Swiss, 25 Mei 2025, terjadi longsor yang memuat bongkahan batu, lumpur dan gletser es dari Pegunungan Alpen menimbun satu desa kecil yang bernama Desa Blatten. Perusahaan penyiaran radio dan televisi melaporkan bahwa 90 persen Desa Blatten telah terkubur akibat longsor tersebut
Meskipun longsor tersebut menimpa satu desa penuh, namun hanya satu orang yang dinyatakan hilang karena terkubur di bawah puing-puing dari Gletser Birch. Bukan tanpa alasan sebenarnya longsor di Swiss hanya menelan satu korban jiwa, sepuluh hari sebelumnya pemerintah telah memerintahkan 300 penduduk serta hewan ternak untuk mengevakuasi dan mengungsi.
Hebatnya Mitigasi di Swiss, Desa Tertimbun Longsor Nyaris Tanpa Korban

Dikutip dari Swissinfo.ch yang merilis berita pada 19 Mei 2025, menyatakan bahwa Para ahli Swiss memperingatkan bahwa gunung di atas Desa Blatten sedang bergerak, dan longsoran batu besar akan segera terjadi. Skenario terburuknya longsoran bisa menghantam desa tersebut. Pada pukul 11:30 pagi, penduduk diminta meninggalkan desa. “Situasinya sangat gawat” kata Matthias Ebener, kepala staf kommando, kepada SRF (Schweizer Radio und Fernsehen).
“Yang tak terbayangkan telah terjadi, tetapi kami berhasil menyelamatkan nyawa penduduk,” kata Walikota Blatten, Matthias Bellwald, dilansir BBC, Jumat (30/5/2025).
Himbauan ini yang menyelamatkan penduduk Desa Blatten saat itu, evakuasi berjalan cepat dan terorganisir, menghindarkan banyak nyawa dari ancaman longsoran yang terjadi beberapa jam setelahnya.
Gletser Birch telah dipantau sejak tahun 1990-an, Matthias Huss, pakar gletser terkemuka dari Institut Teknologi Federal Zurich-Swiss, telah lama memperhatikan kondisi ini. Huss dan timnya memantau gletser-gletser disini sepanjang tahun, dengan laporan tahunan mereka menunjukkan pencairan gletser yang semakin cepat, hal ini berkaitan erat dengan dampak pemanasan global.
Runtuhnya gletser menyebabkan puing-puing jatuh dan memenuhi dasar Sungai Lonza, membentuk bendungan alami yang mengarah terbentuknya danau di hulu. Para pejabat setempat memperingatkan bahwa jika bendungan ini jebol, gelombang pasang yang terjadi bisa membanjiri pemukiman-pemukiman yang berada di hilir sungai. Dan menyebabkan bencana lain di Pegunungan di negara eropa satu ini.

Jika di wilayah pesisir Indonesia adalah wilayah dengan kerentanan tertinggi akibat krisis iklim maka di negara Swiss, Desa yang berada di antara Pegunungan es adalah daerah rentan terkena longsor batuan es karena suhu yang makin tinggi.
Tercatat ada 7 longsor es besar yang terjadi di sepanjang masa antara lain: Tanah longsor Goldau, kanton Schwyz (1806), Longsoran batu elm, kanton Glarus (1881), Longsoran batu Randa, kanton Valais (1991), Longsor Gondo, kanton Valais (2000), Longsor Bondo, kanton Graubünden (2017), Longsor Brienz/Brinzauls, wilayah Graubünden (2023) dan longsor yang terjadi pada Mei kemarin wilayah Valais (2025)
Baca juga: 3 Kearifan Lokal Masyarakat dalam Hadapi Longsor dan Tanah Bergerak
Berkaca pada kejadian-kejadian tersebut pemerintah Swiss menjadi mawas diri dan sesegera mungkin memberi informasi terkait gerakan tanah yang terjadi sehingga dapat meminimalisir korban akibat runtuhnya gletser-gletser es.(Kori/Nugrah)
Dari Pelbagai Sumber