Menara Syahbandar Menanggung Beban Berat Utara Jakarta

Menara Syahbandar, Foto: Thomas Bosco/Kumparan
Ekspedisi Jawadwipa

Menara Syahbandar yang ada di Indonesia yang jika di Italia mempunyai Menara Pizza yang terkenal miring karena konstruksi bangunannya berada di tanah yang melunak, maka di Indonesia ada Menara Syahbandar yang juga miring karena beban berat, siklus transportasi dan mobilisasi Kota Jakarta Utara. Meskipun secara arsitektur kedua tempat ini tidak memiliki kesamaan bentuk, namun fenomena kemiringan menara Syahbandar kerap disamakan dengan Menara Miring Pizza di Italia.

Menara Syahbandar dulunya dikenal sebagai Menara Uitkijk atau menara pandangan, dibangun pada tahun 1839 oleh pemerintah kolonial Belanda. Menara ini didirikan di bekas Bastion Culemborg, salah satu benteng pertahanan Batavia yang hancur pada awal abad ke-19. Seperti namanya fungsi utama menara ini adalah untuk mengawasi lalu lintas kapal yang keluar masuk Pelabuhan Sunda Kelapa, yang merupakan pintu gerbang utama perdagangan di Batavia. Luas menara ini berukuran 4 × 8 meter dengan tinggi 12 meter.

menara syahbandar

Menara Syahbandar Menanggung Beban Berat Utara Jakarta

Berdasarkan artikel yang ditulis oleh R. Siti Rukayah dan kawan-kawan yang berjudul “Kajian Kemiringan Menara Syahbandar di Museum Bahari Jakarta dalam Konservasi Arsitektur” menjelaskan bahwa Menara Syahbandar, yang terletak di tepi Jalan Pakin, Jakarta Utara, semakin miring akibat getaran dari kendaraan berat, seperti truk kontainer, yang melintas setiap hari. Seiring waktu, getaran dari lalu lintas menyebabkan kemiringan yang semakin parah, ditambah lagi karena tanah di sekitarnya yang tercemar air laut. Kemiringan pertama kali tercatat sebesar 1° pada tahun 1980 dan terus meningkat, mencapai 5° pada 2013, 6° pada 2020, dan diperkirakan mencapai 6,5° pada 2024.

menara syahbandar

Upaya yang pernah dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah larangan kendaraan berat melintas di Jalan Pakin dan permohonan yang diajukan Museum Bahari pada 2015 untuk menghentikan lalu lintas berat di sekitar menara. Meski begitu, kemiringan terus bertambah dan retakan mulai muncul. 

Baca juga: Jejak Gempa Batavia: Museum Bahari yang Kokoh, Saksi Bisu Penurunan Tanah Jakarta

Menara Syahbandar kini menjadi bagian dari Museum Bahari di Jakarta merupakan tempat yang dulunya merupakan kawasan titik nol Kota Jakarta, tempat ini menjadi saksi bisu tentang hiruk pikuk pelabuhan Sunda Kelapa. Kemiringan Menara ini juga menjadi bukti kuat bahwa Sunda Kelapa adalah jantung perdagangan dan mobilitas dulu hingga sekarang.

Penulis: Kori Saefatun

Editor: Nugrah