KPA Belibis: Memupuk kesadaran Kaum Muda Akan Bencana

Komunitas Pecinta Alam Belibis, Desa Tonggolobibi, Palu, Foto: KPA Belibis
Ekspedisi Jawadwipa

Desa Tonggolobibi dengan burung belibis di rawa-rawa pesisir pantai Desa Tonggolobibi diporakporandakan dengan gelombang tsunami yang datang sesaat setelah guncangan gempa terjadi. Sejarah mencatat pada tahun 1996 terjadi gempa berkekuatan 7,7 skala richter di lepas Selat Makassar. Gelombang yang datang dari laut ini menghantam wilayah desa ini dan menyapu bersih wilayah tersebut sampai jarak lebih kurang 500 meter dari bibir pantai. Setidaknya pemukiman warga di pesisir pantai yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan habis disapu tsunami dan hanya tinggal menyisakan pondasi-pondasi rumah. Saat ini, warga dari pemukiman yang dahulu tersapu oleh tsunami banyak yang meninggalkan bekas rumahnya di pesisir pantai. Warga pindah dan membuat rumah serta pemukiman dekat dengan jalan penghubung antara Kota Palu dan Kabupaten Toli-toli.

Catatan sejarah kelam yang pernah terjadi di Desa Tonggolobibi didukung oleh pemetaan risiko bencana yang juga tinggi. Menyiratkan bahwa kejadian bencana di masa lalu mungkin saja terulang di masa depan. Selain karena wilayah yang dekat dengan sesar Palu Koro, wilayah pesisir pantai serta daratannya yang menghampar luas. Menjadikan wilayah desa ini menjadi sangat rentan akan bencana.

Upaya mitigasi bencana dengan memperkuat kapasitas masyarakat menjadi hal yang penting untuk dilakukan guna memperkecil risiko bencana yang ada di suatu wilayah, khususnya di Desa Tonggolobibi. Keterlibatan kaum muda dalam upaya pengurangan risiko bencana di wilayah lokal adalah salah satu hal yang juga sangat berkontribusi besar. Keberadaan kelompok karang taruna dan juga kelompok pecinta alam Belibis di Desa Tonggolobibi menjadi sesuatu yang sangat positif bagi upaya pengurangan risiko bencana.

KPA Belibis: Memupuk kesadaran Kaum Muda Akan Bencana

Kelompok Pecinta Alam (KPA) Belibis yang namanya terilhami dari banyaknya Burung Belibis di rawa-rawa pesisir pantai Desa Tonggolobibi. Mengatakan perlunya upaya pengurangan risiko bencana di desa mereka. Cerita orangtua mereka tentang kejadian tsunami pada tahun 1996 dan ancaman bencana di desa mereka seperti gempa bumi, abrasi, banjir, dan tsunami. Membuat mereka berkesimpulan bahwa program sosialisasi ke masyarakat mengenai pengetahuan dan keterampilan akan bencana penting untuk dilakukan. Sosialisasi yang ada dan perlu dilakukan itu, bukan saja memberikan pengetahuan kepada warga tentang bagaimana menyelamatkan diri saat bencana. Namun, memberikan pengetahuan serta keterampilan tentang kesiapsiagaan agar ketika bencana warga sudah siap sedia.

“Menurut saya Desa Tonggolobibi dikatakan rawan bencana karena 3 hal, yaitu karena sering mengalami abrasi pantai, erosi sungai, dan berada di jalur Sesar Palu-Koro. memberikan edukasi tentang kebencanaan menjadi hal yang harus dilakukan. Harapan saya dengan adanya program pengurangan risiko bencana, seluruh masyarakat sudah memiliki kesiapan saat bencana terjadi.” Ujar Renaldi selaku Ketua KPA Belibis

Kelompok yang pendiriannya ada karena keresahan sosial tentang maraknya peredaran narkoba di desa mereka ini. Pernah mengadakan upaya-upaya pengurangan risiko bencana yang hal itu terdapat pada program kegiatan organisasi. Kegiatan seperti observasi wilayah penebangan liar di Pegunungan Sojol serta kegiatan penanaman pohon merupakan kegiatan yang pernah dilakukan. Program penanaman pohon yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk meneduhkan lingkungan sekitar. Namun, program tersebut juga bermaksud untuk mengurangi risiko bencana di wilayah Desa Tonggolobibi. Seperti penanaman mangrove yang ditujukan untuk mengurangi abrasi pantai dan juga meredam gelombang besar air laut yang sewaktu-waktu datang.

