Menjadi rempah-rempah yang dijuluki sebagai “Queen of Spices”, kapulaga sangat tenar dengan berbagai khasiatnya. Mulai dari rempah makanan, minuman, wewangian dan juga kegunaannya dalam industri farmasi.
Tumbuhan ini berasal dari biji berbagai tanaman unik yang termasuk dalam keluarga yang sama dengan jahe. Rempah ini juga memiliki rasa yang unik yang dapat menyempurnakan hidangan manis dan gurih. Orang juga dapat menggunakan biji dan polong kapulaga dalam kari, makanan penutup, dan hidangan daging, selain dalam minuman, seperti kopi dan teh chai.
Eksistensi Kapulaga di Tengah Krisis Iklim

Dikutip dari Mongabay Kapulaga, Rempah Asli Indonesia yang Mendunia, peneliti dari Badan Riset Inovasi Nasional atau BRIN, menunjukkan masyarakat sekitar Gunung Honje menggunakan buah ini sebagai penghangat tubuh anak-anak. Caranya, buah kapulaga dan minyak kayu putih diramu, lalu dikunyah dan dioleskan ke tubuh. Biji dari buahnya juga digunakan sebagai obat batuk, tenggorokan gatal, sakit perut, kembung, mencegah pengeroposan tulang, dan pewangi. Juga, sebagai rempah yang menguatkan rasa pada makanan.
Karena fungsi utamanya yang bisa menjadi bahan baku utama penghangat tubuh, buah ini juga digemari oleh negara-negara bermusim dingin untuk di ekspor. Di Indonesia sendiri ada 5 daerah penghasil terbesar buah ini, antara lain: Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra Utara, Sumatera Barat dan Jawa Timur. Harganya yang cukup mahal membuat bertani kapulaga adalah salah satu hal yang menguntungkan.
Namun adanya krisis iklim berdampak sangat besar pada pertanian, baik di Indonesia maupun secara global. Para petani budidaya tanaman ini. Dalam Laporan yang berjudul “Large Cardamom Farming in Changing Climatic and Socioeconomic Conditions in the Sikkim Himalayas” yang membahas bagaimana dampak perubahan iklim pada petani kapulaga di Pegunungan Sikkim, Himalaya menjelaskan bahwa menurut petani tanaman ini disana adanya penurunan produksi pada buah ini selama bertahun-tahun. Mayoritas informan percaya bahwa penurunan ini disebabkan oleh dampak perubahan iklim.
Baca juga: Vetiver, Pohon Penangkal Longsor dan Erosi
Hal ini disebabkan karena kondisi cuaca yang tidak dapat diprediksi dan tidak menentu, pencairan salju yang cepat, dan pengeringan sumber air. Perubahan iklim mempengaruhi kemunculan dan aktivitas mencari makan para penyerbuk serta mempengaruhi waktu dan durasi berbunga berbagai tanaman Perubahan pola cuaca akibat perubahan iklim dilaporkan telah meningkatkan kejadian penyakit dan hama pada berbagai tanaman. Selain itu dampak fluktuatifnya cuaca karena perubahan iklim membuat masyarakat harus mengeringkan kapulaga lewat oven-oven pengering yang sebelumnya hanya mengandalkan sinar matahari.
Sumber:
- https://agriospice.com/cardamom/
- https://www.mongabay.co.id/2023/03/26/kapulaga-rempah-asli-indonesia-yang-mendunia/
- ICIMOD Working Paper 2014/2. Large Cardamom Farming in Changing Climatic and Socioeconomic Conditions in the Sikkim Himalayas.