Geotour: Berwisata Sambil Perkaya Pengetahuan Mengenai Ancaman Bencana Geologi

Ekspedisi Jawadwipa

Geotour bisa menjadi salah satu cara berwisata yang baru dibandingkan wisata yang biasanya cuma pergi ke tempat dengan pemandangan indah lalu berpuas diri mengabadikan momen dengan foto sana sini. Rasanya kalau berwisata hanya itu-itu saja yang dilakukan menjadi kurang menyenangkan. So yesterday banget hanya berswafoto, pasti akan sama feed Instagram sobat DC dengan yang lainnya bila berwisata dengan cara yang sama dan di tempat yang sama. Bagi kalian yang bosan, sepertinya geotour wajib dicoba oleh Sobat DC.

Kali ini disasterchanne.co dapat kesempatan untuk wawancara Chris Indra Cahya Baligau, ia adalah sarjana geofisika Universitas Tadulako. Laki-laki yang kerap disapa Indra ini berbagi pengalamannya dalam mengembangkan geotour di wilayah daerah terdampak gempa di Palu, Kab. Donggala dan Kab. Sigi.

Geotour: Berwisata Sambil Perkaya Pengetahuan Mengenai Ancaman Bencana Geologi

geotour
Wisatawan sedang belajar memahami papan mitigasi di sekitar jalur Sesar Palukoro, Foto: Dok: Disasterchannel.co

Sebelum jauh membayangkan keasikan melakukan kegiatan ini lebih jauh, alangkah baiknya kita mengetahui apa itu geotour. Sebenarnya, geotour adalah wisata dengan peminatan khusus mengenai ilmu kebumian.  Menurut Indra, kegiatan ini bukan sekedar wisata biasa, baginya geotour itu adalah suatu kegiatan mitgasi bencana alam yang dibalut menggunakan kegiatan pariwisata, sehingga mitigasi bencana bisa dilakukan dengan cara yang asik dan tidak membosankan.

Indra bercerita bahwa pertamakali mendapatkan inisiasi untuk melaksanakan geotour itu didapatkan setelah terjadi becana alam gempa Palu, Kab. Sigi dan Kab. Donggala pada 28 September 2018. Dalam ceritanya Indra berkata “awalnya bermula dari ekspedisi Palu-Koro yang dilakukan oleh Yayasan Skala bersama IAGI dan geotour Indonesia yang dilakukan pada tahun 2017 dan 2018 sebelum terjadinya gempa. Setelah terjadi bencana Mas Reza Permadi (pendiri Geotour Indonesia) dan saya memikirkan bagaimana cara untuk bisa melakukan mitigasi bencana alam dan sharing tentang bencana yang ada di wilayah sesar Palu-Koro karena bencana ini akan berulang. Maka tercetuslah untuk melakukan geotour.

Setelah percakapan itu, kegiatan ini terus dikembangkan dan pada akhirnya di bulan Januari 2019 geotour pertama kali dilakukan dengan menjelajahi sesar Palu-Koro. Daerah yang dijadikan destinasi geotour di antaranya adalah daerah yang dilewati oleh sesar Palu-koro di Kota Palu, Kab. Sigi dan Donggala. Para wisatawan akan diajak untuk menyusuri jejak-jejak bukti keberadaan sesar Palu-Koro.

Bukti keberadaan sesar Palu-Koro dapat dilihat di beberapa destinasi yang dikunjungi, seperti daerah Jalan Cemara di Kota Palu yang awalnya lurus menjadi berbelok sekitar kurang lebih 5 meter setelah gempa. Bersama pemandu kita juga diajak untuk mengunjungi lokasi likuefaksi di daerah Keluarah Balaroa dan mengunjungi tempat ditemukannya fosil moluska bukti pernah terjadi tsunami sebelumnya yang terletak di daerah Kelurahan Tondo. Keseruan dari kegiatan adalah kita akan melihat bukti-bukti dan cerita dari fenomena geologi dan penjelasan mengagumkan dari setiap destinasi yang dikunjungi.

Dari seluruh destinasi wisata yang dikunjungi saat melakukan geotour, bagian yang luar biasa dan sangat berbeda dengan kebanyakan wisata yang sudah pernah kita jalani adalah menginjakkan kaki di atas penyebab utama bencana 28 September 2018, yaitu surface rupture sesar Palu-Koro. Feed Instagram Sobat DC pasti akan berbeda bila kalian berswafoto dengan papan informasi dan papan interpretasi sesar Palu-Koro.

Baca juga: Mari Berkenalan dengan Sesar Palu-Koro

Di sepanjang surface rupture ini, kalian akan dijelaskan oleh pemandu bagaimana ancaman bencana geologi yang ada tepat dimana kalian berswafoto. Tak lupa pemandu juga akan bercerita dan memberikan informasi mengenai tindakan mitigasi yang tepat dilakukan.   Bagi Indra melakukan geotour adalah kegiatan yang sangat efektif dalam menyebarluaskan pengetahuan mengenai ancaman geologi yang ada di sekitar.

Ia berkata “melalui kegiatan ini masyarakat bisa mengetahui seperti apa ancaman bencana geologi di daerah ini. Kegiatan ini juga dilakukan untuk merawat ingatan masyarakat, sehingga cerita-cerita mengenai bencana yang terjadi bisa menjadi pedoman untuk generasi berikutnya sehingga bisa siap menghadapi potensi bencana yang ada di daerah ini”

geotour
Peserta Geotour sedang berdiskusi dengan warga setempat, Foto: Dok. Disasterchannel.co

Niat baik dan tindakan baik tidak selamanya berjalan mulus, bahkan memicu tindakan kontra. Hal ini pula yang dirasakan oleh Indra, ia berkata bahwa ”ada beberapa yang complain, kenapa tempat bencana dijadikan tempat wisata yang bagi mereka itu tidak etis. Namun kita mencoba menjelaskan, kenapa kita melakukan hal itu bukan semata-mata berwisata tapi bagaimana kita belajar menganai potensi bencana yang ada sehingga kita sama-sama mempersiapkan diri untuk mengiurangi risiko bencana, sehingga saat bencana terlulang kita sudah siap menghadapinya”. Tantangan lain yang dihadapi oleh Indra dan kawan-kawannya yang melakukan kegiatan ini adalah kurangnya infrastruktur yang ada yang tidak mendukung dan ketika orang-orang mengaksesnya karena dibuat seadanya dan para wisatawan tidak antusias melihatnya.

geotour
Peserta Geotour susur sesar Palu-Koro, Foto: Dok.Disasterchannel.co

Semua penggiat geotour berharap dukungan supaya kegiatan ini dapat terus berlanjut dan dikembangkan sehingga pengurangan risiko bencana bisa terus dilakukan. Mereka juga berharap agar diberikan dukungan oleh seluruh pihak terutama pemerintah untuk menyediakan sarana di destinasi wisata situs geologi ditata dengan baik dan rapi agar dapat mendorong minat masyarakat Indonesia bahkan wisatawan mencanagara untuk melakukan geotour di daerah sesar Palu-Koro.

Penulis: Lien Sururoh