Gunung Kelud dan Pengetahuan Lokal di Dalamnya

PUBLISHED

Disasterchannel.co,- Warga di daerah Jawa Timur khususnya yang tinggal di wilayah Kediri,  Blitar dan Malang, tentunya sudah tidak asing lagi dengan yang namanya Gunung Kelud. Pasalnya, lokasi gunung tersebut memang terletak perbatasan tiga daerah tersebut. Gunung Kelud sendiri sebenarnya merupakan gunungapi aktif dengan ketinggian 1731 MDPL. Gunung ini terakhir mengalami erupsi pada 13 Februari 2014, yang mengakibatkan hujan abu sepanjang radius 10 kilometer. Setidaknya hampir 200 ribu warga mengungsikan diri akibat amukan Gunung Kelud.

Akan tetapi tahukah Sobat DC, bahwasanya dibalik ancaman bencana erupsi gunungapi, ternyata masyarakat di sekitar Gunung Kelud memiliki pengetahuan lokal terkait mitigasi bencana tersebut. Tentunya tulisan kali ini akan memberi informasi komprehensif tentang pengetahuan lokal warga dalam melakukan mitigasi dengan caranya sendiri. 

Dalam artikel Oman Sukmana yang berjudul “Pengetahuan Manajemen Bencana dan Kearifan Sosial di Kabupaten Malang” dijelaskan bahwasannya masyarakat Desa Pandansari tepatnya berada di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang, mempunyai kepercayaan terhadap tanda alam yang terjadi sebelum Gunung Kelud mengalami erupsi. Menurut masyarakat Pandansari, pertanda Gunung Kelud ingin mengamuk adalah banyak hewan yang akan turun ke pemukiman warga. Selain itu masyarakat setempat juga percaya, jika mata air di desa mereka mengalami pengurangan debit air, maka hal tersebut juga merupakan tanda bahwa Gunung Kelud akan mengalami erupsi. Hal tersebut menunjukan bahwasannya masyarakat di Desa Pandansari memiliki kemampuan membaca tanda alam sebagai petunjuk melakukan mitigasi yang sifatnya hanya diketahui oleh masyarakat lokal itu sendiri.

Selanjutnya penulis akan mengajak teman teman pergi Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. Masyarakat di desa ini mempunyai kepercayaan, bahwasannya Gunung Kelud merupakan gunung yang membawa berkah. Pasalnya mereka percaya abu vulkanik yang dikeluarkan oleh Gunung Kelud akan membawa kesuburan pada tanah mereka. Maka tak heran mayoritas pekerjaan di Desa Sugihwaras adalah petani dan peternak. Selain itu Desa Sugihwaras juga memiliki mitigasi tradisional berupa Larung Sesaji di kawah Gunung Kelud. Larung tersebut diadakan dengan tujuan menolak bala, dengan cara memberikan sesajen kepada penguasa Gunung Kelud. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sugihwaras ini menunjukan bagaimana masyarakat terikat dengan alam, walaupun dengan cara-cara religi maupun mistik. Hal ini sangat berguna sekali dikarenakan dengan cara-cara tersebut manusia akan menghormati alam serta tidak akan melakukan pengrusakan terhadap lingkungan sekitar, yang pada akhirnya juga akan menguntungkan manusia itu sendiri. Seperti kita ketahui bahwasannya kerusakan lingkungan akan mempengaruhi kehidupan manusia.

Kearifan lokal yang berada di sekitar Gunung Kelud tentunya tidak bisa dipandang sebelah mata oleh orang orang modern. Kemampuan masyarakat tradisional dalam membaca alam tentulah didasari oleh pengalaman empiris mereka ketika membaca fenomena alam dalam kurun waktu lama. Walaupun hal tersebut harus tetap dibuktikan oleh pengalaman ilmiah. Selain itu teknik penjagaan alam melalui hal-hal mistik juga tidak begitu buruk. Walaupun lebih baik kesadaran ilmiahlah yang membuat kita untuk tidak merusak alam.

Penulis: Abdurrahman Heriza

Editor: Lien Sururoh

Sumber:

“Gunung Kelud Meletus,” accessed June 15, 2023, https://web.archive.org/web/20140222143858/http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2014/02/13/6/215844/Gunung-Kelud-Meletus. 

Sri Herminingrum, Kearifan Lokal Masyarakat Tradisional Gunung Kelud (Media Nusa Creative (MNC Publishing), 2021), h 10.

Mulia Sulistyowati, “Mitos Dan Nilai Local Wisdom (Kearifan Lokal) Tradisi Larung Sesaji Sebagai Tolak Bala Di Kawah Gunung Kelud Desa Sugihwaras Kabupaten Kediri,” Prosiding Seminar Nasional Dan Call For Paper Peranan Psikologi Bencana Dalam Mengurangi Risiko Bencana, August 9, 2018, h 43.