Banjir bandang dan longsor melanda kawasan pariwisata Parapat di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Minggu (16/3/2025) malam. Jalan Lintas Sumatera itu sempat lumpuh karena tertimbun batu dan lumpur. Layanan Rumah Sakit Umum Daerah Parapat juga lumpuh karena banjir. Pada Senin pagi, jalan sudah bisa dilalui secara darurat.
Menurut keterangan bupati Simalungun, Anton Achmad Saragih, yang dihimpun DC dari sumber, akses Jalan Lintas Sumatera yang sebelumnya lumpuh sudah bisa dilalui kendaraan roda empat, tetapi masih dengan sistem buka tutup. Saat ini kami berfokus melakukan tindakan tanggap darurat. Tidak ada korban jiwa akibat banjir dan longsor itu.
Daerah perbukitan di sisi timur Danau Toba itu dilanda bencana hidrometeorologi setelah hujan deras turun pada Minggu sore hingga. Kapolsek Parapat AKP Manguni Wiria Sinulingga mengatakan hujan turun sejak pukul 15.00-17.00 WIB tadi. Akibatnya, Sungai Batu Gaga dan aliran sungai kecil lainnya meluap hingga menggenangi jalan di sekitaran Pantai Bebas Parapat dan Polsek Parapat. “(Banjir) di seputaran pantai bebas. Kalau ketinggian (banjir) paling dia setengah meter, cuman karena ada luapan sungai yang masuk ke Parapat ini. Akibat hujan deras dari wilayah Toba, itulah luapan ke Parapat ini,” kata Manguni.

Lagi, Banjir Bandang di Sisi Timur Danau Toba
Banjir bandang bukan sekali ini saja terjadi. Periatiwa yang sama pernah terjadi dalam catatan catatan HKBP, banjir bandang serupa sudah terjadi beberapa kali, seperti pada Desember 2018, Februari 2019, Juli 2020. Banjir mengakibatkan kerugian material di pihak masyarakat, termasuk terganggunya arus lalu lintas di daerah tersebut.
Bahkan banjir bandang yang terjadi di tahun 2021 tepatnya pada 13 Mei, HKBP sudah mengingatkan melalui siaran persnya, bahwa banjir-banjir bandang ini memiliki kaitan yang erat dengan aktivitas penebangan hutan di Sitahoan dan kawasan hutan Sibatu Loting, baik untuk kepentingan hutan tanaman industri (penanaman eukaliptus), pemanfaatan kayu dan hasil hutan oleh para pengusaha lokal, ditambah oleh aktivitas pertanian masyarakat dalam skala yang jauh lebih kecil.
Di Sualan sampai Tanjung Dolok, Parapat, terdapat sejumlah aliran sungai yang sumber airnya berasal dari Sitaloan dan Kawasan Hutan Sibatu Loting. Kini, bila hujan deras terjadi, sungai-sungai kecil ini akan meluap dan membawa material lumpur dan bebatuan yang sangat mengancam, seperti yang sudah terjadi berulang kali. Menurut HKBP, jika degradasi hutan terus berlangsung, banjir bandang di kawasan ini akan semakin sering terjadi.
Topografi kawasan Danau Toba didominasi oleh bukit dan lembah. Di kawasan ini, terdapat berbagai macam kontur tanah, seperti datar, landai, miring, dan terjal.
Baca juga: Menjadi Langganan Banjir, Stasiun Tawang Harus Mampu Hadapi Bencana Hidrometeorologi
Dalam siaran pers HKBP yang ditanda tangani oleh, Robinson dituliskan saat itu, bahwa HKBP mendesak pemerintah pusat dan daerah, swasta, serta masyarakat agar sesegera mungkin
melakukan langkah-langkah konkret untuk menyelamatkan lingkungan hidup dan hutan di sekitar Danau Toba.
Menurutnya, pemeliharaan lingkungan hidup dan hutan adalah faktor penting keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan infrastruktur dan aneka fasilitas umum yang dibangun pemerintah pusat akhir-akhir ini di sekitar Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.
Lebih lanjut, pemerintah pusat dan daerah perlu mengkaji kebijakan yang lebih spesifik untuk menghentikan laju deforestasi, memberi sanksi tegas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada setiap pihak yang merusak alam. Selain itu, mengembalikan fungsi hutan di sekitar Danau Toba sebagai hutan alam untuk menyangga kelestarian dan keindahan Danau Toba, flora dan fauna, serta kesejahteraan masyarakat.
Penulis: Rini
Editor: Nugrah Aryatama