Gerakan Tanah Di Kecamatan Nyalindung, Yuuuk Kenali Gejala Terjadinya.

PUBLISHED

Disasterchannel.co – Rasanya musim hujan itu penuh dengan kejutan ya sobat DC. Akhir-akhir ini kita begitu banyak dikagetkan dengan kabar berita mengenai banjir yang terjadi di berbagai belahan wilayah Indonesia. Sekarang kita dikejutkan dengan peristiwa tanah bergerak.

Telah terjadi pergerakan tanah di Kampung Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pergerakan tanah yang terjadi mengakibatkan sejumlah rumah dan bangunan di area terdampak mengalami kerusakan. Dikabarkan pula bahwa warga Kampung Ciherang mendengar suara gemuruh disertai dengan getaran. Hingga saat ini terdapat 53 kepala keluarga yang mengungsi.

Melansir detik.com, Kepala Bidang Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Agus Budianto mengatakan bahwa “Tipe gerakan tanah ini bersifat lambat dan pasti,” ujar Agus. Menurut laporan PVMBG, Kecamatan Nyalindung beradi di titik rentan keretakan tanah. Artinya, tempat ini memiliki potensi terjadinya gerakan tanah menengah. “Pada daerah ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali”.

Gerakan tanah ialah perpindahan massa tanah atau batu pada arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula. Gerakan tanah mencangkup semua jenis atau proses pemindahan (pergerakan) massa tanah dana tau batuan menuruni lereng, akibat kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut terganggu. Gerakan tanah dapat terjadi akibat berbagai macam faktor, seperti kestabilan lereng, tingkat kelembaban (moisture) tinggi, material kurang kompak dan sebagainya. Terdapat beberapa gejala umum gerakan tanah, di antaranya adalah:

  1. Muncul retakan yang memanjang atau melengkung pada permukaan tanah atau pada konstruksi bangunan
  2. Terjadi penggelembungan pada lereng atau tembok penahan
  3. Secara tiba-tiba pintu atau jendela rumah sulit dibuka menandakan adanya perubahan permukaan pada bangunan yang terdorong oleh masa tanah yang mulai bergerak
  4. Tiba-tiba muncul rembesan air atau mata air pada lereng bukit
  5. Apalagi bila sebelumnya sudah ada rembesan air atau mata air di lereng, air tersebut berubah menjadi keruh bercampur lumpur
  6. Pohon-pohon atau tiang pencang (listrik atau lainnya) miring searah dengan kemiringan lereng
  7. Terdengar suara gemuruh atau ledakan dari ayas suatu bukit
  8. Terjadi runtuhan atau aliran butir tanah/ kerikil secara mendadak dari atas bukit

Gerakan tanah dapat merusak bangunan, jalan, pipa atau kabel yang tertanam baik akibat gerakan di bawahnya atau karena penimbunan material hasil longsoran. Gerakan tanah yang berjalan lambat menyebabkan penggelembungan (tilting) dan bangunan tidak dapat digunakan lagi. Rekahan pada tanah menyebabkan fondasi bangunan terpisah dan menghancurkan utilitas lainnya di dalam tanah. runtuhan lereng yang terjadi secara tiba-tiba daoat menyeret pemukiman turun jauh di bawah lereng.

Mitigasi gerakan tanah secara struktural dan rekayasa untuk mengurangi atau menghindari kemungkinan dampak bahaya antara lain memindahkan permukiman dari daerah rentan gerakan tanah dan atau melakukan rekayasa teknologi. Mitigasi struktural untuk mengurangi dampak bahaya merupakan wewenang pemerintah daerah atau instansi terkait. Pembangunan harus didasarkan pada kajian risiko bencana yang sudah memeperhatikan segala macam bentuk ancaman salah satunya ancaman gerakan tanah.

Selain itu upaya pengelolaan lingkungan juga perlu dilakukan untuk mengurangi, mencegah dan menanggulangi dampak yang terjadi. Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kondisi fisik dan mekanik perlu diketahui pula. Pengaruh kenaikan kadar air, peletakan beban, penanaman vegetasi dan kondisi kegempaan atau getaran terhadap tubuh lereng, merupakan kajian yang paling baik untuk mengenal kondisi suatu lereng.

Beberapa upaya dapat dilakukan untuk upaya stabilitas lereng dengan mengurangi beban di puncak lereng, menambah beban di kaki lereng dengan cara menanam tanaman keras, mencegah lereng jenuh dengan air tanah atau mengurangi kenaikan kadar air tanah di dalam tubuh lereng yaitu dengan membuta beberapa penyalir air di kemiringan lereng supaya muka air tanah yang anik di dalam tubuh lereng akan mengalir keluar sehingga muka air tanah turun.

