Semeru Kembali Awas, Pendaki di Ranu Kumbolo Selamat

Letusan Semeru, Foto: Dok. tribatanews.polri.go.id
Ekspedisi Jawadwipa

Gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Semeru kini kembali memuntahkan isi perutnya. Gunung yang dikenal memang aktif beraktivitas, beberapa kali telah meningkatkan statusnya sebelum pada akhirnya mengeluarkan awan panas pada Rabu (19/11/2025).

Sejak letusan besar tahun 2021, Gunung Semeru masih melakukan aktivitas vulkaniknya secara rutin,

pemantaun juga terus dilakukan oleh PVMBG, namun sejak 1 tahun yang lalu, Gunung Semeru masih dalam posisi stagnan di level II waspada, sebelum kemudian ditingkatkan menjadi  level IV awas pada kisaran pukul 12.00 – 18.00 (19/11), dengan laporan pengamatan,

“Gunung api terlihat jelas hingga tertutup Kabut O-III. Asap kawah tidak teramati. Cuaca mendung hingga hujan, angin lemah hingga sedang ke arah utara, selatan dan barat laut.” dalam catatan portal PVMBG

Semeru Kembali Awas

Awan panas guguran (APG) yang dikeluarkan oleh Gunung Semeru meluncur sejauh 13 belas kilometer, mengarah ke kawasan Besuk Kobokan yang berada di sisi selatan gunung. 

semeru
Letusan Gunung Semeru, Foto: ANTARA/Irfan Sumanjaya

“Dalam periode ini jumah gempa yang terekam menunjukkan bahwa aktivitas kegempaan di Gunung Semeru masih tinggi, terutama gempa Letusan, Guguran dan Harmonik. Terjadi peningkatan kejadian Gempa Guguran dan melambat dengan pengamatan visual, yang teramati bahwa kejadian guguran lava pijar semakin intensif terjadi ke arah Sungai Besuk Kobokan”, jelas Muhammad Wafid (Kepala Badan Geologi).

Hal ini mengakibatkan ratusan warga mengungsi, puluhan rumah rusak serta kematian hewan ternak, adapun masyarakat yang mengungsi menurut Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Kamis (20/11) pukul 19.30 WIB, tercatat sebanyak 1.116 jiwa mengungsi dan telah ditempatkan di sembilan titik lokasi pengungsian yang tersebar di beberapa wilayah.

Lokasi pengungsian tersebut meliputi: rumah Kepala Desa Sumbermujur, Kantor Kecamatan Candipuro, Pom Mini Desa Supit Urang (Kecamatan Pronojoyo), SDN Supit Urang 04, SDN Sumber Urip 02, Balai Desa Oro-oro Ombo, Masjid Nurul Jadid (Desa Supit Urang), BUMDes Desa Sumber Urip, serta Masjid Oro-oro Ombo.

Sementara itu, Gunung Semeru yang sebelumnya berada pada status aman namun waspada telah lama membuka jalur pendakian, meski hanya diperbolehkan sampai Ranu Kumbolo. Pasca peningkatan status menjadi Awas, tercatat 187 orang berada di kawasan Ranu Kumbolo.

Kondisi di Ranu Kumbolo dinyatakan aman, meskipun lokasinya hanya berjarak sekitar 6,4 km dari puncak Semeru. Hal ini disebabkan arah luncuran awan panas dan guguran lava yang mengarah ke selatan–tenggara, sementara Ranu Kumbolo berada di sebelah utara puncak Semeru.

semeru
Ilustrasi Pendaki di Ranu Kumbolo, Foto: Dok. Kehutanan.go.id

Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan, kondisi cuaca yang saat itu hujan, serta hari yang sudah mulai gelap, para pendaki dan rombongan diminta tetap bertahan sementara di Ranu Kumbolo. Proses evakuasi kembali ke Ranupani dilakukan pada Kamis, 20 November 2025, rombongan pendaki mulai turun pada hari tersebut. 

Berdasarkan Laporan dari Kementerian Kehutanan, pendaki pertama tiba di Ranupani pada pukul 11.45 WIB, sementara pendaki terakhir tiba sekitar pukul 14.30 WIB. Dari total 187 orang, seluruhnya telah melapor di pos Ranu Pani dalam keadaan sehat dan selamat.

Baca juga: Gunung Tampomas: Merawat Memori Lewat Dongeng

Hingga saat ini (23/11) dalam pemantauan visual PVMBG, Gunung api terlihat jelas hingga tertutup Kabut 0-III. Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas sedang tinggi sekitar 1000 meter dari puncak. Cuaca mendung, angin lemah ke arah barat laut.

Adapun rekomendasi bagi masyarakat dari PVMBG adalah sebagai berikut:

  1. Tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 20 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar
  2. Tidak beraktivitas dalam radius 8 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
  3. Mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

(Kori/Nugrah)