Banjir selalu menjadi kejadian yang sering terjadi di daerah jakarta dan beberapa wilayah lainnya jika di musim penghujan tetapi tidak menutup kemungkinan kejadian ini juga terjadi saat musim kemarau. layaknya awal bulan Juli, Indonesia seharusnya sudah mengalami musim kemarau, namun BMKG telah memperkirakan bahwa di tahun 2025 ini akan ada kemunduran dari musim kemarau sendiri terutama di wilayah Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT. Berdasarkan pemantauan BMKG hingga akhir Juni 2025, menunjukkan bahwa baru sekitar 30% zona musim di Indonesia yang telah memasuki periode musim kemarau.
Melemahnya Monsun Australia membuat suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat, sehingga memicu peningkatan curah hujan meskipun sedang musim kemarau.
Di beberapa daerah hujan deras mengguyur wilayah-wilayah seperti Jabodetabek dan NTB. Bahkan tidak sedikit dari wilayah ini tidak kuat menampung derasnya hujan hingga terendam oleh genangan banjir dan menetapkan status darurat bencana.
Provinsi Banten, hujan berintensitas tinggi sejak Sabtu (5/7) memicu banjir di Tangerang dan Tangerang Selatan. Pada Senin (7/7) sore, kejadian ini merendam tujuh kecamatan di Kota Tangerang dengan tinggi muka air antara 10 hingga 100 sentimeter. Wilayah terdampak meliputi Kecamatan Cipondoh, Batuceper, Pinang, Karang Tengah, Benda, Cibodas, dan Periuk.Â
Selain itu kondisi yang lebih parah akibat anomali cuaca ini, terjadi di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, pada Sabtu (5/7) setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut sejak pukul 02.00 hingga 10.00 WITA. Lima sungai Palakka, Data, Hulo, Lappa Bosse, dan Baruttunge meluap dan banjir bandang ke permukiman warga. Peristiwa ini berdampak pada sembilan desa dan tiga kelurahan di delapan kecamatan, dengan total sekitar 500 kepala keluarga terdampak. Sebanyak 495 rumah terendam, dan enam jembatan dilaporkan rusak akibat derasnya arus air.
Tetap Waspada Banjir, ini 3 Hal yang Perlu disiapkan
Meluasnya dampak cuaca ekstrem dan banjir di berbagai daerah menunjukkan adanya anomali iklim yang berdampak pada kebencanaan yang lebih luas. Ketika musim kemarau tidak datang tepat waktu dan intensitas hujan justru semakin tinggi, kesiapsiagaan dalam bencana adalah hal yang paling mungkin dilakukan, agar tidak menyebabkan kerugian yang berlebih. Apa saja yang perlu kita siapkan untuk tetap waspada menghadapi kejadian ini?
- Pantau Banjir Lewat Aplikasi

Untuk daerah yang mempunyai sistem informasi lebih baik seperti Jakarta dan sekitarnya menggunakan fitur-fitur layanan pemerintah yang terintegrasi langsung dengan informasi fenomena alam ini dan kebencanaan, tentu lebih mudah. Sebab ada beberapa aplikasi yang bisa digunakan untuk memantau langsung titik banjir seperti pada aplikasi Jaki, website dan twitter BPBD Jakarta serta Pantau Banjir Jakarta. Ini bisa digunakan untuk mencari rute lalu lintas yang tidak terendam banjir sehingga mobilitas bisa tetap dijalankan secara aman dan nyaman.
- Lihat Kondisi Cuaca

Melakukan pengamatan pada cuaca sekitar, menjadikan kita lebih paham bagaimana kejadian alam ini bisa terjadi terutama di daerah rawan banjir. Jika hujan terjadi terus menerus dengan skala yang tinggi maka alangkah baiknya mengatur barang-barang yang mudah basah serta alat elektronik ketempat yang lebih tinggi atau ke lantai 2, sebab alat elektronik jika terkena air akan mudah menyalurkan aliran listrik dan menyebabkan korsleting.
- Lilin Malam Penjaga Air Masuk Rumah

Untuk banjir yang skalanya tidak besar, langkah sederhana berbekal triplek dan lilin malam bisa menjadi solusi alternatif agar genangan banjir tidak masuk rumah. Bagian sisi triplek diberi besi yang biasanya dipakai untuk rak buku lalu di sekrup di tiang-tiang pintu. Sisi-sisi triplek inilah yang dikuatkan dengan lelehan lilin malam agar air tak menerobos celah triplek nya. Langkah ini bisa menjadi solusi yang murah untuk mengantisipasi banjir dengan skala kecil.
Baca juga: Puisi Sapardi sebuah Anomali Musim di Bulan Juni
Menghadapi cuaca yang kian tak menentu, kesiapsiagaan bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Banjir bisa datang tanpa banyak peringatan, dan kesiapan sederhana di rumah tangga dapat menjadi langkah untuk meringankan beban akibat bencana yang terjadi.
Sumber:
Badan Nasional Penanggulangan Bencana