Disasterchannel.co,- Hari musik sedunia menjadi begitu monumental bagi kawula muda Indonesia, apalagi ada lagu yang mendadak viral. Bagi kamu sobat galau pasti tau banget sama lagu yang lagi hits dimana-mana ini. Yap lagu berjudul “HATI-HATI DI JALAN” yang dinyanyikan Tulus. Rasanya lagu ini related banget dengan kehidupan cinta yang lagi ambyar.
Terkadang ada rasa yang kita bisa rasakan tapi sangat sulit untuk diungkapkan, apalagi dengan kata-kata. Disasterchannel.co merasa kakak Tulus juga susah mendeskripsikan kesedihannya secara langsung. Maka dari itu, ia menuangkan perasaan sedihnya dalam lirik lagu.
Kejadian-kejadian menyedihkan yang traumatis memang sangat sulit dikeluarkan melalui lisan. Sebab pada area Broca, bagian otak yang mengontrol bahasa, mati, menyebabkan trauma disimpan sebagai sensasi dan gambar di belahan otak kanan, dan tidak mudah dikomunikasikan melalui bahasa. Kenangan traumatis diatur bukan pada tingkat verbal, melainkan pada tingkat persepsi. Ketika seseorang mengingat peristiwa traumatis, memori implisit trauma mereka yang emosional dapat dikeluarkan dari penyimpanan memori eksplisit dalam bentuk verbal yang terdiri dari fakta dan ide.
Dalam penelitian Amy grand, 2011 ia menuliskan bahwa Penyintas trauma yang menderita Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) mungkin tidak dapat mengungkapkan trauma yang dialaminya secara verbal. Namun, agar penyembuhan terjadi, individu-individu ini harus mengeksternalisasi cerita mereka. Ingatan traumatis yang dimiliki mereka kemudian direkonstruksi dan diubah secara positif. Terapi seni kreatif dan musik dimungkinkan sangat efektif dalam pengobatan trauma. Sebab melalui seni kreatif dan musik dapat menjadi sarana sensorik bagi anak-anak, pemuda dan orang dewasa untuk mengekspresikan kenangan traumatis.
Seni dan musik seolah memiliki kekutan magis di dalamnya. Sebab mereka dapat menjadi obat penawar rasa lara bagi mereka yang berada di bawah tekanan. Melalui seni dan musik, penderita PTSD dapat kembali menceritakan pengalaman dan penderitaan yang mereka alami. Terapi seni dan musik, juga efektif dalam membantu orang-orang yang mengalami trauma ketika tertimpa bencana.
Kejadian bencana identik dengan pengalaman sedih kehilangan banyak nyawa dan harta benda. Inilah yang menyebabkan segelintir orang mengelami trauma. Melalui musik, memungkinkan bagi mereka mencurahkan apa yang dirasa secara eksplisit melalui lagu. Penggalan lirik dalam setiap lagu yang diciptakan dapat mengeksplorasi perasaan dan berbagi makna tentang apa yang mereka alami. Musik bahkan dianggap memiliki pengaruh hipnotis karena kekuatan daya sembuhnya.
Dalam penelitian Tamara Plush dan Robin Cox mengemukakan bahwa seni dan musik dapat dijadikan katalis yang aman bagi individu untuk mengeksplorasi perasaan dan persepsi mereka seputar pengalaman traumatis. Musik dapat menggetarkan emosi dalam liriknya, nadanya, dan dalam proses kreatifnya. Sebuah lagu dapat menggerakkan orang untuk menari, berefleksi, dan seringkali mempengaruhi seseorang untuk bertindak.
Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan aktif kaum muda dalam pemulihan mereka sendiri membantu mereka untuk memahami dan menegakkan hak-hak mereka sebagai warga negara yang dapat menentukan masa depan mereka sendiri. Namun, keterlibatan anak muda dalam pengambulan keputusan pascabencana membutuhkan strategi inovatif, kreatif, yang berpusat pada pemuda itu sendiri. Melalui musik sangat dimungkinkan bagi pemuda untuk dapat memulihkan trauma yang mereka alami pasca terjadinya bencana.
Untuk kamu kawula muda di sana, nggak papa kok menciptakan lagu galau atau mendengarkan lagu galau. Sebab ternyata itu bisa dijadikan alat untuk menyembuhkan trauma yang kalian miliki, termasuk trauma ditinggal mantan, uups canda sahabat DC.
Kalau boleh tau, sahabat DC lagi sering dengerin lagu apa nih? (LS)
Sumber:
Green, A. (2011). Art and music therapy for trauma survivors. Canadian Art Therapy Association Journal, 24(2), 14-19.
Plush, T., & Cox, R. (2019). Hey, Hey, Hey—Listen to What I Gotta Say: Songs Elevate Youth Voice in Alberta Wildfire Disaster Recovery. Engaged Scholar Journal: Community-Engaged Research, Teaching, and Learning, 5(2), 181-194.
Photo: winnetnews.com