Rutin Donor Darah Bagian Dari Siap Bencana

Ilustrasi Donor Darah
Ekspedisi Jawadwipa

Donor darah menjadi penting untuk menjaga ketersediaan darah saat keadaan darurat dan dalam penyelamatan nyawa. Setiap kali bencana datang baik bencana berupa gempa bumi, banjir, dan lainya, hal yang selalu dibutuhkan secara cepat adalah darah, terutama dalam bencana skala besar dengan jumlah korban banyak dan resiko luka berat seperti dalam gempa dan tsunami.

Dikutip dari American Red Cross, saat terjadi bencana seperti kebakaran hutan, badai, atau banjir, dibutuhkan lebih banyak donor darah untuk membantu para korban luka adalah sebuah mitos, faktanya adalah bencana alam justru sering menyebabkan jadwal pendonoran dibatalkan. Cuaca buruk bisa menghalangi pendonor datang ke lokasi donor, dan banyak pusat donor darah harus ditutup sementara. 

Sehingga bukan hanya korban bencana yang terdampak, tapi juga pasien lain yang butuh transfusi darah untuk operasi atau pengobatan rutin. Karena itu, sangat penting bagi rumah sakit untuk selalu memiliki stok darah yang cukup sebelum bencana terjadi. Sehingga ini kaitannya dengan aksesibilitas yang rusak saat bencana, artinya pasien yang mengalami luka berat saat bencana mempunyai situasi yang amat berat.

Rutin Donor Darah Bagian Dari Siap Bencana

donor darah
Ilustrasi Kegiatan Donor Darah, Foto: Dok. ntb.bpk.go.id

Selama ini kegiatan ini lebih dikenal sebagai aksi sosial atau bentuk kepedulian yang insidentil misalnya saat ada kegiatan kampus, acara komunitas, atau saat krisis kemanusiaan terjadi. 

Padahal donor darah secara rutin memiliki peran strategis sebagai bagian dari sistem mitigasi dan kesiapsiagaan bencana. Darah tidak bisa diproduksi secara instan atau disimpan dalam waktu lama dibutuhkan suplai yang terencana, bahkan jauh sebelum bencana terjadi.

World Blood Day atau peringatan hari darah sedunia yang diperingati setiap 14 Juni setiap tahunnya, dengan tema yang diusung WHO pada tahun ini adalah Give blood, give hope: together we save lives yang berarti memberi harapan pada setetes darah yang didonorkan. Hal ini menjadi pengingat bahwa peran pendonor darah tidak hanya penting dalam keseharian medis, tapi juga krusial saat bencana dan krisis kemanusiaan terjadi.

Dalam konteks kesiapsiagaan bencana, donor darah rutin adalah bentuk mitigasi non-struktural yang melibatkan peran aktif masyarakat. Ketika setiap individu rutin berdonor, maka masyarakat tersebut sedang menyiapkan jaringan penyelamat hidup yang akan sangat dibutuhkan saat kondisi darurat datang tiba-tiba.

donor darah
Ilustrasi Transfusi Darah,

Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai lembaga donor darah di Indonesia sendiri secara khusus telah dimandatkan dalam penanggulangan bencana yang diatur dalam Keputusan Presiden (Keppres) No. 25 Tahun 1950 dan Keppres No. 246 Tahun 1963, yang menetapkan PMI sebagai Lembaga yang melaksanakan tugas kemanusiaan atas nama pemerintah namun tetap menjunjung prinsip kemandirian. Dalam tugasnya ini, PMI berperan di seluruh fase penanggulangan bencana mulai dari sebelum bencana, saat bencana, hingga pasca bencana.

Baca juga: Melihat Peran Relawan Perempuan PMI Dalam Penanganan Covid-19

Koordinasi kelembagaan yang dijalankan PMI dalam penanganan bencana sudah berjalan dengan baik. Namun lagi-lagi dalam konteks ketersediaan darah saat krisis, tantangan utamanya adalah kesadaran masyarakat untuk rutin berdonor darah. Peran masyarakat dalam mendukung stok darah yang stabil adalah kunci dari kesiapsiagaan bencana. Artinya rutin donor darah bukan hanya aksi sosial, tetapi bagian penting dari sistem tanggap darurat yang tidak bisa dikerjakan PMI atau lembaga donor lain sendiri, tanpa partisipasi aktif publik.

Penulis: Kori Saefatun

Editor: Nugrah


Sumber:

Hari Donor Darah Sedunia 2025: Tujuan hingga Tema Tahun Ini

https://timesofindia.indiatimes.com/city/nagpur/lack-of-voluntary-blood-donations-help-red-market-thrive/articleshow/121834467.cms?utm_

https://www.redcrossblood.org/local-homepage/news/article/natural-disasters-blood-supply-rcbs.html