Sesar Cimandiri yang berada di provinsi Jawa Barat, Baru Baru ini Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam hasil penyelidikan terbarunya mengungkapkan terdapat segmen baru Sesar ini di Kota Sukabumi yaitu Segmen Lembursitu.
Berdasarkan hasil tersebut, mitigasi bencana menjadi penting sebagai upaya mengurangi dampak gempa bumi yang ditimbulkan dari Sesar Cimandiri.
Sesar ini sendiri merupakan salah satu sesar tertua di Jawa Barat. Membentang mulai dari Teluk Pelabuhan Ratu hingga Subang. Jalur sesar ini mendatar hingga oblique (miring).
“Sesar Cimandiri merupakan salah satu sesar aktif yang kerap memicu terjadinya gempa bumi, pergerakan tanah, likuifaksi dan longsor di lokasi-lokasi yang dilintasinya seperti Sukabumi, Kabupaten Cianjur dan beberapa daerah lainnya,” kata Penyelidik Bumi Ahli Madya Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Sukahar Eka Adi Putra dalam webinar daring yang diadakan PMI Kota Sukabumi.
Dia mengatakan, keberadaan Sesar ini sendiri harus diwaspadai karena sesar dapat bergerak dan memicu terjadi gempa bumi bermagnitudo besar. Terlebih, wilayah Sukabumi diapit dua lempeng bumi yakni Lempeng Eurasia dan Pasifik.
“Sesar Cimandiri tergolong sebagai sesar aktif yang dibuktikan dengan adanya kejadian gempa bumi yang menimbulkan kerusakan di sepanjang zona sesar tersebut. Kejadian gempa bumi harus menjadi pelajaran bahwa pentingnya upaya mitigasi gempa bumi di daerah Sukabumi,” ujarnya.
Sukahar menjelaskan, sebaran Sesar dapat dikatakan cukup panjang, membentang mulai dari Teluk Pelabuhanratu hingga ke timur melewati bagian selatan Kota Sukabumi hingga daerah Cireunhas-Gegerbitung, kemudian daerah perbatasan Kabupaten Sukabumi dengan Kabupaten Cianjur.
Mewaspadai Sesar Cimandiri di Kota Sukabumi dan Pentingnya Mitigasi Bencana Gempa
Saat ini, Pusat Survei Geologi-Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai wali data patahan atau sesar aktif di seluruh Indonesia sedang melakukan penyelidikan Sesar Aktif di daerah Sukabumi dengan skala 1:100.000 sebagai pilot project dalam daerah perkotaan dan merupakan implementasi sebagai wali data Patahan/Sesar Aktif nasional.
Beberapa metode dan hasil yang telah dicapai dalam penyelidikan tersebut di antaranya pengamatan data citra satelit yang memberikan gambaran pola kelurusan yang berhubungan dengan Zona Sesar Cimandiri, dan daerah-daerah yang terkena dampak deformasi Sesar.
Dia menjelaskan, dari pengamatan data citra satelit ini telah dikonfirmasi dengan pengecekan data lapangan yang memperlihatkan morfologi ciri khas atau karakteristik Sesar Aktif Cimandiri. Kajian geologi struktur di lapangan atau pada batuan yang terdampak deformasi sepanjang Sesar Cimandiri memperlihatkan kinematika struktur geologi yang memberikan gambaran cabang atau orde dari Sesar.
“Cabang-cabang atau orde dari Sesar Cimandiri tersebut yang berhubungan dengan kejadian-kejadian amblesan tanah atau longsor di sepanjang Zona Sesar Cimandiri,” jelasnya.
Beberapa penemuan baru hasil penyelidikan Pusat Survei Geologi memberikan gambaran bahwa Sesar Cimandiri tidak murni jenis sesar mendatar tetapi ditemukan beberapa jenis sesar naik dan sesar turun. Jenis sesar tersebut sangat penting untuk mitigasi bencana gempa bumi.
“Hasil penyelidikan Pusat Survei Geologi juga menemukan beberapa segmen atau jenis patahan atau sesar aktif baru seperti Sesar Cimandiri Segmen Lembursitu yang merupakan bagian atau segmen Sesar Cimandiri yang melewati daerah Panglengseran, Lembursitu, hingga daerah Baros. Sesar ini berhubungan dengan segmen Gandasoli, segmen Gandasoli ini pernah menyebabkan gempa bumi merusak 10 Februari 1982,” sambungnya.
Baca juga: Baribis Tak Sepopuler 2 Sesar Lainnya di Jawa Barat
Atas temuan tersebut, peran pemerintah daerah sangat penting dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan, mitigasi bencana gempa, edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat terkait potensi bencana gempa bumi yang dipicu oleh adanya pergerakan Sesar Cimandiri.
“Langkah ini sangat penting, agar masyarakat bisa sadar dan selalu waspada dengan adanya ancaman bencana gempa bumi yang mengintai dan bisa terjadi kapan saja tanpa bisa diprediksi,” kata dia.
Kontributor: Atep Maulana