Sesar Kendeng merupakan sesar yang melewati wilayah di Jawa Timur. sobat DC, kita kenalan yuk sama sesar kendeng lewat artikel ini..
Naik kereta api, tut tut tut….
Siapa hendak turut
Ke Bandung, Surabaya
Bolehlah naik dengan percuma
Dahulu waktu kecil kita sering menyanyikan lagu ini di taman kanak-kanak. Siapa sangka kota-kota tujuan di lagu ini keberadaannya dekat dengan sumber gempa. Kita sudah tidak asing lagi dengan pemberitaan mengenai sesar lembang yang mengancam Kota Bandung. Namun tahukah sobat, ada sesar lain yang mengancam daerah Surabaya.
Surabaya merupakan salah satu kota besar yang ada di pulau Jawa setelah Jakarta. Luas area Kota Surabaya sebesar 326,81 Km2. Jumlah penduduk Kota Surabaya dari hasil registrasi pada tahun 2019 sebanyak 3,15 juta jiwa. Faktanya sekitar 3,15 juta jiwa yang tinggal di Kota Surabaya memiliki ancaman gempa yang bersumber dari sesar Kendeng. Penelitian Koulali, 2016 mengemukakan bahwa Sesar Kendeng melewati selatan di pinggir Surabaya yang merupakan kota terbesar kedua di Indonesia.
Kenalan Sama Sesar Kendeng di Jawa Timur
Sesar Kendeng merupakan zona sesar yang memanjang mengarah barat timur, mulai dari bagian barat Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Gempa gempa dangkal berukuran sedang (M4-5) terjadi di sepanjang zona sesar ini dalam beberapa tahun terakhir. Bukti pergerakan sesar ini dapat diamati dengan adanya teras-teras sungai yang terangkat seiring dengan pergerakan sesar-sesar di daerah ini.
Hasil penelitian terakhir dan juga hasil diskusi kelomok tim revisi zonasi gempa menunjukkan bahwa sesar baribis merupakan bagian dari satu kesatuan jalur sesar naik belakang busur, termasuk di dalamnya sesar Semarang dan sesar sesar naik di zona Kendeng, jawa timur. Mekanisme sesar Kendeng adalah sesar naik dengan arah dipping ke arah selatan. Berdasarkan pemodelan blok, sesar Kendeng aktif bergerak setiap tahun dengan kecepatan gerak sebesar 5 mm/tahun.
Baca juga: Daerah Brebes & Sejarah Gempabumi nya
Dalam Penelitian Koulali, 2016, berdasarkan pengukuran Global Positioning System (GPS) deformasi permukaan untuk menunjukkan bahwa konvergensi antara Lempeng Australia dan Blok Sunda di Indonesia bagian timur terpartisi antara megathrust dan zona pemanjangan dari back-arc thrusting yang memanjang 2000 km dari Jawa Timur ke utara Timor. back arc thrust fault atau sesar naik sepanjang busur belakang merupakan istilah geologi untuk zona patahan yang berada di belakang busur vulkanis yang memanjang dari Jawa Timur ke utara Timor.Belum lama ini, terjadi gempa pada Sabtu (3/7/2021) pukul 22.34 WIB. Gempa ini berkekuatan M 3 yang terletak di 8 km Tenggara-Ngimbang dengan kedalaman 16 km. Gempa ini terjadi di garis sesar Kendeng.
Dilansir dari detik.com, Pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Dr. Amien Widodo mengingatkan potensi gempa yang mungkin akan terus terjadi di jalur sesar Kendeng. “Sesar Kendeng itu berupa garis dan bidang ya namanya. Jadi mulai dari melewati Surabaya terus melewati Sidoarjo, melewati Mojokerto, Jombang sampai ke Cepu,” jelas Amien pada Minggu (4/7/2021).
“Nah, sesar Kendeng itu ada dua yang melewati Waru yang kita kenal dengan Sesar Waru. Terus ada Sesar Surabaya melewati Surabaya juga terus terputus dan melewati daerah Lamongan yang disebut Blumbang,” imbuhnya.
Tak jauh berbeda, Daryono Kepala Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG dalam cuitannya di twitter bekata ”Gempa ini meskipun kekuatannya relatif kecil M3,0 tetapi sudah cukup sebagai bukti bahwa Sesar Kendeng pada Segmen Waru tepatnya di Kab. Lamongan merupakan jalur sesar aktif.” Minggu (4/7/2021).
Benyaknya kota besar yang dilalui oleh sesar aktif mengakibatkan banyak kejadian gempa merusak seperti pada gempa Yogyakarta tahun 2006, gempa Lombok dan Palu tahun 2018, dan Gempa Mamuju 2021. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dan praktik pengurangan risiko bencana mengenai gempabumi.
Bila pada lagu naik kereta api penumpang bolehlah naik dengan percuma, namun pengurangan risiko bencana tidak akan pernah percuma. (LS)
Sumber:
Buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017. Tim Pusat Studi Gempa Nasional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Koulali, A., Susilo, S., McClusky, S., Meilano, I., Cummins, P., Tregoning, P., … & Syafi’i, M. A. (2016). Crustal strain partitioning and the associated earthquake hazard in the eastern Sunda‐Banda Arc. Geophysical Research Letters, 43(5), 1943-1949.
twitter: DaryonoBMKG