Keikut Sertaan Kelompok Disabilitas untuk Pengurangan Risiko Bencana yang Lebih Inklusif

Ekspedisi Jawadwipa

Tak bisa dipungkiri bahwa keberadaan penyandang disabilitas masih dikesampingkan oleh negeri ini. Pada tahun 2023, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai  22,97 juta jiwa atau sekitar 8,5% dari jumlah penduduk Indonesia, dengan jumlah disabilitas terbanyak pada usia lanjut. Kondisi penyandang disabilitas di negara ini seperti kelompok rentan yang hidup dalam berbagai macam kerentanan. Mereka harus menanggung berbagai macam hambatan seperti risiko sosial ekonomi, keterbatasan akses akan informasi, akses lapangan pekerjaan, akses pendidikan, akses kesehatan, dan lainnya. 

Kondisi rentan penyandang disabilitas kembali ditambahkan dengan kontribusi kejadian bencana. BNPB telah merilis katalog 53.000 desa rawan bencana di Indonesia. Pada 2021, dari total 74.961 desa di Indonesia, masih terdapat 20.881 desa dilanda banjir, 11.567 desa tertimpa tanah longsor, 9.559 desa terkena angin kencang, 4.293 desa terkena pasang air laut, dan 545 desa tersapu tsunami. Gempabumi mengguncang 13.795 desa, dan 739 desa terdampak gunung meletus. Lahan di 19.340 desa mengalami kekeringan, bahkan hutan di sekitar 6.750 desa terbakar. Dari puluhan ribu desa dan kelurahan yang mengalami bencana, kelompok disabilitas masuk di dalamnya. 

Lebih mencengangkannya, data dari survey United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR) menyatakan bahwa 86% (5.484) penyandang disabilitas melaporkan tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan perencanaan PRB di tingkat masyarakat. 57% (3.634) mengindikasikan bahwa mereka bersedia berpartisipasi. Kenyataan ini membuat mata kami terbuka lebar untuk melibatkan aktif penyandang disabilitas dalam segala macam upaya penanggulangan bencana. 

Tahun 2006 menjadi tahun yang amat kelam bagi Yudi (35). Kala itu ia masih duduk di bangku SMA. Seperti kebanyakan anak muda, Yudi senang sekali bergaul dan bermain menjelajahi area ibukota. Suatu hari, Yudi sedang melakukan kenakalan remaja bersama temannya, ketika itu ia tidak sadar dan tiba-tiba mengalami kecelakaan di perlintasan kereta Tanjung Barat. Hari itu benar-benar mengubah hidupnya. Tak pernah dibayangkan sebelumnya di umur yang ke 17 tahun, Ia harus merelakan tangan kanan dan kaki kirinya hilang dan menyandang status sebagai disabilitas.

Perubahan mendadak pada dirinya, membuat Yudi hampir putus asa dan mengisolasi diri selama satu tahun. Lambat laun iya mulai bangkit, hingga akhirnya ia mulai menerima dirinya dengan kondisi fisik yang berubah. Limpahan kasih sayang dan kebahagiaan mulai bermunculan menggantikan kesedihannya. Di tahun 2014 ia menikah dan sampai kini dikaruniai tiga orang anak. 

Seluruh hidup Yudi dihabiskan untuk tinggal di Kelurahan Pondok Rajeg, Kec. Cibinong, Bogor. Sejak lama, leluhurnya sudah mendiami wilayah ini, tak heran Ia tahu betul mengenai sejarah dan perubahan yang terjadi. Beberapa kali, ia juga menyaksikan kejadian bencana banjir di tahun 2002, 2014 dan 2019 dan juga puting beliung pada tahun 2017. Yudi sadar bahwa ancaman bencana  begitu nyata ada di hadapannya.

Keikut Sertaan Kelompok Disabilitas untuk Pengurangan Risiko Bencana yang Lebih Inklusif

disabilitas
Pelatihan Program Kuat di Kel. Pondok Rajeg

Melalui program Komunitas Perkotaan Untuk Aksi Tangguh (KUAT), yang dilakukan oleh Catholic Relief Services (CRS) dengan mitra Yayasan Skala Indonesia, Yudi terlibat langsung untuk belajar mengelola risiko bencana sebagai perwakilan dari disabilitas. Semua orang berhak untuk dapat terlibat dalam segala tahapan penanggulangan bencana, begitu pula kaum disabilitas, pemuda dan kelompok minoritas lainnya. Hal ini dilakukan agar segala keputusan dapat dijalankan dengan lebih holistik dan inklusif, dengan tidak meninggalkan satu orang pun di belakang.

Baca juga: Program KUAT Dampingi Kota Cibinong

Yudi terus semangat belajar mengenai pengurangan risiko bencana, hingga akhirnya ia dapat menjadi salah satu fasilitator untuk proses kajian risiko bencana di Kelurahan Pondok Rajeg. 

“Harapan saya, setelah kegiatan kita ini.  Kita bisa bertambah wawasan dan mampu mengaplikasikan wawasan tu ketika memang dibutuhkan dan bermanfaat buat orang banyak.    Minimal di lingkungan sendiri” ujar Yudi.

Penulis: Lien Sururoh

Sumber:

https://www.undrr.org/report/2023-gobal-survey-report-on-persons-with-disabilities-and-disasters