Dalam arsip berita istilah “Dapur Umum” mulai sering dibicarakan di Indonesia kisaran tahun 2005 setelah bencana Tsunami Aceh, perlu diketahui kemaha dahsyatan tsunami Aceh juga sebenarnya membuka banyak istilah-istilah dalam dunia manajerial kebencanaan. Meskipun begitu dapur umum bukanlah budaya yang baru dalam kebencanaan di Indonesia.
Di Tahun 1988 Bencana Tanah Longsor yang menimpa masyarakat Baner, di Purworejo, Jawa Tengah yang menewaskan 17 orang, dalam penanganannya Satkorlak PBA saat itu membuka Pos ini sebagai suplai makanan para korban yang ditinggalkan.
Sementara itu bagi pemerintah, mendirikan pos ini merupakan suatu langkah awal penanganan bencana, seperti yang terjadi di tahun 1989 saat bencana banjir terjadi di Tegal maka langkah awal pemerintah setempat adalah mendirikan sebanyak 14 dapur.

Gempa di Maumere, NTT pada Desember 1992 juga menjadikan dapur umum sebagai saksi bisu kisah pilu kesedihan masyarakat akibat bencana berskala nasional yang terjadi.
Pentingnya Dapur Umum dan Kebutuhan Pokok Saat Bencana
Pada pedoman K3 di Dapur Umum saat Bencana, Dapur umum didefinisikan oleh sebagai sebuah pelayanan pemenuhan kebutuhan gizi secara cepat terhadap penyintas bencana dengan memenuhi kebutuhan permakanan dan perminuman melalui operasionalisasi dapur darurat atau sementara oleh lembaga-lembaga kemanusiaan sesuai kaidah keamanan pangan dan gizi
Tidak dipungkiri bahwa langkah awal kebutuhan saat terjadinya bencana adalah pangan pokok para penyintasnya. Seringkali naluri manusiawi dalam bertahan mencari pangan, kasus penjarahan dalam situasi darurat kebencanaan sering tak terelakan akibat kondisi krisis namun kebutuhan perut harus tetap terpenuhi.
Baca juga: PMI DK Jakarta Resmikan Huntara di Pasaman Sumbar, Begini Bentuknya
Selain itu pos ini juga merupakan simbol budaya masyarakat, hidup gotong-royong ditengah bencana mestinya memang harus diupayakan sehingga meskipun dalam kondisi darurat, individualisme lebih diminimalisir lewat pengadaan pos ini.
Penulis: Kori Saefatun
Editor: Nugrah Aryatama
Sumber:
Koran Waspada, 1988-02-10. Halaman: 02
Koran Bali Post. 1992-12-16 Halaman: 01 “Banjir Air Mata di Bandara Wai Oti”
Koran Harian Neraca. 1989-02-24 Halaman: 07. “Banjir Besar di Tegal Tewaskan 4 orang”
Lasmana. PEDOMAN K3 DI DAPUR UMUM SAAT BENCANA Seri Kesehatan & Keselamatan Kerja Saat Operasi Kemanusiaan. 2022