Rumah tahan gempa menjadi penting karena rumah juga merupakan tempat dimana kita biasanya kembali setelah melakukan banyak kegiatan setiap harinya, dan tempat dimana kita biasanya bersantai. Selain itu rumah juga menjadi tempat kita berlindung dari banyak hal. Tapi bagaimana jika lokasi rumah berada di area yang rawan bencana atau di area yang sulit untuk di bangun seperti rumah pada umumnya ?.
Ghumah Baghi: Rumah Tahan Gempa Ala Masyarakat Pagar Alam
Suku Basemah, selain makanannya yang memanjakan lidah, wilayah ini juga kaya sekali akan potensi alam dan budayanya. Besemah adalah sebuah suku yang mendiami dataran tinggi Provinsi Sumatera Selatan yang kemudian menyebar ke berbagai daerah di kabupaten dan kota lainnya. Penyebaran ini juga diikuti dengan perubahan identitas dengan membentuk sebuah suku bangsa baru maupun dengan tetap mempertahankan identitasnya. Suku Besemah diprediksi telah mendiami daerah Pagar Alam sejak abad 6 masehi. Diyakini, Pusat kebudayaan Besemah berada di Kota Pagaralam, sebab banyak ditemui peninggalan-peninggalan benda budaya yang merupakan bagian dari atribut kebudayaan Besemah.Â

Adaptasi Suku Basemah dengan kondisi alam membentuk sebuah pengetahuan lokal. Mereka memiliki pengetahuan mengenai pemanfaatan lahan sesuai dengan kondisi lingkungan. Suku Basemah memiliki pola pemukiman tradisional yang unik. Pemukiman tradisional suku ini sudah berdiri sejak dulu, bahkan terdapat rumah tradisional yang usianya sudah mencapai 200 tahun. Pola pemukiman dan batas-batas area pemukiman diatur ketat dalam aturan adat. Jumlah rumah tempat tinggal di areal permukiman tidak boleh bertambah jika lahan sudah tidak memungkinkan lagi membangun rumah. Akibatnya harus membuka pemukiman baru di luar permukiman lama tersebut.Â
Pengetahuan lokal Suku Basemah juga direpresentasikan dalam bentuk rumah adat yang ternyata memiliki keunggulan tahan terhadap guncangan gempa yang membuat bangunan ini juga di anggap sebagai rumah tahan gempa. Sebab wilayah Sumatera memiliki ancaman gempa yang cukup tinggi karena ada Sesar Besar Sumatera dan juga berada di wilayah penunjaman lempeng.
Suku Basemah memiliki rumah tradisional yang disebut sebagai Ghumah Baghi (dibaca rumah bari) yang berarti rumah lama. Rumah tersebut secara fisik dibagi atas dua jenis yaitu Rumah Tatahan (rumah dengan hiasan ukiran di beberapa bagian rumah) dan Rumah Gilapan (rumah tanpa hiasan ukiran di beberapa bagian rumah). Sedangkan secara teknis pembuatan, rumah terbagi atas dua jenis yaitu rumah Padu Tiking dan rumah Padu Ampaghe. Keempat jenis rumah tersebut dari segi struktur rumah dan tata ruang tidak berbeda. Perbedaan hanya terlihat pada status sosial pemilik rumah yaitu khusus pada rumah tatahan yang dianggap milik orang yang kekayaan lebih dari yang lain.

Ghumah Baghi berdiri dengan gagah hingga saat ini karena nenek moyang Suku Basemah sangat pintar beradaptasi dengan ancaman bencana yang ada. Rumah Baghi memiliki banyak keunggulan, di antaranya:
- Rumah Baghi memiliki denah yang simetris, yang merupakan salah satu kriteria rumah tahan gempa
- Struktur rumah Baghi memiliki penempatan beban bahan bagunan yang baik. Pada rumah besemah Struktur Bawah memiliki beban yang paling besar karena penggunaan kayu-kayu dengan diameter besar dan komponen lain seperti umpak batu, tiang dudok dan kitau (kayu bulat) sebagai pondasi bangunan. Struktur Bawah dibuat dengan bahan-bahan yang berat adalah bertujuan sebagai penumpu dan penyeimbang dari struktur diatasnya sekaligus menyalurkan beban-beban pada bangunan ke tanah. Sementara bagian tengah memiliki bahan dasar material yang lebih ringan. Struktur atas terdiri dari bahan yang paling ringan, atapnya terbuat dari bambu dan rotan serta daun nipah.
- Pondasi umpak menggunakan batu pecah atau batu bulat yang disusun dan sedikit dibenamkan ke tanah sebagai dasar pondasi rumah, hal ini merupakan sistem reduksi gaya yang dapat menciptakan keseimbangan bila gempa terjadi.
- Rumah Baghi memakai sistem tumpuan rol agar bangunan bersifat elastis saat ada beban besar berada di atasnya.
- Rumah Baghi juga menggunakan sistem bongkar pasang dan tidak menggunakan pasak atau paku, justru Rumah ini menggunakan sistem jepit pada sambungan rumah. Hal ini membuat konstruksi rumah memiliki elastisitas yang bagus di setiap sambungannya.Â
Baca juga: Cara Sultan Ternate Menunjukan Kekuasaan, Bertahan dalam Kondisi Kebencanaan
Pengetahuan lokal masyarakat Suku Basemah yang direpresentasikan dalam bentuk bangunan rumah tradisional sangatlah luar biasa. Sahabat DC juga pasti terpukau dengan keunggulan Rumah Baghi. Selain tekwan dan ikan pindang kuah kuning yang kita nikmati, rasanya kita juga harus berpikir ulang mengenai konstruksi bangunan tempat tinggal kita. Rumah Baghi bisa menjadi referensi bagi kita untuk membuat rumah tahan gempa. Apakah rumah kita sudah dibangun dengan baik dan mempertimbangkan ancaman bencana yang ada?. Yuuuk bersama tingkatkan pengetahuan kita mengenai ancaman bencana yang ada di sekitar kita.(Lien Sururoh)
Sumber:
Rinaldi, Z., Purwantiasning, A. W., & Nur’aini, R. D. (2015). Analisa Konstruksi Tahan Gempa Rumah Tradisional Suku Besemah di Kota Pagaralam Sumatera Selatan. Prosiding Semnastek.
Fitry, A. D., Siswanto, A., & Teddy, L. (2020). Kajian Struktur Pada Arsitektur Rumah Tradisional Terhadap Potensi Bencana Di Sumatera Selatan. Applicable Innovation of Engineering and Science Research (AVoER), 363-367.
No, J. R. B., & Padang, A. K. Permukiman Tradisional orang Basemah di koTa Pagaralam TRADITIONAL SETTLEMENT OF BESEMAH IN KOTA PAGARALAM rois leonard arios.






