan-cegat-kapal-pembawa-bantuan-ke-gaza-1633031