Sejak 31 Oktober hingga 12 November, sejumlah pemimpin dunia menghadiri KTT yang membahas perubahan iklim, COP26, di Glasgow, Skotlandia.
Pada hari kedua pelaksanaan COP26, Sekjen PBB Antonio Guterres dengan tajam mengatakan kepada 120 pemimpin yang datang ke Glasgow. “Kami dengan cepat mendekati titik kritis yang akan memicu meningkatnya putaran umpan balik dari pemanasan global.”
Pemberitahuan aksi iklim baru-baru ini mungkin memberi kesan bahwa kita berada di jalur untuk membalikkan keadaan, katanya. Tetapi “ini adalah ilusi” dalam pidatonya (01/11/2021).
Perubahan Iklim dan Bencana, Bagaimana Hubungannya ?
Rasanya kata ilusi itu memang tepat untuk menggambarkan aksi perubahan iklim yang kita lakukan selama ini belum mampu mengurangi kenaikan suhu bumi. Pemanasan global masih terjadi. Bahkan beberapa peneliti memprediksi kenaikan suhu global akan naik sebesar 2,7 derajat Celcius pada abad ini.
Buktinya saja masih banyak bencana karena perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan, jumlah bencana terkait cuaca yang melanda dunia telah meningkat lima kali lipat selama 50 tahun terakhir.
Karena suhu global telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir, telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam jumlah bencana yang terkait dengan cuaca dan air yang ekstrem. Dalam 50 tahun antara 1970 dan 2019, ada lebih dari 11.000 bencana seperti itu, menurut atlas baru dari WMO yang memetakan skala peristiwa ini.
Akibat meningkatnya suhu permukaan global kemungkinan akan terjadi lebih banyak kekeringan dan peningkatan intensitas badai. Hal ini terjadi karena lebih banyak uap air yang diuapkan ke atmosfer yang menjadi cikal bakal badai yang lebih kuat untuk berkembang.
Panas yang lebih tinggi di atmosfer dan suhu permukaan laut yang lebih hangat dapat menyebabkan peningkatan kecepatan angin dalam badai tropis. Naiknya permukaan laut menggenangi lokasi yang lebih tinggi yang biasanya tidak terkena batas laut dan abrasi dari gelombang laut.
Para ilmuwan telah memperkirakan bahwa efek jangka panjang dari perubahan iklim akan mencakup penurunan es laut dan peningkatan pencairan lapisan es, peningkatan gelombang panas dan curah hujan yang tinggi, dan penurunan sumber daya air di daerah semi-kering.
Baca juga: Perubahan Iklim dan Dunia Harus Bersiap Hadapi Potensi Bencananya
Cuaca mengacu pada kondisi atmosfer jangka pendek sedangkan iklim adalah cuaca di wilayah tertentu yang dirata-ratakan dalam jangka waktu yang lama. Perubahan iklim mengacu pada perubahan jangka panjang. Tanda-tanda terjadinya perubahan iklim di antaranya:
- Temperatur meningkat di seluruh dunia karena gas rumah kaca terperangkap lebih banyak panas di atmosfer.
- Kekeringan menjadi lebih panjang dan lebih ekstrim di seluruh dunia.
- Badai tropis menjadi lebih parah karena suhu air laut yang lebih hangat.
- Saat suhu naik, tumpukan salju berkurang di pegunungan dan daerah kutub dan salju mencair
Beberapa faktor turut berkontribusi dalam perubahan iklim, salah satunya adalah aktivitas antropogenik (akibat manusia). Akibat aktivitas manusia yang menghasilkan gas rumah kaca, berakibat buruk pada bumi dan berimbas kembali pada manusia di dalamnya.
Lebih dari dua juta orang meninggal akibat perubahan iklim, dengan perkiraan kerugian ekonomi sebesar $3,64 triliun. Lebih dari 90% kematian terkait bencana cuaca terjadi di negara berkembang. Pembunuh terbesar adalah kekeringan yang bertanggung jawab atas 650.000 kematian. Sementara belahan dunia lainnya, suhu ekstrem merenggut hampir 56.000 nyawa. Kerugian yang dilaporkan dalam dekade antara 2010-2019 adalah sekitar $383 juta per hari, meningkat tujuh kali lipat dari $49 juta per hari antara 1970-1979.
Negara-negara berkembang menderita kerugian ekonomi relatif tiga kali lebih besar daripada negara-negara berpenghasilan tinggi karena bencana terkait iklim menurut laporan baru dari Konferensi Perdagangan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Biaya adaptasi untuk negara-negara berkembang telah berlipat ganda dalam dekade terakhir sebagai akibat dari kelambanan tindakan. Ini hanya akan meningkat lebih jauh ketika suhu meningkat, mencapai $300 miliar pada tahun 2030 dan $500 miliar pada tahun 2050.
Bencana akibat perubahan iklim ini harus serius ditanggulangi dengan memperkecil dampak yang ditimbulkan. Mengutip dari bbc.com, Perwakilan khusus Sekjen PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana, Mami Mizutori, berkata “Kami membutuhkan investasi yang lebih besar dalam manajemen risiko bencana yang komprehensif, memastikan bahwa adaptasi perubahan iklim terintegrasi dalam strategi pengurangan risiko bencana nasional dan lokal,”(01-09-2021).
Penulis: Lien Sururoh
Sumber: