Gunung Gede, Bagian dari Surga yang Punya Potensi Letusan Akibat Gempabumi

gunung gede
Gunung Gede, Jawa Barat, Sumber: Shutterstock
Ekspedisi Jawadwipa

Gunung Gede, gunung yang selalu membuat kita semua Kangen banget si naik gunung. Gunung ini berdiri di tiga wilayah administrasi yaitu, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur. Wilayahnya yang dekat dengan ibukota, serta akses transportasi yang mudah membuat gunung ini menjadi primadona. Terlebih pemandangannya yang indah, serta jalur yang cukup mudah ditempuh, menjadi andalan bagi para pendaki pemula untuk menjajal menaklukkan puncaknya.

Terdapat beberapa jalur pendakian untuk bisa menggapai puncak Gunung. Pendakian bisa melalui Cibodas, Cimacan dan Salabintana. Jalur yang lazim dilalui oleh para pendaki adalah melalui Cibodas. Melalui jalur pendakian dari Cibodas, kita akan dimanjakan dengan pemandangan indah dan beberapa air terjun.

Pendakian Gunung ini terasa begitu menyenangkan dengan menikmati pemandangan yang juara indahnya. Bahkan ahli fisiologi tumbuhan kelahiran Belanda, Dr. F. W. Went (1945) pernah berkata “if paradise still exists on earth, Tjibodas must have been part of it”. Pasti semua setuju deh sama perkataan dari Dr. Went. Mengunjungi Gunung Gede seolah pergi ke surga karena keindahan alam yang tiada duanya, padahal kita belum pernah ke surga. 

Gunung Gede, Bagian dari Surga yang Punya Potensi Letusan Akibat Gempabumi

Gunung Gede dari perkebunan teh terdekat, Foto: Doc. By Tanti Ruwani from Jakarta, Indonesia – In The Clouds, CC BY 2.0,

Pendakian ke Gunung Gede menjadi salah satu destinasi pendakian favorit di kalangan anak muda saat ini. Jauh sebelumnya, pada tahun 1870, Rafles menjadi pendaki Eropa pertama yang menaklukkan Gunung Gede Pangrango. Setelahnya, kawasan ini menjadi magnet bagi peneliti asing. Hingga saat ini daya tarik wilayah Gunung inipun tidak pernah pudar. 

Jika dilihat dari sejarah letusannya, erupsi Gunung Gede pada umumnya kecil dan singkat, kecuali pada tahun 1747 – 1748 terjadi erupsi hebat dan menghancurkan. Erupsi ini mengeluarkan aliran lava dari Kawah Lanang. 

Erupsi besar kembali terjadi pada tahun 1840, pada 12 November jam 03.00 malam. Tiba-tiba terjadi erupsi hebat, disertai oleh suara gemuruh dan goncangan tanah hebat, semburan api setinggi lebih kurang 50 m di atas kawah. Sejumlah besar batu membara dilontarkan dari kawah dan sebuah tiang asap hitam naik tinggi ke udara, abu menghujani daerah Bogor. 

Pada 14 November, abu letusan Gunung Gede ditiup angin sejauh lebih kurang 20 km. Pada 22 November pukul 01.00, bumi berguncang dan terdengar suara keras selama asap dan bongkah puing lava dimuntahkan. Keesokan harinya puncak gunung seakan-akan seluruhnya menyala, bagaikan lapangan alang-alang yang terbakar. 

Erupsi paroksismal terjadi pada 1 Desember pada pukul 06.00 pagi, terdengar suara bagaikan guntur, tiang api mencapai lebih kurang 200 m di atas tepi kawah, awan asapnya mencapai ketinggian lebih kurang 2000 m di atas puncak gunung. Pada 3 Desember pukul 06.00 sore dan 11 Desember pukul 02.00, erupsi serupa ini terjadi kembali disusul dengan hujan abu.

Tidak banyak yang mengetahui bahwa Gunung Gede berada di dekat sesar aktif Cimandiri. Gunung Gede yang mempunyai aktivitas cukup tinggi dan letaknya berada di 20 km sebelah utara Sesar Cimandiri. 

Gempabumi dan gunungapi tidak terelakkan terhubung satu sama lain melalui tektonik lempeng dengan jalur gempabumi dan gunungapi terkonsentrasi sepanjang jalur batas lempeng. Gempabumi besar bisa memicu letusan baik dalam jangka waktu menit atau hari pada gunungapi yang berdekatan atau yang berada pada satu sistem sesar/tektonik, misalnya gunungapi yang berada di sepanjang bidang sesar 

Gempabumi dangkal sering terjadi di sekitar Gunung Gede dan bersumber pada lokasi yang cukup dekat dan bahkan beberapa di antaranya, disekitar lembah Cimandiri. Gempabumi terasa yang berpusat di sekitar Lembah Cimandiri terjadi pada 2007, 2010, 2012 dan 2014 diikuti oleh swarm gempabumi volcano-tectonic(VT) di Gunung Gede. Hal ini kemungkinan menunjukkan ada keterkaitan tektonik dan aktivitas Gunung Gede, meskipun, swarm tersebut tidak diikuti oleh perubahan signifikan di permukaan. 

Baca juga: Telisik Tabir Misteri Erupsi Gunung Gamalama

Hidayati et al, 2018 melakukan penelitian dengan pemodelan berdasarkan data GPS yang dilakukan tahun 2006-2015 di sekitar Gunung Gede menunjukkan adanya sesar dengan tegasan utama berarah baratlaut-tenggara. Sesar Cimandiri mempunyai mekanisme sesar mendatar mengiri dan sesar naik dengan komponen mengiri, sedangkan mekanisme kegempaan swarm di Gunung Gede didominasi oleh sesar naik dan sesar normal. 

Pemodelan deformasi dengan data GPS di wilayah Gunung Gede dan Sesar Cimandiri menghasilkan mekanisme sesar naik. Terdapat kemungkinan ada hubungan antara sistem tektonik di wilayah Sesar Cimandiri dengan Gunung Gede. 

Gempabumi tektonik dapat memicu letusan gunungapi pada jarak tertentu, namun ini bergantung pada kondisi kesiapan magma gunungapi tersebut untuk naik ke permukaan dan magnitude gempabumi. 

Beberapa kali terjadi gempabumi tektonik di sekitar Gunung Gede, namun belum memicu letusan, hanya saja terjadi kenaikan jumlah kegempaan. Hal ini mungkin disebabkan gempabumi tektonik yang terjadi pada jarak yang tidak jauh dari Gunung Gede namun magnitudenya hanya pada kisaran 5,0 Mw atau lebih kecil. Selain itu mekanisme gempabumi tektonik tersebut didominasi sesar mendatar dan sesar naik yang tidak menyebabkan magma naik ke permukaan.

Kemungkinan, kedalaman magma Gunung Gede pada kisaran 2-13 km dan energi gempabumi tektonik dengan magnitude ≤ 5 Mw tidak cukup kuat untuk mendesak magma ke permukaan. Bila dilihat dari magnitude tertarget sesar Cimandiri sebesar 6,5-6,7, maka ada kemungkinan dapat menyebabkan erupsi Gunung Gede. Seperti halnya gempa Mentawai pada 10 April 2005 dengan magnitude 6,7 MW yang diperkirakan memicu letusan Gunung Talang pada 12 April 2005. (LS)

Sumber:

Hidayati, S., Sulaeman, C., Supartoyo, S., & Kriswati, E. (2018). Pengaruh Gempabumi Tektonik Terhadap Aktivitas G. Gede. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral19(4), 213-220.

https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/212-g-gede

https://simdpkk.menlhk.go.id/assets/filepublikasi/Booklet_Palembang.pdf