Dihadapkan dengan ancaman megathrust tidak membuat laut Mentawai yang terletak di lepas pantai Sumatera, yang merupakan salah satu wilayah yang memiliki keindahan alam luar biasa berupa kepulauan dengan wilayah hujan tropis di dalamnya. Tetapi di balik pesonanya, Laut Mentawai juga menjadi wilayah yang rawan terhadap ancaman bencana alam, khususnya gempa bumi dan tsunami akibat megathrust.
Adanya Samudera Hindia yang terbentang luas di depan Mentawai bukan tanpa alasan menjadi faktor yang memperburuk ancaman. Jika Samudera Hindia mengaum perairan ini siap menghantam apabila terjadinya tsunami, sehingga potensi dampaknya dapat melanda kawasan pesisir dengan sangat cepat
Megathrust merujuk pada zona geologis di mana dua lempeng tektonik bertemu, dengan salah satu lempeng yang bergerak menyusup atau subduksi ke bawah lempeng lainnya. Proses subduksi ini mengakibatkan penumpukan energi yang sangat besar sepanjang waktu, karena gesekan antara kedua lempeng yang bergerak sangat lambat namun konstan. Energi yang terakumulasi ini, pada titik tertentu, akan dilepaskan secara mendadak dalam bentuk gempa bumi besar atau bahkan gempa megathrust yang dapat menimbulkan tsunami dahsyat.
Dirilis dari Instagram BMKG, setidaknya ada 13 zona megathrust di Indonesia. Zona ini hampir mengelilingi seluruh wilayah Indonesia, serta dengan magnitudo yang berbeda-beda. Dan dua diantara 13 zona ini melanda wilayah Mentawai yaitu di Siberut dan juga Pagai, yang keduanya bermagnitudo 8.9.
Siap Hadapi Megathrust, Kenali Kondisi Laut Mentawai

Istilah “tinggal menunggu waktu” yang sering dikampanyekan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika) nyatanya memang harus di waspadai ancamannya serta sembari meningkatkan kapasitas masyarakatnya.
Dalam catatan koran yang berjudul Nieuwe Winterswijksche Courant yang terbit di tahun 1940 membagi karakteristik Pulau Mentawai dalam dua garis besar. Jika pantai barat ada Samudra Hindia mengaum dengan kekuatan besar, yang dapat menghantam bebatuan yang tegak lurus atau memanjang ke laut, serta seringnya wilayah ini diterpa badai tropis dan ombak yang sangat tinggi. Maka pantai timur menyajikan pemandangan yang lebih tenang, ombaknya yang lembut menyapu tepi berpasir yang landai, dengan air laut yang jernih seperti kristal.
Potensi gempa dengan kekuatan mencapai magnitudo 8,9 di zona megathrust Mentawai-Siberut telah beberapa kali diungkapkan oleh BMKG dan BPBD.
Sebagai contoh, pada tahun 2022, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa para ahli gempa telah memperkirakan kemungkinan terburuk apabila segmen megathrust di kawasan Mentawai-Siberut bergerak. “Magnitudo 8,9 adalah perkiraan yang didasarkan pada perhitungan panjang segmen serta kecepatan pergerakan pada bidang pergeseran,” jelas Dwikorita, seperti yang dikutip dari Kompas.tv (4/3/2022).

Pada tahun sebelumnya, tahun 2020, Syahrazad Jamil, Kepala Bidang Penanggulangan Bencana BPBD Provinsi Sumatera Barat, juga pernah menyampaikan hal serupa dalam sebuah diskusi virtual mengenai upaya pengurangan risiko tsunami di Sumbar. Dilansir dari Antara (13/11/2020), Syahrazad menjelaskan skenario terburuk yang bisa terjadi akibat gempa magnitudo 8,9, di mana dalam waktu 20 hingga 30 menit setelah gempa, gelombang tsunami setinggi enam hingga sepuluh meter dapat menghantam Kota Padang dengan jarak 2 hingga 5 kilometer dari pesisir.
Baca juga: Ibukota Kepulauan Mentawai ini Hampir Pindah Karena Malaria
Penting mengetahui setiap karakteristik dari Pulau Mentawai sendiri, sebagai Pulau kecil yang rentan terhadap amukan besar lautan Samudera Hindia, bersiap menghadapi megathrust dengan selalu memperhatikan himbauan dari pemerintah setempat serta membaca tanda alam, sebab megathrust di Kepulauan Mentawai bukanlah suatu keniscayaan dan hanya tinggal menunggu waktu, yang bisa dilakukan hanyalah bersiap.
Sumber: