Erupsi Gunung Kelud Membersamai Hidup Raja Hayam Wuruk

PUBLISHED

Disasterchannel.co,- Menengok peristiwa masa lalu terkadang terasa begitu memukau dan menggugah semangat. Pasalnya dahulu Nusantara begitu memiliki pengaruh kuat, khususnya di Asia Tenggara. Semua ini tidak terlepas dari peran-peran pemimpin yang menduduki tahta pada saat itu. Hayam Wuruk misalnya, sosoknya begitu fenomenal di banyak buku sejarah. Hayam Wuruk yang menggunakan nama abhiseka Maharaja Sri Rajasanagara menjabat sebagai raja Majapahit IV dari tahun 1350-1389. Ia menjadi begitu terkenal, sebab semasa pemerintahannya, ia dibantu dengan Mahapatih Gajah Mada berhasil membawa Majapahit pada puncak kejayaannya.

Ada keunikan dalam kelahiran Hayam Wuruk, ia lahir pada tahun 1256 Saka atau 1334 Masehi. Kelahiran putra dari Tribuana Tunggadewi dan Sri Khertawardhana dianggap sebagai peristiwa yang menjadi pertanda luhur dari lahirnya pemimpin kerajaan Majapahit. Sebab, kelahirannya bertepatan dengan terjadinya letusan Gunung Kampud. Peristiwa kelahiran Hayam Wuruk sekaligus letusan Gunung Kampud diabadikan dalam naskah Negarakertagama sebagai berikut: 

Rîn śāka rrtu śarena rakwa ri wijil nrpati tĕlas inastwakĕn prabhu, 

an garbbheśwara nātha rîng kawuripan wihaganiran amānuṣādbhūta, 

liṇḍuṅ bhūmi ktug hudan hawu gĕrĕḥ kilat awilĕtan ing nabhastala, 

guntur tan himawān ri kāmpud ananan kujana kuhaka māti tan papag

Pada tahun Saka Rrtu śarena (musim-memanah-surya /1256/ 1334 M) ketika lahir sang pangeran yang kelak dinobatkan sebagai raja, 

sejak Sang Raja dalam Kandungan di Kahuripan dia telah menampakkan tanda-tanda keluhuran, 

dentuman gempabumi, hujan abu, gemuruh halilintar Guntur serta petir sambung menyambung di angkasa

Gunung Kampud (Kelud) meletus membinasakan orang-orang jahat dan tak bermoral secara bersamaan. Nāgarakṛtāgama (pupuh I.4) (Damaika Saktiani, 2015)

Dalam penelitian Dwi Cahyono (2012), Kata ‘Kampud’ dalam naskah Negarakertagama adalah nama kuno dari Gunung Kelud. Dalam setiap peristiwa letusan Gunung Kelud, terdapat kata-kata “lindu” dan “guntur” di dalamnya. Lindu diartikan dengan bergoyang, bergetar, gempabumi, lindu (Zoetmulder, 2004: 600). Sementara, Istilah “guntur” banyak disebut untuk menggambarkan peristiwa vulkanik. Secara harfiah, istilah ini berarti: banjir (dengan batu-batu dan lahar, dari letusan gunung berapi), atau bisa juga berarti sungai gunung yang bergemuruh (Zoetmulder 1995:318). Dalam susastra masa lalu tersirat bahwa guntur dan lindu dideskripsikan menyertai rangkaian letusan gunung api. 

Dahsyatnya peristiwa bencana geologi yang bertepatan dengan kelahiran raja Hayam Wuruk menjadi pertanda bahwa dari masa klasik, ancaman letusan Gunung Kelud begitu besar bagi peradaban saat itu. 

Kisah aktivitas Gunung Kelud terus bermunculan, bahkan gunung ini terus melangsungkan aktivitasnya hingga menjelang berakhirnya kekuasaan Hayam Wuruk dengan terjadinya perang bubat dan kemudian wafat. Hal ini tercatat dalam Kakawin Pararaton pada bagian X:

Tumuli hana gunung anyar i saka naga – leng – karnaning – wong, 1298 

(selanjutnya terjadi peristiwa gunung baru pada tahun Saka ular – liang – telinga –orang; atau 1298). 

Tumuli guntur pamadasiha i saka resi – sunya – guna – tunggal, 1307 

(lalu terjadi peristiwa gunung meletus pada minggu Madasiha, tahun Saka pendeta – sunyi – sifat – tunggal; atau 1307)

Menjelang berakhirnya kekuasaan Hayam Wuruk digambarkan terjadi peristiwa “gunung anyar” atau gunung baru. Bila kita melihat karakteristik Gunung Kelud, peristiwa gunung baru merupakan pertumbuhan puncak Gunung Kelud setelah melakukan serangkaian aktivitas vulkanik. Menurut Badan Geologi, perkembangan Gunung Kelud sangat terbatas, hal ini nampak dari kerucut gunungapi yang rendah, puncak tidak teratur, tajam dan terjal. Keadaan puncak – puncak tersebut disebabkan oleh sifat letusannya yang sangat merusak (eksplosif) yang disertai dengan pertumbuhan sumbat- sumbat lava seperti puncak Sumbing, Gajahmungkur dan puncak Kelud. Pertumbuhan sumbat-sumbat lava inilah yang dahulu pernah terjadi dan dinamai dengan munculnya gunung anyar. Hal serupa juga pernah terjadi pada letusan Gunung Kelud di tahun 2007. 

Keberadaan Gunung Kelud merupakan produk dari proses tumbukan antara lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah lempeng Asia tepatnya di sebelah selatan Jawa. Tumbukan antar lempeng menjadi awal mula terbentuknya banyak gunung api di pulau ini. Letusan gunungapi begitu erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Jawa, termasuk di dalamnya seorang raja seperti Hayam Wuruk. 

Hidup berdampingan dengan ancaman gunungapi telah banyak dilakukan oleh nenek moyang kita. Mengembangkan pola mitigasi adalah kunci untuk kita bisa terhindar dari bencana, sebab ancaman selama berada di sekeliling kita. (LS)

Sumber:

Cahyono, M. D. (2012). Vulkano-Historis Kelud: Dinamika Hubungan Manusia–Gunung Api. Kalpataru21(2), 85-102.

Achmad, S. W. (2019). Sejarah raja-raja Majapahit (Vol. 126). Araska Publisher.

Photo: id.wikipedia.org