Nuklir dimasa sekarang ini dan dimana situasi geopolitik global kembali memasuki fase genting setelah memanasnya konflik antara Iran dan Israel. Ketegangan ini tidak lagi sekadar pertukaran serangan terbatas, melainkan mulai mengarah pada kemungkinan perang terbuka yang berisiko meluas ke kawasan lain. Ketakutan akan munculnya Perang Dunia ketiga juga mulai terasa kembali. Keterlibatan Amerika Serikat, yang sejak awal memainkan peran dominan semakin memperkeruh keadaan. Meskipun baru-baru ini rilis tentang gencatan senjata mulai meredakan situasi tersebut.
Di tengah saling serang, dunia kini menghadapi potensi konflik yang tidak hanya melibatkan senjata konvensional, tetapi juga memunculkan kekhawatiran akan penggunaan senjata pemusnah massal. Rudal nuklir yang melambung di udara antara Iran dan Israel bersahut-sahutan layaknya kembang api tahun baru, memusnahkan ratusan manusia. Update dari Kompas saat memasuki hari keempat perang Israel-Iran, Kementerian kesehatan Iran mengatakan sedikitnya 224 orang tewas dan lebih dari 1.200 orang terluka.
Selama bertahun-tahun nuklir menjadi momok menakutkan bagi manusia, dampak ledakan, pemusnahan massal, efek radiasi, serta dampak jangka panjang.
4 Dampak Nuklir Terhadap Lingkungan
Dalam tulisan ini, penulis akan mencoba merangkum beberapa dampak negatif nuklir terhadap lingkungan dalam jangka pendek maupun panjang:
- Dampak terhadap Tanah

Isotop radioaktif yang dilepaskan saat terjadi kebocoran atau kecelakaan nuklir bisa menyebar ke udara, lalu jatuh ke tanah melalui hujan atau proses alami lainnya. Setelah itu zat radioaktif ini akan mengendap di lapisan atas tanah dan bisa bertahan di sana selama bertahun-tahun, tergantung pada lamanya waktu paruh isotop tersebut. Karena bisa bertahan lama di tanah, zat ini dapat mencemari lahan pertanian, padang rumput, dan sumber pakan ternak. Sehingga tidak hanya dirasakan saat kejadian berlangsung, tetapi juga bisa mempengaruhi kesehatan manusia dan keselamatan lingkungan dalam jangka waktu yang panjang.
- Dampak terhadap Air

Pada tahun 2013, ditemukan bahwa air tanah di sekitar beberapa bangunan turbin di fasilitas nuklir Fukushima Daiichi telah tercemar zat radioaktif. Salah satu titik yang mengkhawatirkan berada di dekat pelabuhan yang langsung mengarah ke Samudra Pasifik. Padahal area itu biasanya menjadi tempat keluarnya air bersih yang seharusnya aman untuk dialirkan ke lingkungan.. Dampak lanjutnya pada saat itu adanya ketakutan mengkonsumsi ikan tuna yang berasal dari perairan Jepang karena kontaminasi dari efek nuklir tersebut
- Tambang dan Cemaran oleh Uranium

Salah satu yang menjadi bahan dari nuklir adalah uranium, ranium terdeplesi (DU) adalah limbah dari proses pengayaan uranium. Meskipun radioaktifnya lebih sedikit dari uranium alami, DU tetap berbahaya karena bersifat racun secara kimia dan radiasi. DU digunakan dalam amunisi militer karena daya tembusnya yang tinggi, serta sebagai pelindung kendaraan lapis baja. Setelah konflik bersenjata di tahun 1990-an, muncul kekhawatiran atas dampak DU terhadap kesehatan dan lingkungan. Debu DU yang dihasilkan saat amunisi menghantam target bisa mencemari udara, tanah, air, dan tumbuhan. Selain itu potensi penambangan uranium di Indonesia juga mulai dilirik, tambang yang seringkali dikaitkan dengan perusakan lingkungan dan merugikan masyarakat sekitar juga menjadi potensi merusak pada hulu pengembangan nuklir.
- Perubahan Iklim yang Ekstrim

Dampak nuklir yang dirasakan dalam jangka panjang dan dirasakan beberapa generasi mendatang adalah percepatan laju krisis iklim yang makin cepat, para peneliti mengungkapkan bahwa dampak dari ledakan nuklir akan lebih buruk dibandingkan dengan akibat yg ditimbulkan oleh pemanasan dunia dampak gas efek rumah kaca. Mulai dari asap, debu bahkan badai api dapat terjadi efek nuklir ini.
Baca juga: Indonesia Mulai Melirik Nuklir dalam Bayang Resiko Bencana
Hal hal berikut merupakan beberapa dampak yang dapat terjadi bila salah satu unsur tenaga yang sering dikatakan sebagai sumber tenaga baru ini disalah gunakan.(Kori/Nugrah)