Mengenal Kearifan Pangan Lokal, ini 3 Rekomendasi Bukunya

Ilustrasi bahan Pangan, Foto: Dok. nibble.id
Ekspedisi Jawadwipa

Pangan lokal yang sering diidentikan dengan Istilah ketahanan pangan dan pangan bergizi sudah tak asing lagi terdengar. Sesuatu yang lekat dan merupakan kebutuhan pokok manusia ini, kini semakin ramai diperbincangkan usai munculnya program pemerintah makan bergizi gratis.

Momen spesial 16 Oktober yang diperingati sebagai hari pangan sedunia menjadi refleksi menarik tentang apa yang disebut pangan dan bagaimana orang Indonesia memaknai pangan itu sendiri.

Lagi-lagi “pangan” adalah kebutuhan manusia, budaya dalam pangan tidak bisa dipisahkan begitu saja. Pangan adalah objek namun disisi lain pangan juga menciptakan budaya, seni, kebiasaan bahkan praktik-praktik menarik, yang mencirikan bagaimana orang Indonesia memaknai alamnya.

Apa yang disebut sebagai kearifan pangan lokal adalah bagaimana manusia Indonesia (Nusantara diera dulu) menciptakan sebuah pengetahuan,, kebiasaan serta praktik masyarakat dalam mengelola sumber daya pangan yang diwariskan secara turun-temurun.

Mengenal Kearifan Pangan Lokal, ini 3 Rekomendasi Bukunya

Untuk memahami itu semua, membaca buku-buku tentang pangan lokal dapat menjadi referensi yang menarik. Salah satunya adalah dengan membaca buku-buku karya jurnalis terkenal Ahmad Arif, berikut beberapa buku yang dapat menambah khazanah terkait kearifan lokal pangan Indonesia:

  1. Masyarakat Adat dan Kedaulatan Pangan (2021)
pangan lokal
Cover Buku “Masyarakat Adat dan Kedaulatan Pangan’, Foto: goodreads.com

Pengenalan kearifan lokal pangan Nusantara hendaknya diawali dengan membaca buku ini, buku yang mengantarkan bagaimana memahami masyarakat adat di Indonesia dalam mengenal dan mengelola pangan, sejarah pola konsumsi, kemudian bergesernya pola konsumsi masyarakat karena berbagai faktor, hingga kebijakan pemerintah yang berpengaruh besar terhadap pola pangan.

Sebuah buku yang kaya akan fakta penting tentang jejak pangan di Indonesia, dirangkum dengan sangat apik, padat dan berisi, namun mudah dipahami. Tak heran buku ini mendapat rating 4,52 dari aplikasi goodreads, karena berhasil menggabungkan kekayaan antropologis dengan kepekaan sosial dan politik pangan masa kini.

  1. Sagu Papua untuk Dunia (2019)
pangan lokal
Cover Buku “Sagu Papua untuk Dunia”, Foto: goodreads.com

Siapa yang tidak mengenal tumbuhan endemik Papua yang satu ini. Sagu makanan pokok orang Papua yang mereka sebut sebagai “Mama”. 

Jika buku Masyarakat Adat dan Kedaulatan Pangan menyoroti pangan lokal di seluruh Indonesia secara luas, maka karya Ahmad Arif berjudul Sagu untuk Papua membawa pembaca masuk lebih dalam ke satu lanskap khusus yaitu tanah Papua dan masyarakatnya yang hidup bersama pohon sagu.

Buku ini membuka mata tentang bagaimana sagu bukan hanya tumbuhan, tetapi juga budaya. Ia mengatur ritme hidup, menjadi penanda musim, bahkan menentukan struktur sosial masyarakat. Dari menokok sagu, mengolah pati, hingga berbagi hasil panen, semuanya mengandung nilai gotong royong dan penghormatan terhadap alam.

Sagu hampir ditinggalkan, mungkin itu yang perhatian penting dalam buku ini, pangan lokal digantikan dengan makanan yang tidak tumbuh dalam alam papua seperti nasi dan mie. Merubah identitas pangan masyarakat Papua.

  1. Sorgum: Benih Leluhur untuk Masa Depan (2020)
pangan lokal
Cover Buku “Sorgum: Benih Leluhur untuk Masa Depan”, Foto: goodreads.com

Masih dalam perjalanan mengenali kearifan pangan lokal Indonesia, kita beralih ke wilayah timur Nusantara. Di tanah yang kering, berangin, dan penuh cahaya matahari wilayah seperti Nusa Tenggara Timur dan sebagian Sulawesi tumbuhlah sejenis tanaman yang kuat menantang panas dan kekeringan: sorgum.

Sorgum barangkali tak sepopuler beras atau sagu, namun ia menyimpan sejarah panjang dan kebijaksanaan ekologis yang patut dikenang. Dalam sejumlah catatan dan penelitian, sorgum pernah menjadi bahan pangan utama bagi masyarakat agraris di kawasan timur Indonesia, jauh sebelum sistem pangan nasional mengandalkan beras sebagai satu-satunya sumber karbohidrat.

Baca juga: 10 Makanan Peningkat Kekebalan Tubuh

Sesuai dengan judulnya, Sorgum: Benih Leluhur untuk Masa Depan menghadirkan pesan bahwa masa depan pangan Indonesia bisa berakar dari biji-biji kecil peninggalan nenek moyang. Mengingatkan bahwa kemandirian dan keberlanjutan pangan tidak harus selalu datang dari hal baru, melainkan dari kemampuan untuk menghidupkan kembali kearifan lama yang pernah memberi makan bangsa ini.(Kori/Nugrah)