Banjir Dan Egois-nya Kita

banjir
Ekspedisi Jawadwipa

Kejadian Banjir yang makin terjadi sekarang ini hampir di setiap daerah yang ada di Indonesia, karena kurangnya area resapan air.

Kita sudah lama tahu kalau puncak gunung mempunyai banyak fungsi salah satunya sebagai kawasan resapan air hujan. Hutan lebat dengan lantai penuh serasah akan menangkap dan meresapkan air hujan semusim >80%. Pada perkembangannya kawasan pegunungan berubah fungsi menjadi kawasan wisata yang diikuti kawasan permukiman padat, kawasan pertanian dan kawasan pedesaan. Saat perubahan kawasan maka fungsi resapan tidak ada lagi.  Air hujan >80% akan mengalir sebagai air permukaan dan air banjir.

Kita Melanggar Hak Air Meresap, Kita Egois.

banjir
Ilustrasi Air Sungai Meluap, Foto: Dok. pasbana.com

Lembah sungai di sekeliling gunung mempunyai dimensi alami sesuai dengan curah hujan terbesar yang pernah terjadi. Artinya saat hujan deras seluruh air tertampung di lembah sungai tersebut. Bila hujan ekstrim melebihi, air sungai akan meluap dan tertampung di danau danau dan atau rawa rawa di kiri kanan sungai. Manusia tambah banyak, kebutuhan ruang semakin banyak dan lembah sungai muncul permukiman walau sudah ada aturan tidak boleh bermukim di lembah sungai tetap saja ada dan semakin banyak rumah permanen.

Banyaknya bangunan di lembah sungai mengurangi daya tampung sungai, misalnya daya tampung sungai awalnya  10, volume bangunan rumah- rumah  5, maka saat terjadi banjir besar sungai akan meluap  menjadi  5, kemudian  menjadi banjir di kiri kanan sungai dan menuju ke kawasan rawa rawa yang sudah jadi permukiman. Mereka tidak mau tahu walau kebanjiran tiap tahun.

Kita Melanggar Hak Air Mengalir, Kita Egois

banjir
Ilustrasi pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan diikuti peningkatan kebutuhan air bersih dari air sumur.  Perkembangan teknologi pompa juga ikut peningkatan pengambilan air tanah melebihi kapasitas cadangan yg dijinkan.  Konsekuensinya akan  terjadi amblesan atau penurunan tanah yang bisa terjadi secara perlahan-lahan atau bisa juga secara cepat. Amblesan tanah akan memperparah kedalaman genangannya. Bisa juga muncul kawasan rendah lainnya, salah satu tanda kawasan itu menurun  munculnya genangan yang dulunya belum pernah tergenang.

Baca juga: Banjir di Bekasi dari Masa ke Masa

Kota mestinya sudah didesain untuk menghadapi hujan terbesar yang pernah terjadi agar kota tidak kebanjiran. Dibuatlah saluran saluran penampung air hujan dengan dimensi sesuai dengan debit banjir yang akan terjadi. Tanggul tanggul sengaja dibuat untuk mencegah meluapnya banjir. Demikian pula disiapkan pompa-pompa air untuk mempercepat penurunan muka air.  Pada kenyataannya banyak masyarakat yang tidak mau tahu akan hal itu, mereka buang sampah  di saluran tanpa merasa bersalah. Volume sampah mengurangi daya tampung sungai saat banjir. Sampah juga menutup pintu air menghambat debit air.

Kita memang Egois.

Penulis: Amin Widodo (Lektor ITS – Ahli Geologi Bencana)