Filipina, negara kepulauan yang memesona dengan keindahan alamnya, ternyata menyimpan sisi rapuh yang tak bisa diabaikan. Di balik pantainya yang memukau dan pegunungan yang hijau, tersembunyi kenyataan bahwa negeri ini berada di jalur bencana paling aktif di dunia.
Diperkirakan 60 persen wilayah daratannya dan bahkan 74 persen dari total penduduknya tinggal di zona rawan bencana. Dari banjir bandang dan topan dahsyat, hingga gempa bumi, tanah longsor, dan tsunami, hampir tak ada jenis bencana alam yang tak pernah singgah di negara ini.
Dengan lebih dari 20 topan tropis yang melintasi setiap tahunnya dan lokasinya yang berada di “Cincin Api Pasifik“, Filipina hidup berdampingan dengan risiko bencana.
Letaknya di jantung Cekungan Pasifik Barat Laut wilayah pembentukan siklon tropis paling aktif di dunia menjadikan Filipina sangat rentan terhadap badai dahsyat. Negara ini menghadapi rata-rata 20 siklon tropis setiap tahun, dengan sekitar 8 diantaranya menghantam daratan, meninggalkan jejak kehancuran yang tak sedikit.

Salah satu bencana paling memilukan tercatat pada tahun 2013, saat Topan Haiyan, topan terkuat dalam sejarah modern Filipina, menyapu wilayah tengah negara itu. Dengan kecepatan angin mematikan, badai tersebut menewaskan lebih dari 6.000 jiwa, menghancurkan sembilan provinsi, dan menyebabkan lebih dari 1,1 juta rumah hancur. Tak hanya korban jiwa, kerugian ekonominya pun luar biasa. Kerusakan pada sektor pertanian dan infrastruktur ditaksir mencapai 802 juta dolar AS.
Cara Filipina Informasikan Bencana dengan UU Free Mobile Disaster
Melihat potensi kebencanaan yang tinggi, pemerintah Filipina menyadari bahwa kesiapsiagaan saat terjadinya bencana dibutuhkan, setiap masyarakat harus mendapat informasi secara cepat dan tepat terkait bencana yang terjadi, hal ini untuk menghindari korban jiwa dan kerugian yang lebih besar.
Di tahun 2014, pemerintah Filipina meningkatkan sistem peringatan dini bencana dengan memanfaatkan teknologi seluler. Melalui penerapan Republic Act No. 10639 atau Free Mobile Disaster Alerts Act, warga dapat menerima peringatan bencana langsung di ponsel mereka secara gratis.
Undang-undang yang mulai diberlakukan sejak tahun 2014 ini mewajibkan seluruh operator telekomunikasi di Filipina untuk mengirimkan pesan singkat kepada pelanggan terkait potensi bencana, seperti topan, gempa bumi, tsunami, hingga letusan gunung berapi.

Pesan-pesan ini disusun oleh badan resmi pemerintah seperti PAGASA dan PHIVOLCS, kemudian disebarkan oleh NDRRMC bekerja sama dengan operator seluler. Teknologi ini dinilai efektif untuk menjangkau masyarakat luas dalam waktu singkat, terutama di wilayah rawan bencana.
Baca: Menyelami Makna Hari Bumi, Mengenal Mitigasi Bencana Paling Sederhana
Dengan sistem ini, diharapkan masyarakat Filipina dapat lebih siaga dan cepat merespons ketika bencana mengancam. Peringatan dikirim langsung ke ponsel, menjangkau warga bahkan di daerah terpencil sekalipun tanpa memerlukan pulsa, data internet, atau aplikasi tambahan. Pemerintah pun terus mengajak masyarakat untuk selalu mengikuti instruksi resmi dan tidak mudah terpancing informasi palsu.
Penulis: Kori Saefatun
Editor: Nugrah Aryatama