Throwback Kejadian Flu Spanyol

Ilustrasi Wabah Flu Spanyol, Foto: National Archives
Ekspedisi Jawadwipa

Satu abad yang lalu, tepatnya pada tahun 1918, tidak ada negara yang tidak mengalami pandemi influenza atau kerap disebut dengan Flu Spanyol. Jauh sebelum pandemi COVID-19, dunia sudah pernah mengalami pandemi.

Pada 2 Maret 2020, Indonesia resmi mengumumkan kasus pertama COVID-19. Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama COVID-19 di Indonesia. Hingga kini pandemi masih terus terjadi ditandai dengan penularan yang bahkan akhir-akhir ini terus meningkat. 

Throwback Kejadian Flu Spanyol

Mengutip laman CDC, pandemi influenza pada 1918 adalah pandemi paling parah dalam sejarah baru-baru ini. Penyebabnya adalah virus H1N1 dengan gen yang berasal dari unggas. Meskipun tidak ada konsensus universal mengenai dari mana virus itu berasal, virus itu menyebar ke seluruh dunia selama 1918-1919.

Penularan virus melalui udara membuat pandemi Flu Spanyol cepat sekali menyebar. Begitu cepatnya penularan dan luasnya jangkauan pandemi membuat jumlah korban menjadi sangat tinggi.

Pandemi Flu Spanyol tahun 1918, diperkirakan menginfeksi 500 juta orang di seluruh dunia, atau sekitar sepertiga populasi bumi dan membunuh sekitar 20 juta hingga 50 juta korban. Di mana kematian terbesar terjadi pada balita, orang berumur 20-40 tahun, dan orang berumur 70-74 tahun. Itu berarti, dalam kurun waktu Maret 1918-September 1919, Flu Spanyol merenggut sekitar dua persen populasi dunia yang saat itu berkisar 1,7 miliar orang. Angka tersebut jauh melebihi jumlah korban Perang Dunia I yang berkisar 9,2 juta-15,9 juta jiwa. 

flu spanyol
Rumah sakit darurat selama pandemi flu Spanyol di Camp Funston, Kansas, tahun 1918. Foto: Wikipedia/National Museum of Health and Medicine

Flu 1918 pertama kali diamati di Eropa, Amerika Serikat dan sebagian Asia sebelum menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Pada saat itu, tidak ada obat atau vaksin yang efektif untuk mengobati jenis flu pembunuh ini. Warga diperintahkan untuk memakai masker, sekolah, teater dan bisnis ditutup dan mayat ditumpuk di kamar mayat darurat sebelum pandemi berakhir.

Para epidemiologis menyimpulkan, Flu Spanyol merupakan penyakit menular paling mematikan dalam sejarah umat manusia, jauh lebih berbahaya dari cacar, pes, dan kolera. Dahsyatnya serangan wabah ini membuat virologis Amerika Serikat Jeffery Taubenberger menyebut Flu Spanyol sebagai “The Mother of All Pandemics.”

Setiap nama atau istilah pasti ada sebabnya, begitu pula nama pandemi Flu Spanyol. Sebenarnya Flu Spanyol tidak berasal dari Spanyol. Dalam laporan alman history, menerangkan bahwa selama Perang Dunia I, Spanyol adalah negara netral dengan media bebas yang meliput wabah sejak awal, pertama kali melaporkannya di Madrid pada akhir Mei 1918. Sementara itu, negara-negara Sekutu dan Blok Sentral memiliki sensor masa perang yang menutupi berita tentang flu untuk menjaga moral tetap tinggi. Karena sumber berita Spanyol adalah satu-satunya yang melaporkan flu, banyak yang percaya itu berasal dari sana.

Para ilmuwan masih belum tahu pasti dari mana asal Flu Spanyol, meskipun teori menunjuk ke Prancis, Cina, Inggris, atau Amerika Serikat, di mana kasus pertama yang diketahui dilaporkan di Camp Funston di Fort Riley, Kansas, pada 11 Maret 1918.

Pada akhirnya Flu Spanyol menyebar ke Indonesia. Dilansir dari historia, pemerintah Hindia Belanda mencatat, virus ini pertamakali dibawa oleh penumpang kapal dari Malaysia dan Singapura dan menyebar lewat Sumatera Utara. Investigasi polisi laut terhadap kapal penumpang MaetsuyckerSingkarah, dan Van Imhoff mendapati beberapa penumpang positif terjangkit virus tersebut. Virus bahkan menjangkiti seluruh penumpang dan awak kapal Toyen Maru yang baru tiba di Makassar dari dari Probolinggo.

Ketika virus itu mulai menyerang kota-kota besar di Pulau Jawa pada Juli 1918, pemerintah dan penduduk tidak memperhatikan. Mereka tidak sadar virus tersebut akan menjalar dengan cepat dan menunjukkan keganasannya. 

Baca juga: Mengenal Virus HMPV, Dulu dan Sekarang

Pewarta Soerabaia menyebutkan, hingga 23 November 1918, jumlah korban meninggal akibat berbagai wabah penyakit di Indonesia mencapai 1,5 juta jiwa dan mayoritas adalah korban Flu Spanyol. Sementara menurut Colin Brown dalam “The Influenza Pandemic of 1918 in Indonesia”, korban Flu Spanyol di Indonesia sebanyak 1,5 juta jiwa. Statistik dalam Koloniaal Verslag menginformasikanFlu Spanyol mengakibatkan peningkatan persentase angka kematian di berbagai wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur hingga dua kali lipat, bahkan lebih.

Sama seperti pandemi yang kita alami saat ini, Flu Spanyol juga memakan banyak korban. Kematian begitu banyak, membuat proses pemakaman menjadi kewalahan. Banyak yang menjadi yatim-piatu, janda dan lainnya akibat keluarganya meninggal. Selain itu, Flu Spanyol juga mengakibatkan banyak kerugian di sektor ekonomi.

Penulis: Lien Sururoh

Sumber:

https://www.history.com/topics/world-war-i/1918-flu-pandemic

https://www.cdc.gov/flu/pandemic-resources/1918-commemoration/1918-pandemichistory.htm#:~:text=Meskipun%20there%20is%20not%20universal,menjadi%20terinfeksi%20dengan%20ini %20virus.

https://historia.id/sains/articles/seabad-flu-spanyol-DBKbm/page/4