Throwback Gempa Jawa Barat 2 September 2009

PUBLISHED

Disasterchannel.co,- Empat belas tahun silam, ibukota Jakarta pernah dihebohkan dengan gempa yang letaknya di Selatan wilayah Jawa Barat. Siang itu, seluruh penghuni yang memenuhi gedung tinggi panik berhamburan ke luar ruangan. Termasuk, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrayati juga menghentikan paparannya tentang APBN 2010 di Ditjen Pajak saat gempa mengguncang sesaat setelah seorang wartawan berteriak “gempa, gempa”. Konferensi pers bubar, Aktivitas Gedung Bursa Efek, kantor kedutaan besar, hingga pusat-pusat perbelanjaan juga tak terhindar dari kekacauan. 

Semua ini terjadi dipicu oleh Gempa yang terjadi pada hari Rabu, 2 September 2009 pukul 14.55 waktu setempat. Berdasarkan BMKG, pusat gempa terletak 142 km barat daya Tasikmalaya, dengan kedalaman 30 km di bawah permukaan laut. Sedangkan berdasarkan data dari USGS, gempa berkekuatan 7,4 SR pada kedalaman 60 km di bawah permukaan laut. 

Dampak gempa juga terasa di berbagai wilayah. Tasikmalaya merasakan gempa dengan kekuatan VII MMI (Modified Mercalli Intensity). Pada kekuatan VII MMI, gempa dapat merusak pada rumah-rumah dengan bangunan dan konstruksi yang baik. Gempa juga dirasakan oleh orang yang naik kendaraan.

Wilayah Cianjur dan Sukabumi merasakan gempa dengan kekuatan VI MMI. Getaran dengan kekuatan VI MMI dapat dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan terjadi kerusakan ringan.

Wilayah Bandung, Bekasi, Bogor dan Purwakarta merasakan gempa dengan kekuatan V. pada skala kekuatan V MMI, getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.

Wilayah Cibinong, Ciputat, Jakarta, Depok Cirebon, Tangerang dan Yogyakarta merasakan gempa dengan kekuatan IV MMI. Pada kekuatan gempa IV MMI, masyarakat Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.

Getaran gempa yang terasa dan menghebohkan aktivitas ibukota juga mengakibatkan dampak yang besar. Berdasarkan data yang dipublikasikan Satuan Tugas Penanggulangan Bencana (Satkorlak PB) Jawa Barat dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), per 25 September 2009, jumlah korban gempa meliputi meninggal dunia sebanyak 81 orang, luka berat sebanyak 1.917 orang, dan 50.964 KK atau KK. 196.107 orang mengungsi. Jumlah korban jiwa terbanyak terdapat di Kabupaten Cianjur akibat bencana tanah longsor yang dipicu gempa tersebut. 

Bencana ini mengakibatkan kerusakan dan kerugian. Sektor yang mengalami kerugian terparah adalah sektor perumahan, dengan kerugian sebesar sebesar Rp6,97 triliun (88,22%), disusul sektor sosial sebesar Rp755 miliar (9,56%), dan lintas sektoral sebesar Rp156,21 miliar (1, 98%). Akibat bencana ini, usaha masyarakat banyak yang terhenti sementara waktu karena unit usaha yang mereka miliki rusak atau hancur sehingga berkontribusi pada bertambahnya jumlah penduduk miskin.

Dari gempa yang terjadi di Jawa Barat pada 14 tahun yang lalu kita belajar bahwa pusat gempa yang berada di Selatan Jawa saya bisa dirasakan hingga Jakarta yang ada di sebelah utara. Faktor amplifikasi menjadi salah satu penyebab getaran gempa terasa hingga wilayah yang jaraknya berjauhan dengan pusat gempa. Faktor amplifikasi adalah perbesaran gelombang gempa akibat keberadaan lapisan tanah lunak. 

Bukti nyata sudah tertuang dalam kejadian masa lalu, bahwasanya pembangunan harus memperhatikan ancaman gempa. Begitu luasnya dampak gempa yang terjadi, seharusnya membuat kita berpikir untuk lebih siapsiaga. (LS)

Sumber:

Bisri, M. B. (2013). Examining inter-organizational network during emergency response of West Java earthquake 2009, Indonesia. Procedia Environmental Sciences17, 889-898.

https://www.bmkg.go.id/gempabumi/skala-mmi.bmkg

https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/02/102012165/2-september-2009-saat-jakarta-panik-karena-gempa-magnitudo-73-guncang?page=all.

Photo: m.merdekanews.co