Sederet Sejarah Letusan Gunung Semeru

Ekspedisi Jawadwipa

Keindahan Gunung Semeru seperti bersandar pada batang pohon besar di tengah hutan. Menghirup semerbak wangi dedaunan yang begitu terasa saat fajar menjelang naik menyinari kabut tebal. Cerminan diri tampak pada refleksi air Danau Ranu Kumbolo dengan sedikit warna keemasan mentari pagi yang tepat tergores di depan pandangan mata. Semua ini kita bisa saksikan ketika melakukan pendakian Gunung. 

Pembicaraan keindahan Gunung Semeru mulai pudar seketika ketika erupsi melanda. Gunung sebagai puncak tertinggi di Pulau Jawa ini mengalami erupsi pada 04/12/2021 pukul 15.20 WIB. Gunung Semeru begitu terkenal sebab gunung ini merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.676 m dpl yang letaknya ada pada koordinat 08o 06,5’ LS dan 112o 55’ BT. Gunung Semeru merupakan gunungapi berbentuk stratovolcanoes dengan kubah lava. Gunung yang terletak di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Erupsi Gunung Semeru kembali terjadi pada senin, 06/12/2021 pukul 08.55 WIB. Visual letusan tidak teramati. Erupsi ini terekam diseismograf degan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 480 detik.

Data terbaru dilansir dari tribunnews.com korban meninggal dunia bertambah menjadi 21 orang, yang sebelumnya ada 15 orang. Hal tersebut disampaikan oleh Danrem 083/Baladhika Jaya Kolonel Irwan Subekti pada Senin, 6/12/2021.

Sederet Sejarah Letusan Gunung Semeru

gunung semeru
Puncak Mahameru, Foto: Oleh Jan-Pieter Nap – Own work by the original uploader, CC BY-SA 3.0

Jauh sebelum hari ini tiba, Gunung Semeru telah beberapa kali memperihatkan letusannya. Dilansir dari laman v vsi.esdm.go.id, rekaman letusan Gunung ini tercatat sejak 1818 hingga 1913 tak banyak terdokumentasikan. Kemudian pada 1941-1942 terekam aktivitas vulkanik dengan durasi panjang.

Selanjutnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan lelehan lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942. Saat itu letusan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter. Material vulkanik hingga menimbun pos pengairan Bantengan.

Beberapa aktivitas vulkanik tercatat beruntun pada 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955 – 1957, 1958, 1959, 1960. Seperti pada 1 Desember 1977, guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 kilometer di Besuk Kembar. Volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta meter kubik. Awan panas juga mengarah ke wilayah Besuk Kobokan. Saat itu sawah, jembatan dan rumah warga rusak. Aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat pada 1978 – 1989.

PVMBG juga mencatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008. Pada tahun 2008, tercatat beberapa kali erupsi, yaitu pada rentang 15 Mei hingga 22 Mei 2008. Teramati pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter.

Aktivitas Gunung ini juga tercatat pada tahun 2010 telah menenggelamkan sekitar 17 hektar sawah milik warga di Dusun Rowo Baung, Desa Pronojiwo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur dan meninggalkan material vulkanik yang terdiri dari pasir dan batu dengan ketebalan sampai 8 meter. Lahar dingin Gunung Semeru ini juga bisa terjadi pada sumber air baku untuk air minum yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Semeru. Tak berhenti sampai di situ, Gunung ini juga termasuk salah satu gunung api aktif yang terus melanjutkan aktivitas vulkaniknya.

Letusan Gunung Semeru 2004, Foto: Oleh M. Rietze, CC BY-SA 2.0 de

Aktifitas Gunung Semeru tedapat di Kawah Jonggring Seloko yang terletak di sebelah tenggara puncak Mahameru. Letusan Gunung Semeru umumnya letusan abu bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3-4 kali setiap jam. 

Letusan tipe vulkanian dicirikan dengan letusan eksplosif yang kadang-kadang menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya. Karakter letusan vulcanian berupa letusan eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya. 

Baca juga: Simak Mekanisme Awan Panas Guguran Gunung Semeru Menyebabkan Bencana

Selanjutnya terjadi letusan bertipe strombolian yang biasanya diikuti dengan pembentukan kubah dan lidah lava baru. Pada saat terjadi letusan eksplosif biasanya dikuti oleh terjadinya aliran awan panas yang mengalir ke lembah-lembah yang lebih rendah dan arah alirannya sesuai dengan bukaan kawah dan lembah-lembah di Gunung Semeru. Arah bukaan kawah Gunung Semeru saat ini mengarah ke arah tenggara atau mengarah ke hulu Besuk Kembar, Besuk Bang, Besuk Kobokan.

Status Gunung hingga saat ini berada pada status level II atau ‘waspada’. Pemantauan dan penanggulangan bencana erupsi Gunung Semeru masih dilakukan dan akan terus diiformasikan oleh berbagai lembaga terkait. (LS)

Sumber:

https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/533-g-semeru?start=1

https://nasional.tempo.co/read/1535827/sejarah-letusan-gunung-semeru-1818-2021

https://www.tribunnews.com/regional/2021/12/06/update-dampak-erupsi-gunung-semeru-korban-meninggal-dunia-bertambah-jadi-21-orang.