Ibadah haji Setiap tahunnya pada bulan Dzulhijjah dalam penanggalan Islam, jutaan umat Muslim dari seluruh dunia berkumpul di Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. Ibadah ini bukan hanya puncak spiritualitas, tetapi juga momentum pertemuan manusia terbesar di dunia yang diwarnai oleh semangat kesatuan dan pengorbanan.Â
Tetapi dibalik kekhusyukan ibadah haji tersebut, terdapat potensi ancaman bencana yang tidak bisa diabaikan mulai dari gelombang panas ekstrem (heatwave), kepadatan manusia, kebakaran, hingga risiko penyakit menular.
Menurut laporan The Lancet (2021) dan Saudi Meteorology Authority, suhu di Mekkah saat musim haji dapat mencapai 47–51°C. Gelombang panas ekstrem ini meningkatkan risiko heat stroke, dehidrasi, dan kematian mendadak, khususnya bagi lansia atau jamaah dengan penyakit bawaan.

Ibadah Haji dengan Ramah
Sedangkan berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada musim haji 2023 tercatat sekitar 15% jamaah mengalami masalah kesehatan, terutama penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung. Kasus heat stroke dan dehidrasi juga meningkat, khususnya pada jamaah usia lanjut di atas 60 tahun.
Di tahun 2015 ada 2 kejadian besar yang menewaskan ratusan jamaah haji, tepatnya pada 11 September 2015, Insiden Crane jatuh di Masjidil Haram menewaskan 87 orang dan 184 orang terluka di Masjidil Haram, Mekkah. Ini terjadi sekitar pukul 17.30 waktu setempat, kejadian bermula saat angin kencang disertai hujan deras melanda kawasan Masjidil Haram. Intensitas hujan yang tinggi menyebabkan air masuk sampai ke dalam masjid, saat itu masjid dikelilingi oleh alat-alat berat karena proyek proyek perluasan Masjidil Haram dengan target memperluas area menjadi 400.000 meter persegi.
Kemudian masih dalam bulan yang sama pada 24 September 2015, Kantor berita Associated Press merilis laporan mengenai korban jiwa saat ibadah haji, tepatnya saat kegiatan lempar jumrah di Mina, sedikitnya 2.411 orang tewas akibat dari jamaah yang berdesakan saat hendak melempar jumrah di Mina.

Peristiwa jamaah meninggal karena berdesakan dan terinjak-injak bukan yang pertama kali terjadi saat ibadah haji, rentetan kasus selalu terjadi akibat dari faktor internal maupun eksternal, karena kesehatan fisik yang kurang mendukung ataupun cuaca panas yang sangat ekstrem di wilayah negeri Arab sendiri. Sehingga memastikan ibadah haji dalam kondisi sehat adalah satu keharusan, diluar dari management ibadah haji yang memang harus dipersiapkan secara matang.
Dalam upaya mengantisipasi membludaknya jumlah jamaah haji dan tingginya risiko kematian akibat kepadatan, Pemerintah Arab Saudi secara resmi menutup proses penerbitan visa haji tahun 1446 H/2025 M terhitung sejak Senin, 26 Mei 2025. Kebijakan ini merupakan bagian dari langkah preventif untuk menjaga keselamatan dan kelancaran pelaksanaan ibadah haji di tengah meningkatnya jumlah pendaftar dari seluruh dunia.
Baca juga: Urban Heat Island, Ini 3 Cara Meminimalisirnya
Ibadah haji adalah momentum spiritual mulia dan dinantikan jutaan umat Muslim di seluruh dunia. Tetapi risiko bencana dan tantangan kesehatan dalam pelaksanaan ibadah ini tidak boleh diabaikan.
Penulis: Kori Saefatun
Editor: Nugrah
Sumber:
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/09/150926_indonesia_14tewas_mina
https://www.kompas.com/tren/read/2025/06/01/160000765/kata-amphuri-soal-penyebab-arab-saudi-hentikan-visa-haji-furoda?lgn_method=google&google_btn=onetaphttps://tirto.id/tragedi-dalam-sejarah-haji-cvHu.