Merawat Sungai sebagai Upaya Menjaga Peradaban

PUBLISHED

Disasterchannel.co,- Tulisan ini datang dari Latifatus Sholikah, ia adalah peserta peringkat ke-sepuluh dalam lomba menulis bertema “Aku dan Sungai” yang diadakan oleh disasterchannel.co. Mari kita simak cerita tentang upaya menjaga kelestarian sungai yang tertuang dalam tulisan Latifa di bawah ini:

Sungai menjadi kawasan yang penting dalam membangun peradaban manusia. Zaman dahulu, lokasi pusat kota ditentukan oleh ketersediaan pasokan air bersih melalui sungai ataupun sumur. Hal inilah yang menjadikan sungai sebagai sumber kehidupan yang melahirkan banyak peradaban, misalnya Sungai Nil di Afrika. Sungai Nil menjadi pusat peradaban besar di dunia. Mulai ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan bagi orang-orang Mesir Kuno.

Peradaban Indonesia sebagian juga muncul dari bantaran sungai. Salah satunya Kerajaan Kutai Kertanegara, Kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang berada di tepi sungai Mahakam. Selain itu, ada Kerajaan Majapahit yang berada di kawasan Sungai Brantas. Kerajaan Majapahit terkenal memiliki armada laut yang kuat dan memanfaatkan sungai dengan baik. Di antaranya menjadikan Sungai Brantas sebagai jalur transportasi utama proses perdagangan.

Kedua kerajaan ini adalah contoh hasil peradaban yang pernah terjadi. Sungai menjadi pusat peradaban yang memberikan banyak manfaat bagi kerajaan dan masyarakat sekitar.

Lantas, bagaimana kondisi sungai di Indonesia saat ini?

Kondisi Sungai di Indonesia Semakin Memprihatinkan

Beberapa sungai di Indonesia mengalami pencemaran cukup parah. Sungai banyak dijadikan tempat pembuangan sampah dan limbah. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis Statistik Lingkungan Hidup 2018, menyatakan bahwa kualitas air sungai di Indonesia berada pada status tercemar berat. Pemantauan 82 sungai sepanjang 2016-2017 dapat diketahui bahwa 50 sungai kondisinya relatif tidak berubah, 18 sungai kualitasnya membaik, dan 14 sungai kualitasnya semakin memburuk. Mengutip dari VOA Indonesia, Tim Ekspedisi Sungai Nusantara juga menemukan mikroplastik di 68 sungai yang ada di 5 provinsi. Fakta yang paling mengejutkan adalah Sungai Brantas menempati peringkat atas sebagai sungai yang paling tercemar. Kasus banyaknya ikan mati massal di Sungai Brantas dapat menjadi bukti bahwa sungai mengalami pencemaran berat. Jika terus dibiarkan maka kerusakan sungai akan semakin parah dan akan sulit untuk memulihkannya.

Pencemaran sungai perlu menjadi perhatian oleh pemerintah dan masyarakat agar kesadaran mengenai kelestarian sungai dapat ditingkatkan. Amiruddin Muttaqin, Peneliti Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) menyatakan bahwa tingginya pencemaran disebabkan karena rendahnya kesadaran masyarakat dan industri dengan menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan limbah. Masyarakat harus paham bahwa sungai adalah sumber kehidupan. Ketika kualitas air sungai tercemar maka bisa berdampak ke berbagai sektor, mulai pertanian, perikanan hingga kehidupan masyarakat sekitar sungai. Bagi industri, pemerintah juga perlu membuat regulasi yang tepat agar pengelolaan limbah tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan.

Peran Generasi Muda dalam Merawat Sungai

Generasi muda sebagai garda terdepan dapat berperan aktif dalam berpartisipasi merawat sungai di Indonesia. Salah satu contohnya adalah Pandawara Group, kelompok pemuda asal bandung ini mengkampanyekan bersih sungai dari sampah melalui media sosial TikTok. Mereka secara aktif mengajak semua elemen masyarakat, pemerintah dan siapa pun untuk ikut serta membersihkan sampah-sampah di sungai. Aksi-aksi yang dilakukan kelompok pemuda tersebut layak untuk diapresiasi dan menjadi inspirasi bagi pemuda lainnya. Mengutip dari waste4change, aksi yang dilakukan Pandawara Group ternyata belum maksimal karena kesadaran masyarakat masih kurang. Masyarakat masih sering membuang sampah sembarangan.

Selain Pandawara Group, komunitas/gerakan anak muda yang peduli sungai juga banyak bermunculan. Misalnya, akun Instagram Gajahlah Kebersihan. Gajahlah Kebersihan adalah project yang memberikan edukasi kepada masyarakat tentang zero waste atau minim sampah. Gerakan seperti inilah yang dapat membantu memberikan edukasi ke semua orang melalui media sosial. 

Apapun aksi yang dilakukan, generasi muda dapat menjadi pelopor untuk mengajak semua masyarakat untuk lebih menjaga kebersihan, termasuk merawat sungai. Sungai yang sudah tercemar dan mengalami kerusakan yang parah bisa mendatangkan bahaya, seperti penyakit, banjir, hingga minimnya air bersih.

Merawat sungai memang tak mudah, perlu koordinasi dari berbagai pihak. Tak hanya pemerintah, tetapi seluruh elemen masyarakat. Semua harus bersatu dan bahu membahu menjaga sungai agar tidak tercemar. Pemulihan sungai yang tercemar dapat dilakukan agar kerusakan tidak semakin parah. Ketika sungai sudah rusak maka akan susah untuk mengembalikannya seperti semua. Biaya cukup mahal dan proses juga lama. Oleh sebab itulah, tingkatkan kesadaran kita semua untuk merawat sungai. Merawat sungai sama halnya dengan menjaga peradaban.

Referensi

Anonim. 2023. Pandawara Group: Pemuda Inspiratif Pegiat Bebersih Sungai. Waste4change.

Eren Marsyukrilla. 2019. Merawat Sungai untuk Peradaban Kota. Kompas.

Petrus Riski. 2023. Hari Air Sedunia: Kondisi Sungai di Indonesia Memprihatinkan. VOA Indonesia.

Mahandis Yoanata Thamrin. 2019. Memuliakan Sungai, Memuliakan Peradaban. National Geographic.

Photo: waste4change.com