Disasterchannel.co,-Kali ini disasterchannel.co mendapat cerita dari Juwita Wulan Sapitri, Ia adalah salah satu peserta lomba menulis dengan tema “Perempuan Hebat Menghadapi Bencana” yang diselenggarakan oleh disasterchannel.co. Yuk kita simak kisahnya dalam tulisan berikut:
Suasana saat itu benar-benar kacau balau. Siang hari yang seharusnya dipenuhi canda tawa anak-anak yang tengah bermain bersama, berubah menjadi mencekam hanya dalam beberapa menit saja. Waktu menunjukkan pukul 15:00 WIB kala itu, tapi nampak seperti tepat tengah malam tanpa sedikitpun cahaya yang muncul. “Seperti dalam terowongan gelap.” Ungkap salah seorang narasumber menjelaskan bagaimana keadaan yang terjadi dengan guratan pucat di wajahnya serta tangan yang masih gemetar. Dapat kulihat bahwa bencana kali ini menyebabkan trauma mendalam bagi masyarakat yang mengalaminya.
Ratusan pasang mata masyarakat Indonesia tertegun memandang bagaimana maha dahsyat kekuatan Sang Khalik dalam takdir yang telah ditetapkanNya. Anak kehilangan orangtuanya, suami kehilangan istri, ibu kehilangan anak, bangunan rumah yang hancur, hewan ternak yang terkubur, semua kisah tersebut lalu-lalang dalam pemberitaan media masa beberapa saat setelah bencana alam ini terjadi.
Diantara ribuan kisah yang muncul, sesosok wanita tegar, sabar dan berjiwa besar hadir memberikan cerita yang sangat inspiratif mengenai bakti seorang anak pada ibunya tepat ditengah keadaan yang gusar akibat erupsi dari gunung Semeru yang meletus tanggal 4 Desember 2021 lalu.
Iya, Rumini namanya. Seorang wanita hebat yang ditemukan meninggal dalam keadaan memeluk sang ibu, Salamah (70 tahun) sesaat setelah kejadian berlangsung. Menurut penuturan dari banyak masyarakat yang selamat dalam bencana tersebut, orang-orang hiruk pikuk dengan diri mereka sendiri. Banyak yang berlari tunggang-langgang menyelamatkan diri dan dapat dipastikan cukup sulit untuk memikirkan hal lainnya saat larva siap menghanguskan apa saja yang ada di dekatnya. Siapa keluarga, saudara, pasangan, bahkan bayangan keadaan anak mungkin sudah tidak dapat terpikirkan kala itu.
Jadi bagaimana mungkin Rumini bisa sekuat dan seberani itu menghadapi kejadiaan yang ada di depannya? Bahwa mati kini bukan lagi menjadi masalah asalkan sang ibu bersamanya.
‘Kekuataan dari kata sayang dan cinta’ mungkin itu ungkapan yang tepat. Baktinya pada sang ibunda menyakinkan dirinya bahwa hidupnya akan hancur jika ia meninggalkan ibunya seorang diri. Hati kecilnya percaya bahwa rasa bersalah akan selalu muncul kala ia menemukan dirinya hidup seorang diri dan membiarkan sang ibunda tergeletak lemah tak berdaya di kamarnya, menunggu erupsi menghampirinya. Dan benar kata Rumini, jika ia tidak sesigap itu, mungkin penyesalan akan menghantui dirinya. Perasaan bersalah itu akan muncul setiap memandang gunung Semeru yang pasti sulit untuk dibendung. Namun, Rumini dengan tegar memutuskan untuk tetap disisi sang ibu apapun bahaya yang akan dilalui.
Sosok Rumini kala itu membuatnya menjadi sosok anak yang dirindukan oleh surga. Ketulusan hatinya bukan hanya dirasakan oleh keluarga dekatnya, namun hampir seluruh masyarakat Indonesia yang melihat jasadnya bersama sang ibu setelah proses evakuasi oleh TRC BPBD Jember dilakukan.
Dan benar kata orang, ‘Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya’ peribahasa itu dengan tepat menggambarkan sosok Rumini (28 tahun) dan Salamah (70 tahun). Dalam kejadian saat itu, Salamah telah sepenuh hati meminta Rumini untuk berlari menyelamatkan nyawanya sendiri, karena ia tidak mungkin mampu untuk berlari, sedang Rumini tak jua mampu mengangkat sang ibu. Jelas bukan? Bahwa dalam keadaan terdesak pun, Salamah meminta Rumini untuk meninggalkannya, sendirian, agar anaknya bisa tetap hidup dan melanjutkan perjalanannya di dunia.
Lagi-lagi bagaimana mungkin kedua sosok tersebut bisa tegar dengan keputusan mereka? Wallahualam Bissawab, hanya Allah satu-satunya Tuhan yang maha tahu bagaimana ketegaran dan keteguhan hati kedua sosok wanita inspiratif itu.
Menurut pengungkapan salah seorang juru penyelamatan bencana alam, panasnya sisa-sisa erupsi saat mencari jasad-jasad masyarakat yang tertimbun abu vulkanik bahkan mampu membuat sepatu bootnya rusak. Sebagian bangkai hewan bahkan terlihat hanya tersisa tulang belulang akibat panasnya erupsi gunung Semeru. Hal ini juga mengingatkan kita mengenai peristiwa yang dilalui nabi Ibrahim AS ketika akan dilempar dalam api oleh Raja Namrud. Dengan tegarnya ia berkata,
“Hasbunallah wa ni’mal wakil” (Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baiknya pelindung).
Ketegaran hati Nabi Ibrahim, kebesaran hari Rumini untuk tetap disisi sang ibu, dan kerelaan dari Salamah untuk melepas sang anak, memang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Hanya orang-orang terpilih yang siap dengan cobaan yang diberikan oleh penciptanya yang mampu melaluinya dengan Surga sebagai janjiNya. Semoga almarhumah diberikan Allah tempat yang terbaik di akhirat aamiin ya rabbal alamin….
Rumini kini bukan lagi seorang wanita biasa, Ia adalah gambaran sosok wanita hebat yang dicintai dan dikagumi oleh manusia tepat setelah kepergiannya dari dunia. Semoga selalu ada sosok Rumini dalam diri wanita-wanita Indonesia. Sosok yang tegar, kuat, dan hebat dalam berbagai masalah yang terjadi dalam kehidupan di dunia.
Penulias : Juwita Wulan Sapitri