Gempa Batavia 1699: Hancurnya Istana Impian Daendels

Peta Batavia
Ekspedisi Jawadwipa

Perjalanan Jejak Gempa Batavia kali ini diceritakan oleh Muhammad Al-Fanny, seorang mahasiswa dari STAI Al- Aqidah. Pria yang kerap disapa Alpha ini adalah salah satu peserta yang lolos seleksi mengikuti kegiatan jelajah jejak gempa di Batavia yang diselenggarakan oleh BPBD DKI Jakarta, Asia Pacific Alliance for Disaster Management (APADM) Indonesia dan Yayasan Skala Indonesia. Kepada disasterchannel.co, Alpha membagikan keseruannya menjelajah jejak gempa di Batavia kepada kita semua dalam tulisan berikut:

Gempa  Batavia besar setidaknya pernah mengguncang Jakarta tiga kali sepanjang sejarah yang tercatat oleh BPBD DKI. Ke tiganya terjadi saat Jakarta masih bernama Batavia, yakni pada 5 Januari 1699, 22 Januari 1780, dan 10 Oktober 1834.

Gubernur Jendral HW Daendels. Foto: Lukisan karya Raden Salah, koleksi Rijkmuseum

Saat itu, tentu saja, belum ada teknologi pengukuran gempa yang akurat sehingga sulit memprediksi dampak gempa. Namun berkat penelitian panjang dan catatan sejarah, jejak-jejak gempa itu malah bisa kita telusuri ulang sekarang. Bersama BPBD DKI, saya berkesempatan menjelajahi “mesin waktu”, berjalan mundur ke tahun 1834 hingga 1699 dan melihat Jejak Gempa Batavia.

Gempa Batavia: Hancurnya Istana Impian Daendels

Gempa Batavia meninggalkan perubahan sejumlah bangunan di kota ini.
Batavia Tempo Dulu

Batavia pernah memperoleh julukan “kuburan dari timur” karena dianggap sebagai sumber penyakit. Buruknya sanitasi di Batavia menjadi asal munculnya endemik kolera dan malaria (tahun 1680-1720)

Buruknya tingkat kesehatan di Batavia mendorong Gubernur Hindia Belanda, H.W. Daendels, memindahkan pusat pemerintahan dari Oud Batavia di muara Sungai Ciliwung ke wilayah pusat ibu kota baru yakni Niew Batavia di Weltevreden.

Baca Juga: Jalan-jalan di Jakarta dan Belajar Bencana

Pada Maret 1809, Daendels memutuskan untuk membangun sebuah istana yang berhadapan dengan lapangan Parade Waterlooplein. Istana ini rencananya digunakan sebagai pusat pemerintahan.

Pembangunan istana akhirnya diselesaikan pada 1828. Bangunan tersebut digunakan sebagai kantor pemerintahan Hindia Belanda. Sayangnya, pada era pemerintahan Gubernur Jenderal Jan Willem Janssens pembangunan gedung tersebut terlantar.

Pembangunan sempat dilanjutkan, namun, terhenti kembali karena peralihan kekuasaan kepada Inggris antara tahun 1811-1816.Pada tahun 1836, Departemen van Financien dibentuk dan bertempat di istana Daendels. Gedung Dapertement van Financien digunakan untuk aktivitas keuangan sehari-hari dan pada tahun 1950 diserahkan ke Kementerian Keuangan. Untuk menghargai jasa besar A.A. Maramis maka, pada tahun 2008 Gedung Dapartment Van Financien atau gedung Daendels diubah namanya menjadi gedung A.A. Maramis.

gempa Batavia masih meninggalkan gedung-gedung yang sampai saat ini masih ada.
Foto Gedung A.A. Maramis

Kondisi Gedung A.A. Maramis rusak berat. Pemugaran gedung pun mulai dilaksanakan pada November 2019 dan selesai Desember 2022. Proses pemugaran meliputi perencanaan, reviu hasil perencanaan, pelelangan penyedia jasa konstruksi, serta pelaksanaan dan pengendalian pekerjaan konstruksi.

Perencanaan dan pekerjaan konstruksi pemugaran dilaksanakan secara ketat dan memperhatikan kaidah konservasi benda cagar budaya. Pekerjaan yang dilakukan meliputi penguatan struktur, konservasi, arsitektural, interior, mechanical-electrical-plumbing (MEP), special lighting, serta lansekap area Gedung Cagar Budaya A.A. Maramis.

Penulis: Alpha

Tinggalkan Balasan