Tanah Bergerak Masih Jadi Bencana yang Mengancam Indonesia

Kejadian Tanah Bergerak di Trenggalek, Foto: ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI
Ekspedisi Jawadwipa

Selain potensi gempa bumi yang menjadi sumber potensi bencana di Indonesia, tanah bergerak masih menjadi salah satu bencana yang mengancam Indonesia, mengingat kondisi geografis dan geologis negara yang rentan terhadap pergerakan tanah.

Dalam jurnal yang ditulis oleh Yunara dkk dengan judul “faktor geologi dan mekanisme gerakan tanah di indonesia” menjelaskan  bahwa, memahami gerakan tanah, faktor pengontrol dan pemicu gerakan tanah adalah kondisi geologi suatu wilayah, seperti jenis batuan dan tanah pelapukannya, kekuatan tanah dan batuan, kemiringan lereng, serta jumlah air dalam tanah, ini merupakan faktor utama yang mengontrol terjadinya gerakan tanah. Faktor-faktor ini menentukan apakah suatu daerah mudah mengalami pergerakan tanah atau tidak.

Tanah Bergerak Masih Jadi Bencana yang Mengancam Indonesia

tanah bergerak
Ilustrasi Tanah Bergerak, Foto: ANTARA/ANIS EFIZUDIN

Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Eko Soebowo, juga menyoroti peran aktivitas manusia. Dalam wawancara bersama Narasi Newsroom, ia menjelaskan bahwa perubahan penggunaan lahan, terutama di kawasan konservasi, berkontribusi besar terhadap terjadinya gerakan tanah. “Ketika lahan konservasi dibuka dan curah hujan tinggi, air akan mudah meresap ke dalam tanah dan memicu pergerakan,” ujarnya.

Dalam tiga bulan pertama di tahun 2025 tercatat ada beberapa kejadian tanah longsor dan tanah bergerak yang terjadi di Indonesia antara pada, Januari terdapat 31 kejadian, Februari terdapat 21 kejadian dan pada, Maret terdapat 37 kejadian tanah longsor dan tanah bergerak dengan jumlah korban jiwa yang variatif.

Curah hujan yang masih tinggi turut memicu kejadian lanjutan pada April. Di Desa Gowong, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, gerakan tanah menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur. Jalan desa dilaporkan amblas hingga kedalaman satu meter, memutus akses masyarakat.

Kejadian serupa terjadi di Desa Mendala, Kecamatan Sirampog, Brebes, yang berlangsung sejak April hingga Mei 2025. Lebih dari 130 kepala keluarga terdampak, bahkan beberapa di antaranya harus mengungsi ke hunian sementara.

tanah bergerak
Petugas BPBD melakukan pengecekan pada lokasi tanah bergerak, Foto: Dok. BNPB

Paling baru, bencana tanah bergerak melanda Desa Pasir Munjul, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta. Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, sebanyak 57 rumah rusak berat, 3 rusak sedang, dan 8 lainnya rusak ringan. Akses jalan di Kampung Cigintung terputus, sementara area terdampak diperkirakan mencapai 18.757 meter persegi dengan total 249 jiwa terdampak.

Baca juga: Tanah Bergerak di Sisi Gunung Parang Purwakarta

Melihat tren kejadian yang terus berulang di berbagai wilayah, tanah bergerak bukan hanya ancaman musiman, melainkan persoalan yang membutuhkan penanganan serius dan mitigasi jangka panjang.(Kori/Nugrah)