Perjalanan terakhir saya adalah kembali ke tahun 2023, menyambangi Museum Bahari yang kokoh bertahan dari masa ke masa. Museum ini tadinya adalah gudang logistik dan tempat penyimpanan rempah-rempah. Bangunan ini kuat karena teknologi tahan gempa, angkur, yang membuatnya tahan diguncang gempa.
Angkur adalah lempengan baja yang ditanam pada beton sebelum akhirnya dicor ke dalam beton, atau dipasang ke beton yang mengeras. Baja ini nantinya berfungsi menyalurkan beban yang didapatkan dinding beton.
Jejak Gempa Batavia: Museum Bahari yang Kokoh, Saksi Bisu Penurunan Tanah Jakarta
“Tetap stay [berdiri] sih karena kan sistemnya itu ya yang dianut Belanda. Ya nggak hancur dan enggak apa-apa kalau di gudangnya,” jelas Firman, pemandu Museum Bahari.Padahal Museum Bahari dibangun pada 1600-an, artinya pernah terkena gempa tahun 1699, 1780, bahkan 1834. Namun catatan sejarah hanya menyebutkan bahwa gedung di sana hancur karena gempa 1699 dan 1780. Tak ada satupun catatan sejarah yang menyebut gedung ini pernah hancur akibat gempa yang terjadi di 1834.
Setelah perjalanan panjang dari masa ke masa itu, saya termenung dan kepikiran: bagaimana kalo gempa besar itu kembali, dan mengguncang kota Jakarta? Apakah kita sudah siap dan waspada? Bagaimana dengan kesiapan bangunan kita?
“Coba bayangin aja dulu, [Museum Wayang] yang begitu kokoh nya ini hancur diporak porandakan gempa di tahun 1699. Dulu ini kecil areanya, sedikit ya orangnya. Sekarang ada Jutaan orang di kota ini (Jakarta), kalau ada gempa, apa yang terjadi? Bagaimana?” seloroh peneliti Skala saat saya bertanya soal potensi gempa di masa kini, Sururoh.
Sururoh melanjutkan, jika mengikuti permodelan di Nguyen Ngoc, gempa di tahun 1834 dan 1780 itu diakibatkan oleh sesar aktif atau megathrust. Tapi jarang sekali yang riset mengenai sesar aktif baribis. Artinya dari sejarah gempa yang ada, terdapat kemungkinan gempa besar itu bisa kembali terjadi.
Baca juga: Jejak Gempa Batavia: Lenyapnya Observatorium Megah
“Karena ratusan tahun (jarak keberulangan gempa), sedangkan terakhir gempa besar aja di 1834. Berarti kan kalau kita pikir keberulangannya, bentar lagi. Maksudnya nggak jauh (jaraknya), nggak menutup kemungkinan dalam waktu dekat,” kata Sururoh.
Penulis: Alpha
Editor: Nugrah Aryatama