Asbestosis, Ancaman Ganda Saat Bencana: Akibat Salah Pilihan Konstruksi Rumah

Proses pemindahan asbes, Foto: Dok. lionindonesia.org
Ekspedisi Jawadwipa

Hal ini dimulai sejak awal abad ke-20. Bahan baku asbes mulai banyak digunakan pada tahun 1970-an hingga 1990-an sebagai bahan utama untuk atap rumah, pipa, dan insulasi.

Bencana alam berupa angin topan, tanah longsor, kebakaran dan bencana-bencana lain dapat dengan mudah merusak konstruksi bangunan rumah, terutama dalam bagian dinding dan atap sebagai pelindung terdepan sebuah konstruksi bangunan.

Bahan dari atap rumah orang Indonesia sebenarnya bermacam-macam rupanya, antara lain berupa genteng tanah liat, genteng kayu alami (kayu/ulin/bambu), genteng keramik, beton, metal, seng/asbes, maupun material lainnya. Dalam rumah-rumah tradisional masyarakat Indonesia sebenarnya dahulu cenderung lebih banyak menggunakan bahan alami seperti kayu, batu, tanah liat serta ijuk namun seiring berjalannya waktu rumah-rumah di Indonesia berganti bahan menjadi seng atau asbes karena dinilai lebih ekonomis.

Asbestosis, Ancaman Ganda Saat Bencana: Akibat Salah Pilihan Konstruksi Rumah

asbes
Ilustrasi pengamanan oleh petugas, Foto: istock

Hal ini dimulai sejak awal abad ke-20. Bahan baku ini mulai banyak digunakan pada tahun 1970-an hingga 1990-an sebagai bahan utama untuk atap rumah, pipa, dan insulasi. 

Bahan atap ini dianggap aman jika dalam kondisi baik, tetapi setelah robek, rusak, terbakar, tertiup angin atau hanyut dan menjadi bagian dari tumpukan puing-puing, produk-produk tersebut dapat melepaskan racun serat ke udara.

Menghirup serat-serat yang ada pada bahan ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan, yang biasanya baru muncul beberapa tahun kemudian. Semakin sering orang terpapar, semakin besar juga risiko terkena penyakit terkait bahan ini, seperti asbestosis, kanker paru-paru, atau mesothelioma.

Saat bencana alam terjadi, perhatian masyarakat umumnya hanya tertuju pada dampak yang langsung terlihat seperti pada kerusakan fisik dan korban jiwa. Risiko kesehatan jangka panjang seperti paparan bahan berbahaya dari reruntuhan bangunan, sering tidak dihiraukan. Padahal dalam kasus bencana badai, banjir bandang, atau gempa bumi dapat menghancurkan material bangunan yang mengandung bahan ini, bisa menciptakan ancaman baru yang tak kasat mata.

Dikutip dari Indonesia Ban Asbestos Network menjelaskan bahwa, penelitian yang menganalisis data dari Global Burden of Disease (GBD) menyoroti dampak serius penggunaan material ini di empat negara Asia Tenggara (Kamboja, Indonesia, Laos, dan Vietnam.)

Dalam penelitian tersebut, Indonesia tercatat memiliki angka kematian tahunan tertinggi akibat penyakit yang berkaitan dengan paparan bahan bangunan ini. Diperkirakan lebih dari 1.600 orang Indonesia meninggal setiap tahunnya akibat penyakit seperti asbestosis, kanker paru-paru, dan mesothelioma penyakit yang sebenarnya dapat dicegah.

Lebih mengkhawatirkan lagi, jika penggunaan material ini tidak dihentikan, jumlah kematian di Indonesia diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 3.000 kasus per tahun pada tahun 2040.

asbes
Ilustrasi Asbes, Foto: istockphoto/adam sadlak

Tetapi ironisnya, Indonesia menjadi konsumen terbesar kedua di dunia menurut data dari United Nations Statistical Division (COMTRADE), dengan menyerap sekitar 17% dari total asbes yang diperdagangkan secara global. Data dari Statistik Perdagangan Luar Negeri juga mencatat bahwa Indonesia mengimpor sedikitnya 100.000 ton bahan baku material ini setiap tahunnya, tanpa dikenakan bea cukai (0%). Sehingga ini menjadi masalah serius karena Indonesia sama sekali tidak mempertimbangkan bahaya dari penggunaannya. 

Berbeda di beberapa negara yang memang telah peraturan negaranya telah melarang penggunaan material ini. Mulai dari Uni Eropa hingga Teluk Persia, dari negara-negara industri seperti Jepang hingga negara-negara berkembang di Afrika, 55 negara telah melarang penggunaan material ini, menurut Asbestos Nation. Beberapa negara mengecualikan penggunaannya dalam jumlah kecil adalah Tiongkok, Rusia, India, Brazil, Kanada, dan Amerika Serikat.

Baca juga: 3 Kampung Mati di Indonesia Karena Tanah Bergerak

Dalam situasi kebencanaan, bahayanya lebih tidak bisa dikontrol karena situasi darurat sehingga butuh pemahaman dalam proses pembersihan atau evakuasi yang kontruksi bangunannya menggunakan material ini. Karena bahaya asbes ini bisa mengincar siapapun baik korban bencana ataupun relawan bencana.(Kori/Nugrah)

https://www.kompas.com/properti/read/2022/03/09/060000621/kenapa-asbes-tidak-lagi-digunakan-sebagai-atap-rumah-ini-penjelasannya