Disasterchannel.co,- Desa Tonggolobibi adalah salah satu desa yang terdampak parah peristiwa bencana gempabumi disusul tsunami yang terjadi pada 1 Januari 1996. Gempa yang terjadi 27 tahun yang lalu, menewaskan delapan orang dan mengakibatkan 788 rumah rusak. Masih jelas terlihat bukti-bukti hebatnya tsunami yang terjadi bila kita mengunjungi pesisir pantai di wilayah Desa Tonggolobibi.
Dari sejarah bencana yang ada di Desa Tonggolobibi, menandakan bahwa wilayah ini memiliki risiko yang besar terhadap kejadian gempa disusul tsunami. Oleh karenanya, Yayasan Skala Indonesia didukung oleh PT. Mandala Multifinance Tbk melakukan program “Develop Community Led on Disaster Risk Management”. Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas warga yang berada di daerah paling berisiko untuk dapat mengelola secara mandiri risiko bencana yang ada di daerahnya. Program ini dijalankan dengan beberapa tahapan, di antaranya adalah pelatihan pra-bencana, saat bencana dan juga pasca bencana.
Program ini mulai dijalankan di Desa Tonggolobibi sejak bulan Mei lalu. Beberapa rangkaian pelatihan sudah dijalankan mulai dari peningkatan kapasitas pengetahuan warga mengenai ancaman, kajian kerentanan dan kapasitas desa, pelatihan kesiapsiagaan dan juga pembuatan rencana kontinjensi.
Peningkatan kapasitas warga Desa Tonggolobibi dilakukan kembali pada Yayasan Skala Indonesia kembali melanjutkan pelatihan di Desa Tonggolobibi pada 26-27 September 2023. Pada tahap kedua ini, kami pelatihan penanggulangan bencana saat bencana berlangsung atau saat tanggap darurat.
Pelatihan dilakukan di balai pertemuan Desa Tonggolobibi. Semilir angin dari arah laut Selat Makassar menemani setiap sesi pelatihan. Kegiatan pada kali ini terasa begitu spesial, sebab kedatangan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Donggala, Drs Abdul Muin. Dalam sambutannya, Abdul mendukung penuh penyelenggaraan rangkaian kegiatan ini dan mengharapkan warganya dapat lebih tangguh menghadapi bencana.

Warga diberikan pelatihan mengenai kedaruratan yang dimulai dari materi kesiapsiagaan menghadapi gempabumi dan tsunami, kemudian mengingatkan kembali mengenai materi rencana kontinjensi gempabumi disusul tsunami. Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian materi manajemen pengungsian dan juga Water Air Sanitary and Hygiene (WASH). Pelatihan ini disertai dengan berdiskusi dan mendesain bersama pengungsian yang baik ketika tanggap darurat bencana berlangsung.

Di hari berikutnya, dilanjutkan dengan penyampaian materi pemahaman mengenai fungsi, manfaat dan juga perlengkapan dalam tas siaga bencana. Selanjutnya, pemaparan materi Search and Rescue (SAR) dan pelatihan Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPGD).

Setelah semua materi disampaikan, maka masyarakat dilatih untuk mempraktekkan cara evakuasi mandiri ketika gempa disusul tsunami terjadi. Semua peserta dikenalkan dengan prosedur evakuasi mandiri dan bunyi sirine untuk masing-masing artinya. Kemudian, warga berlatih simulasi evakuasi dengan cara melindungi diri hingga menyelamatkan diri menuju titik kumpul yang jaraknya sekitar 1450 meter dari bibir pantai.
Simulasi evakuasi mandiri diakhiri dengan aktivasi rencana kontinjensi gempabumi disusul tsunami yang telah dirancang menjadi sebuah rencana operasi tanggap darurat. Seluruh peserta evakuasi mandiri dilatih untuk menjalankan tugasnya dalam fase tanggap darurat.

Pelatihan ini begitu membekas bagi warga Desa Tonggolobibi, salah satunya Dina Suardin (20). Dina berpendapat bahwa kegiatan ini membuat ia banyak sekali belajar. “Pelatihan ini begitu berbeda dengan pelatihan yang pernah saya ikuti sebelumnya. Yang ini lebih jelas, setiap caranya dijelaskan secara jelas dan detail” kata Dina.

Semua rangkaian pelatihan diperhatikan dengan baik dari mulai penyampaian materi hingga praktik. Dina sangat menyukai sesi simulasi evakuasi mandiri dan pengaktivasian pos komando tanggap darurat bencana yang dilaksanakan di titik kumpul, pasar Desa Tonggolobibi. Menurutnya, sesi ini begitu membuatnya mudah memahami tugas pokok dan fungsi dari masing-masing individu yang tertera dalam struktur komando tanggap darurat bencana.
Terakhir, Dina berharap semua pelatihan ini bisa disampaikan pula kepada seluruh warga Desa Tonggolobibi dengan media dan cara apapun.
“Semoga dengan adanya pelatihan penanggulangan bencana ini bisa meminimalisir risiko bencana yang akan terjadi dan masyarakat bisa cepat tanggap untuk evakuasi mandiri bila terjadi bencana” tegas Dina. (LS)