Hal yang cukup menarik juga diungkapkan oleh kelompok karang taruna Desa Tonggolobibi. Menurut mereka, program sosialisasi ke masyarakat yang bertujuan memberikan edukasi harus dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. Selain itu, program sosialisasi juga harus dibarengi dengan adanya fasilitas yang mendukung terkait program pengurangan risiko bencana. Harapannya dengan adanya fasilitas tersebut, bukan saja akan memudahkan warga ketika menghadapi bencana yang dapat sewaktu-waktu terjadi. Fasilitas yang diperlukan juga dapat berperan penting dalam mencegah timbulnya bencana lanjutan yang bisa saja terjadi ketika bencana besar seperti tsunami itu datang. 

“Salah satu upaya pengurangan risiko bencana yang perlu dilakukan adalah memberikan edukasi mengenai kebencanaan secara berkala dan berkelanjutan. Selain itu, hal yang perlu ditingkatkan di desa adalah pengadaan fasilitas yang memadai untuk mendukung upaya pengurangan risiko bencana” Ujar Afdal selaku Ketua Karang Taruna Desa Tonggolobibi

Kedua kelompok pemuda Desa Tonggolobibi ini kerap berkolaborasi baik dalam program atau kegiatan yang dilakukan di wilayah Kecamatan Sojol. Adanya program yang dilakukan juga turut memetakan kembali potensi desa, ancaman maupun tantangan yang ada di wilayah Kecamatan Sojol. Program seperti pemantauan yang dilakukan selama ekspedisi flora & fauna Pegunungan Sojol merupakan salah satu program yang termasuk memetakan potensi sumber daya yang ada di desa. Menurut dua kelompok yang pernah terjun langsung ke wilayah bencana di Kabupaten Sigi dan Toli-toli ini. Terdapat ancaman yang perlu segera ditindak lanjuti sebelum benar-benar berdampak pada masyarakat Desa Tonggolobibi. Ancaman seperti erosi/abrasi dan banjir akan semakin parah berdampak pada warga, karena belum tersedianya tempat pembuangan akhir sampah di tengah masalah sanitasi yang juga belum usai.

Baca juga: Apa Kata Mahasiswa Pecinta Alam Tentang Hutan?

Upaya-upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan maupun pengurangan risiko bencana di wilayah Desa Tonggolobibi kerap dilakukan. Baik karang taruna maupun KPA Belibis, kerap turut andil dalam pengambilan keputusan yang dilakukan tingkat desa melalui musyawarah desa. Namun, tantangan yang menurut mereka klasik seperti pendanaan dan dukungan pemerintah masih selalu menjadi masalah setiap tahunnya. Terlepas dari generasi yang lebih tua selalu mendukung program serta kegiatan dengan menyediakan lokasi serta materi kegiatan.

Tingginya minat serta ketertarikan kaum muda yang ada di Desa Tonggolobibi merupakan hal yang sangat berharga. Begitupun catatan-catatan yang selama ini mereka dapat dari setiap program yang mereka lakukan dapat menjadi pertimbangan yang penting untuk membangun desa jauh lebih baik. Baik KPA Belibis maupun Karang Taruna dapat menjadi ujung tombak dalam upaya pengurangan risiko bencana di Desa Tonggolobibi maupun Kecamatan Sojol. Hal yang juga patut kita garis bawahi adalah kaum muda merupakan generasi yang akan berperan penting dalam membangun serta memperkuat desa saat ini sampai beberapa puluh tahun kedepan. Sehingga kontribusi besar kaum muda harus dibarengi dengan dukungan terhadap segala kegiatan positif mereka, terutama dalam hal pengurangan risiko bencana.

Penulis: Iqbal Ramadhan

Editor: Lien Sururoh