Potret Pemimpin Perempuan dalam Penanggulangan Bencana

pemimpin perempuan
Ekspedisi Jawadwipa

Sosok pemimpin perempuan di daerah Kulawi harus memainkan perannya dalam penanggulangan bencana, salah satunya adalah perempuan di Desa Mataue, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi memiliki sekretaris desa perempuan yang bernama Hasna. Bila kita mengingat kembali pada akhir tahun 2018 tepatnya pada 28 September 2018, maka kita akan menemukan ingatan mengenai parahnya dampak bencana yang melanda Kota Palu, Kab, Sigi dan Donggala.

Bukan waktu yang sebentar bagi ibu Hasna untuk mendapatkan kepercayaan sebagai pemimpin perempuan di lingkup desa. Sejak tahun 2009 ibu Hasna terlibat dalam pemerintahan desa, ia selalu dipercaya menjadi bendahara desa. Sempat kalah dalam pemilihan kepala desa, tidak kengecilkan tekad ibu Hasna dalam memajukan desa. Kemudian ia diangkat menjadi sekretaris desa. Meskipun kalah suara, tetapi ia tetap total dalam menjalakan tugasnya sebagai sekretaris.

Potret Pemimpin Perempuan dalam Penanggulangan Bencana

Pandangan mata dengan tatapan tegas menyertai keterangannya bahwa memang peran perempuan di pemerintahan itu sudah ada sejak dulu, tapi ia merasa bahwa peran-peran yang diduduki perempuan di tingkat pemerintahan kurang strategis. Ibu Hasna berkata “Peran-peran penting itu tidak mudah didapatkan. Posisi itu bukan sebuah pemberian tapi sebuah capaian yang harus diraih. Mimpi kita mau membangun desa tidak hanya milik hak laki-laki tapi juga ada dalam perempuan, jadi kenapa kita (perempuan) mau terlibat disana karena saya memiliki tekad bahwa kita mau membangun desa tidak hanya dari luar tapi harus di dalam”.

Tak lama setelah menjabat sebagai sekretaris desa, terjadilah bencana yang besar dan mengakibatkan dampak cukup parah di desa ini. Sebagai salah satu pemimpin di desa, maka ia dan seluruh warga desa harus bangkit dari keterpurukan yang ada. Bersama dengan lembaga adat, masyarakat dan perempuan, ia menanggulangi bencana dengan sebaik-baiknya. Keterbukaan akan partisipasi perempuan dan peran-peran pemimpin perempuan dalam pengambilan keputusan di Desa Mataue sangat baik, ini yang mengakibatkan penanggulangan bencana di desa ini responsif terhadap gender.

Serupa dengan hasil riset Trinirmalaningrum dkk, 2020 yang mengemukakan bahwa semakin tinggi nilai kapasitas suatu desa, semakin besar pula keterlibatan perempuan dalam penanggulangan bencana. hal ini dibuktikan dengan desa yang berada di pegunungan, mereka memegang teguh adat dan mempertimbangkan suara perempuan dalam segala bentuk pengambilan keputusan, hal ini dapat kita saksikan di Desa Mataue.

Ibu Hasna mengemukakan bahwa perempuan di Desa Mataue walau telah ditimpa bencana namun tetap bersemangat. Setelah bencana justru pergerakan perempuan lebih berdaya, karena banyak NGO yang memberikan ruang lebih kepada perempuan yang membuat mereka berdaya baik dari segi pemberdayaan ekonomi ataupun peningkatan kapasitas.

Baca juga: Diskriminasi Ganda pada Perempuan saat Bencana

Ibu Hasna menegaskan bahwa “pengetahuan itu tidak hanya dimiliki oleh laki-laki tapi ada juga di perempuan tapi mereka tidak diberikan ruang sehingga tidak bisa menyalurkan pengetahuan yang mereka miliki secara baik, oleh karena itu kita memperjuangkannya”. Perjuangan ibu Hasna terus berlanjut hingga kini untuk memberikan ruang aspirasi dan ruang kepada perempuan untuk berekspresi dan terus berkembang.

Sebagai perempuan, ibu Hasna sangat amat bersemangat untuk memajukan desanya. Meskipun ia tinggal lama di kota, tetapi ia tidak malu untuk pergi berkebun dan melakukan hal-hal berat lainnya. Justru ia mendorong untuk memajukan petani agar memiliki hasil panen yang baik. Bagi ibu Hasna, tidak ada hal yang haram untuk menjadi pemimpin perempuan, bahkan sejarah di Kulawi juga terdapat pepimpin perempuan yang diangkat menjadi pemimpin bukan karena keturunnan raja, tetapi karena kemampuannya. Olehkarenanya ibu Hasna berpesan kepada semua perempuan dan berkata “perempuan tidak akan diberi ruang karena tidak memunculkan kemampuannya, kita harus menunjukkan bahwa kita juga mampu melakukannya”

Semangat ibu Hasna harus tertular pada seluruh perempuan generasi muda. Perempuan harus bisa melakukan berbagai macam hal tanpa perlu banyak alasan.

Penulis: Lien Sururoh

Editor: Nugrah Aryatama