Di musim hujan ini sobat DC harus tetap waspada terhadap ancaman bencana yang ada, salah satunya adalah ancaman gerakan tanah. Yuuk kita siapkan tas siaga bencana untuk siap menghadapi bencana. (LS)

Sumber:

Buklet Gerakan Tanah, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Detik.com

Zulfialdi Zakaria. Analisis Kestabilan Lereng Tanah. Laboratorium Geologi Teknik Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Padjajaran. 2009

Disasterchannel.co – Rasanya musim hujan itu penuh dengan kejutan ya sobat DC. Akhir-akhir ini kita begitu banyak dikagetkan dengan kabar berita mengenai banjir yang terjadi di berbagai belahan wilayah Indonesia. Sekarang kita dikejutkan dengan peristiwa tanah bergerak.

Telah terjadi pergerakan tanah di Kampung Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pergerakan tanah yang terjadi mengakibatkan sejumlah rumah dan bangunan di area terdampak mengalami kerusakan. Dikabarkan pula bahwa warga Kampung Ciherang mendengar suara gemuruh disertai dengan getaran. Hingga saat ini terdapat 53 kepala keluarga yang mengungsi.

Melansir detik.com, Kepala Bidang Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Agus Budianto mengatakan bahwa “Tipe gerakan tanah ini bersifat lambat dan pasti,” ujar Agus. Menurut laporan PVMBG, Kecamatan Nyalindung beradi di titik rentan keretakan tanah. Artinya, tempat ini memiliki potensi terjadinya gerakan tanah menengah. “Pada daerah ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali”.

Gerakan tanah ialah perpindahan massa tanah atau batu pada arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula. Gerakan tanah mencangkup semua jenis atau proses pemindahan (pergerakan) massa tanah dana tau batuan menuruni lereng, akibat kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut terganggu. Gerakan tanah dapat terjadi akibat berbagai macam faktor, seperti kestabilan lereng, tingkat kelembaban (moisture) tinggi, material kurang kompak dan sebagainya. Terdapat beberapa gejala umum gerakan tanah, di antaranya adalah:

  1. Muncul retakan yang memanjang atau melengkung pada permukaan tanah atau pada konstruksi bangunan
  2. Terjadi penggelembungan pada lereng atau tembok penahan
  3. Secara tiba-tiba pintu atau jendela rumah sulit dibuka menandakan adanya perubahan permukaan pada bangunan yang terdorong oleh masa tanah yang mulai bergerak
  4. Tiba-tiba muncul rembesan air atau mata air pada lereng bukit
  5. Apalagi bila sebelumnya sudah ada rembesan air atau mata air di lereng, air tersebut berubah menjadi keruh bercampur lumpur
  6. Pohon-pohon atau tiang pencang (listrik atau lainnya) miring searah dengan kemiringan lereng
  7. Terdengar suara gemuruh atau ledakan dari ayas suatu bukit
  8. Terjadi runtuhan atau aliran butir tanah/ kerikil secara mendadak dari atas bukit

Gerakan tanah dapat merusak bangunan, jalan, pipa atau kabel yang tertanam baik akibat gerakan di bawahnya atau karena penimbunan material hasil longsoran. Gerakan tanah yang berjalan lambat menyebabkan penggelembungan (tilting) dan bangunan tidak dapat digunakan lagi. Rekahan pada tanah menyebabkan fondasi bangunan terpisah dan menghancurkan utilitas lainnya di dalam tanah. runtuhan lereng yang terjadi secara tiba-tiba daoat menyeret pemukiman turun jauh di bawah lereng.

Mitigasi gerakan tanah secara struktural dan rekayasa untuk mengurangi atau menghindari kemungkinan dampak bahaya antara lain memindahkan permukiman dari daerah rentan gerakan tanah dan atau melakukan rekayasa teknologi. Mitigasi struktural untuk mengurangi dampak bahaya merupakan wewenang pemerintah daerah atau instansi terkait. Pembangunan harus didasarkan pada kajian risiko bencana yang sudah memeperhatikan segala macam bentuk ancaman salah satunya ancaman gerakan tanah.

Selain itu upaya pengelolaan lingkungan juga perlu dilakukan untuk mengurangi, mencegah dan menanggulangi dampak yang terjadi. Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kondisi fisik dan mekanik perlu diketahui pula. Pengaruh kenaikan kadar air, peletakan beban, penanaman vegetasi dan kondisi kegempaan atau getaran terhadap tubuh lereng, merupakan kajian yang paling baik untuk mengenal kondisi suatu lereng.

Beberapa upaya dapat dilakukan untuk upaya stabilitas lereng dengan mengurangi beban di puncak lereng, menambah beban di kaki lereng dengan cara menanam tanaman keras, mencegah lereng jenuh dengan air tanah atau mengurangi kenaikan kadar air tanah di dalam tubuh lereng yaitu dengan membuta beberapa penyalir air di kemiringan lereng supaya muka air tanah yang anik di dalam tubuh lereng akan mengalir keluar sehingga muka air tanah turun.

Di musim hujan ini sobat DC harus tetap waspada terhadap ancaman bencana yang ada, salah satunya adalah ancaman gerakan tanah. Yuuk kita siapkan tas siaga bencana untuk siap menghadapi bencana. (LS)

Sumber:

Buklet Gerakan Tanah, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Detik.com

Zulfialdi Zakaria. Analisis Kestabilan Lereng Tanah. Laboratorium Geologi Teknik Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Padjajaran. 2009